3||Sahabat Kecil

51 11 18
                                    


Now playing : Yovie and Nuno—Demi Hati

(Jangan lupa di putar lagunya, menyentuh banget buat kalian yang mencintai dia tapi dia mencintai orang lain, eaa... Nyesek banget hiks...🤧)

Jangan lupa, vote, komen dan share!!!

Ketemu typo, komen aja gaessss!!!

"Tak ada salahnya jatuh cinta pada sahabat sendiri, karena sekuat apapun kita menyangkal sebuah rasa, rasa itu telah berlebih."

Happy reading —Adiknya Lee Minho

🌅🌅🌅


Senja dan langit sepasang kekasih itu kini tengah membelah jalanan ibu kota di temani matahari pagi yang cerah. Sepasang kekasih itu kini sedang menuju ke sekolah.

Langit yang sedang mengendarai motor tak henti-hentinya tersenyum kala sang kekasih melingkarkan tangannya di pinggang ia dengan erat. Senja yang berada di balik punggung Langit menyandarkan kepalanya di punggung sang kekasih sembari memejamkan matanya Senja menghirup dalam aroma Vanilla bercampur sabun segar di tubuh Langit. Aroma yang selalu membuat Senja merindukan Langit.

"Gimana kabar om Satya?" Tanya Langit dengan sedikit berteriak agar Senja dapat mendengarkannya.

"Baik, tapi agak kurusan dari sebelumnya," jawab Senja, sebelum pergi membesuk ayahnya kemarin, Senja memberi tahu Langit terlebih dahulu. Sebagai pacar, ia selalu menghubungi Langit jika ingin berpergian. Bukan apa-apa tetapi kekasihnya itulah yang memintanya.

"Maaf kemarin aku gak bisa ikut besuk," ujar Langit sembari mengambil tangan Senja dan mengecupnya.

"Gak pa-pa," ucap Senja yang menjadi gugup kala Langit mengecup tangannya.

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan gerbang SMA Bhineka. Terlihat pak Nurdin yang sedang menyeruput kopi.

"Pagi pak!" Sapa Langit kepada pak Nurdin sedangkan Senja hanya menyunggingkan senyumnya. Pak Nurdin membalas sapaannya dengan senyuman dan anggukan singkat.

"Pagi-pagi udah pacaran, jadi ingat masa muda," ujar pak Nurdin sambil geleng-geleng kepala.

Setelah memarkirkan motornya, Langit menggandeng Senja menuju ke kelasnya. Mereka menyusuri koridor sembari bergandengan tangan.

"Aku masuk dulu ya Langit," ucap Senja saat telah sampai di depan kelasnya.

"Yaudah, belajar yang rajin ya! Biar bisa jadi ibu yang pintar buat anak-anak ku nanti," ucap Langit sukses membuat kedua pipi Senja bersemu merah bak kepiting rebus.

"Yaudah sana gih ke kelas, hari ini kamu ada pelajaran matematika ya?" Tanya Senja membuat Langit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehehe iya." Langit menjawab sambil Cengengesan.

"Awas ya kalo kamu bolos lagi." Peringat Senja dengan tatapan mata tajam. Jika tidak di ancam kekasihnya ini setiap pelajaran matematika selalu bolos ke kantin bersama kedua temannya. Alasannya karena mereka tidak suka dan tidak bisa pelajaran matematika yang membuat kepala mereka mendadak berdenyut nyeri.

"I—iya nja, aku janji deh, gak bakal bolos lagi, yaudah aku ke kelas dulu ya!! Dadah Senjayang." Setelah itu Langit berlari menuju kelasnya. Senja hanya geleng-geleng kepala melihatnya, ia melangkahkan kakinya menuju ke dalam kelas.

Saat memasuki kelasnya, ia melihat sahabatnya yang sedang berdiri di dekat papan tulis sembari memasukkan kedua tangannya di saku seragamnya. Dia bukan Vebby, dia..... Erlan Syailendra sahabat Senja sedari menduduki bangku taman kanak-kanak.

Langit sang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang