4||Bule Lampir

30 9 16
                                    


Now playing : EXO—Obsession

Hari ini aku up seneng gak? :()

mood aku lagi anjlok bener nih maaf sebelumnya Selasa kemaren gak up lagi banyak tugas🤧

mood aku lagi anjlok bener nih maaf sebelumnya Selasa kemaren gak up lagi banyak tugas🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tidak mencintainya dengan tulus, rasa sukamu hanya sekedar obsesi semata."

Happy Reading—Adiknya Lee min ho

🌅🌅🌅


Langit menatap kosong ke arah papan tulis di mana Bu Yaya guru bahasa Indonesia nya sedang menjelaskan pelajaran hari ini. Langit tak benar-benar memperhatikan, isi kepalanya saat ini hanyalah memikirkan Senja, entah kenapa sedari pagi ia terus memikirkan kekasihnya itu, padahal ia sudah bertemu dengan Senja. Bahkan Langit yang menjemput Senja untuk pergi ke sekolah.

Terlebih lagi, ada perasaan tidak rela saat Senja meminta izin untuk menemani Erlan kemarin. Entahlah sepertinya ia hanya cemburu saja, tapi Erlan hanyalah sahabat Senja tidak mungkin mereka mempunyai perasaan satu sama lain.

"Kalian paham anak-anak?" Seru Bu Yaya setelah selesai menjelaskan.

"Paham Bu..." Anak kelas XI Bahasa 2 kompak berseru kecuali Langit yang tak kunjung sadar dari lamunannya.

Bu Yaya memicingkan matanya ke arah Langit, Panji yang sadar akan hal itu sebagai teman sebangku yang baik ia memberikan kode kepada Langit. Namun, Langit masih setia dengan lamunannya.

"Langit!" Panggil Bu Yaya namun Langit tak menjawab nya.

"Mampus," ucap Panji sembari menepuk jidatnya.

"Langit!" Panggil Bu Yaya sekali lagi namun tak ada sahutan juga. Langit masih setia dengan lamunannya.

"LANGIT!" Langit tersentak kaget saat mendengar suara Bu Yaya yang lebih mirip naik satu oktaf.

"Eh iya nja," refleks Langit menyebutkan nama Senja membuat seisi kelas tertawa dibuatnya. Panji menggelengkan kepalanya prihatin dengan nasib Langit nantinya. Sedangkan Vino yang duduk di depan Langit seperti biasa hanya memasang ekspresi datarnya.

"Siapa yang kamu panggil nja? Kamu kira ibu Senja? Makanya jangan kebanyakan pacaran kamu, pacaran sama orang pintar tapi gak nular pintarnya," omel Bu Yaya membuat Langit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ma—maap bu," ucap Langit sambil nyengir kuda.

"Kamu kenapa melamun dari tadi?"

"Siapa yang melamun? Enggak kok Bu," ujar Langit membuat Bu Yaya menjadi geram.

"Oh ya? Coba kamu ulangkan apa yang ibu jelaskan tadi?" Tantang Bu Yaya, membuat Langit meneguk salivanya.

"Mampus lu," cibir Panji dan mendapatkan tatapan tajam dari Langit.

Langit sang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang