I'm Fine | Bab 8

49.1K 7.6K 521
                                    

Bab 8. Flashback (1)

- save me -

Air mukanya terlihat tegang, keringat menetes deras melalui pelipisnya yang tegas. Mata tajamnya dengan fokus membaca setiap kata demi kata, bait demi bait, paragraf ke paragraf dan halaman-halaman yang ia balik.

Hendrik Rajendra menangis setelah menyelesaikan bacaannya pada buku hitam itu. Lagi, beberapa ingatan lama masuk ke otaknya tanpa diminta. Memporak-porandakan kenangan pahit-manis yang menjadi luka terbesar di hatinya.

Hendrik terdiam. Pandangannya menipis, mengabur karena air mata yang tergenang di pelupuk. Bibirnya bergetar dengan hebat, pria malang itu terisak tanpa suara.

Buku tersebut adalah novel yang ia tulis dengan kedua tangannya sendiri. Buku yang menjadi pelampiasan imajinasinya saat remaja. Buku itu, ia tulis saat ia menduduki bangku SMA.

F L A S H B A C K O N •

Hujan masih mengguyur dengan lebat meskipun sudah tiga jam lamanya turun membasahi tanah. Pria yang dikenal dengan panggilan nama Hendrik tersebut tengah memegang buku bersampul hitam. Itu adalah salah satu buku yang ia cetak dari tiga lainnya di dunia.

Suara guntur yang semula pelan, kini mulai saling bersahut-sahutan, petir-petir merambat di langit yang menghitam.

Hendrik terdiam, matanya masih menyorot tajam beberapa siswa yang sudah dijemput oleh orang tua mereka masing-masing. Pria itu duduk di kursi tunggu depan perpustakaan.

"Belum pulang?" Gadis disampingnya menyapa pelan, di saku kanannya terdapat tiga batang permen lollipop.

Hendrik tak menjawab, ia melirik dingin ke gadis tersebut. Namun gadis itu tak menyerah, ia menyodorkan sebatang permen berwarna putih yang miliknya. "Mau?"

"Sok asik lo." Ketus Hendrik.

Gadis itu tertawa sejenak, "kayaknya bener kata kawan-kawan gue, lo memang dikenal dingin."

Hendrik melirik sebentar, terjadi keheningan beberapa lama. Rara masih saja mengoceh mengenai kehidupannya yang serba sempurna. Perbincangan sepihak itu terjadi selama satu jam lamanya.

"Gue denger-denger juga lo suka nulis ya?"

Hendrik menoleh, ia mengatensikan pandangannya.

Pembicaraan ini mulai menarik.

"Kalo gue suka baca, apalagi novel. Biasanya gue bisa ngabisin waktu seharian penuh buat baca novel tanpa jeda. Gue cinta banget sama sastra."

Hendrik menunduk, ia menatap lekat buku yang masih ia dekap. "Gue juga tertarik sama dunia sastra." Pria itu dapat menyadari raut kaget dari wajah gadis di sampingnya.

Gadis itu masih bergeming, Hendrik tidak mengerti mengapa orang-orang menatap kaget kepadanya saat ia berbicara panjang. Tak lama kemudian, ia dapat melihat mobil Innova putih yang ia kenal memasuki gerbang pos depan.

"Kita punya rasa cinta yang sama ke sastra. Gue harap, kita bisa berteman dengan baik. Nama gue Rara. Rara Yunita." Gadis itu menyodorkan telapak tangannya. Hendrik terdiam sejenak, sedangkan tangan Rara masih menggantung di depannya.

Menyerahkan buku hitam yang sedari tadi ia pegang, Hendrik tersenyum tipis. "Buat lo."

F L A S H B A C K O F F °

I'm Fine ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang