35 - Terima kasih

203 27 0
                                    

15+ area🥵

Happy Reading❤️


Malam semakin larut, Avatar membaringkan tubuhnya terlentang di kasur king size miliknya di mansion keluarga AlGuerra. Rumahnya.

Matanya terpejam beberapa saat. Setelah menghantar Sheina pulang, dan menepati janjinya untuk berbincang dengan ayah dari gadis itu, kini Avatar sepenuhnya teringat soal Alpasya, Alpasya, dan Alpasya.

"Hebat banget lo. Lo marah saat orang lain melukai cewek itu yang nggak ada hubungan apa-apa sama lo. Tapi apa lo sadar, malah lo sendiri yang lukain perasaan cewek lo!?"

"Gue baru sadar, kalo cewek lo itu punya trauma. Trauma besar di segala tempat yang mengingatkan dia akan masa lalunya yang penuh dengan luka. Bahkan untuk pulang kerumahnya aja saat dia nolak, dia nggak mau. Dia histeris."

Ucapan Rainmor sewaktu kejadian tadi sore, membuat hati Avatar terketuk. Bagaimana bisa dia seegois ini. Belum lagi, perkataan Pink di sekolah yang semakin menambah rasa cemas dalam hatinya.

"Seorang AlGuerra yang dari kecil mendapatkan kasih sayang, berbeda dengan Alpasya yang dari kecil hanya di siksa sama orang tuanya. Dari kecil di anggap anak pembawa sial. Dari kecil nggak pernah mendapatkan kebahagiaan. Dan lo-"

"LO NAMBAH SEMUA PENDERITAAN DIA BANGSAT!"

"ARGHHHHH! BRENGSEK!"

BUGH!

Avatar meluapkan emosi pada tembok yang ada di kamarnya. Dirinya berteriak frustasi. Matanya memerah. Rahangnya menegas pertanda singa yang tadi bangun belum tertidur hanya setengah mati dia tahan untuk tidak kelepasan.

"ANJING!"

BUGH!

"BABI!"

BUGH!

"SIALAN!"

BUGH!

BUGH!

Avatar membabi buta mendaratkan buku-buku jarinya ke dinding di hadapannya dengan kasar. Bahkan, darah kini mengalir keluar dari sobekan di punggung tangan akibat pukulan kasar bertubi-tubi itu. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Avatar benar-benar frustasi.

Cowok itu menyandarkan punggungnya pada tembok yang menerima pukulannya tadi. Dadanya sesak, sama seperti yang Alpasya rasakan tadi pagi. Tubuh kekar itu merosot ke lantai, menekuk lututnya kemudian memeluk lutut itu dengan segala rasa sakit. Sakit ketika menyakiti gadisnya, benci ketika gadis itu menyembunyikan banyak luka darinya, kecewa ketika gadis itu tidak terbuka padanya. Avatar sakit, benci, dan kecewa pada Alpasya, pada semua yang terjadi pada gadisnya. Karena masa lalu, maupun karena dirinya sendiri.

"Kenapa lo nggak pernah mau terbuka sama gue, Sya? Gue ini apa buat lo? Kenapa lo sembunyi-in banyak rahasia dari gue?" Gumamnya melemah, dan terdengar sangat menyedihkan.

"Kenapa, sayang? KENAPA, HAH!?" Teriaknya meremas rambutnya frustasi.

Tak bisa di pungkiri lagi, Avatar kini terisak. Hanya dengan begini, dia melepas segala perihnya. Sendirian, tanpa ada yang melihat. Biarlah di depan banyak orang tau, Avatar adalah laki-laki yang tegar, kejam, brutal, dan sangat di takuti sebagai ketua Gilzares. Tapi, sebenarnya hanyalah seorang yang rapuh, dan cuma Alpasya yang tahu itu.

Sekarang gadisnya entah ada di mana, gadis yang biasanya selalu menemani Avatar ketika tengah dalam keadaan patah, kini tidak ada di sampingnya dan justru akibat ulahnya sendiri.

PACIFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang