48 - Poor Avatar

165 26 13
                                    

SIAP-SIAP KETAWA YA, BUAT YANG AKU BIKIN GALAU KEMAREN!

Happy Reading❤️

Avatar melangkah menaiki tangga sebuah bangunan mewah bernuansa Eropa itu. Tangga tersebut menuntunnya ke sebuah kamar milik orang yang Avatar sayangi.

Laki-laki dengan dagu terbelah itu, memikirkan apa yang membuat sang pemilik rumah memanggilnya dan bermaksud berbicara empat mata.

Ceklek!

Tak terasa kini baru saja Avatar memasuki kamar pemilik rumah tersebut. Di dapatinya seorang laki-laki berperawakan tegas dengan punggung yang berbanding terbalik dari usianya.

"Kakek." Panggil Avatar pada laki-laki tersebut.

Ares membalikkan badannya menatap sang cucu penuh arti. Saking berartinya, Ares tersenyum hangat mendapati raut tidak biasa sang cucu.

"Kesini, Wilbara. Duduk samping kakek." Kata Ares berjalan menuju sebuah sofa menepuk-nepuk bagian sofa yang kosong di sampingnya.

Avatar mengangguk, kemudian berjalan mendekati sang kakek yang tak berhenti menatapnya dengan intens.

"Ada apa kakek manggil Bara ke sini?" Ujarnya sembari duduk di samping Ares.

Laki-laki tua itu tersenyum, mengulurkan tangannya menepuk pundak cucunya itu. "Kamu seperti bukan Bara cucu kakek, yang kakek kenal." Ujarnya kemudian terkekeh.

Avatar tertegun mendengarnya. Ya! Akhir-akhir ini Avatar memang merasa dirinya telah kehilangan jati dirinya.

"Bara tetap cucu kakek." Ucap Avatar akhirnya tersenyum pada Ares.

"Dimana Alpasya? Kakek ingin sekali bertemu dengannya." Tutur Ares.

Avatar terdiam. Bagaimana caranya dia menjawab pertanyaan yang di lontarkan Ares sekarang?

"Kakek."

"Ya." Ares menjawabnya dengan penuh sabar.

"Hubungan Bara dan Alpasya, merenggang kek." Ucap Avatar berusaha jujur pada Ares.

Tanpa Avatar sadar, Ares sudah mengetahui ini dari pancaran mata cucunya. Terlebih dengan laporan dari Raksa yang selalu mengawasi Avatar dari jauh.

"Wilbara."

"Iya kek?" Jawab Avatar menatap Ares sendu.

"Kamu tau, kenapa setiap AlGuerra menyandang nama 'Dios' dan 'Diosa' di belakang namanya?" Tanya Ares dengan suara lembut.

"Dewa dan Dewi?" Avatar menjawab sembari bertanya alasan dari sebutan Dewa dan Dewi dalam keluarga mereka.

Ares tersenyum, mengusap puncak kepala cucu kesayangannya itu dengan lembut. "Dewa dan Dewi artinya penguasa, Wilbara. Setiap AlGuerra punya kuasa atas hidupnya sendiri. Setiap AlGuerra sudah seharusnya berkuasa di atas kendali dirinya sendiri bukan malah bertekuk lutut dan takluk terhadap masalah hidup yang menghancurkan." Ujar laki-laki tua itu.

Avatar terdiam sejenak. Berusaha memahami perkataan sang kakek. Sepersekian detik, Avatar menatap wajah Ares yang terlihat tengah memberikannya pengertian.

"Alpasya udah punya anak kek. Anak dari masa lalu dia. Bara nggak permasalahin status dia sebagai seorang wanita, tapi kenapa dia mau terbuka di saat Bara udah jatuh cinta sama dia? Bahkan Bara nggak tau sebanyak apa rahasia yang perempuan itu tutupi dari Bara. Bara cuma takut itu akan jadi masalah nanti kek. Saat Bara udah bener-bener nggak bisa lepasin Alpasya." Jelas Avatar menunduk enggan menatap wajah sang kakek.

PACIFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang