Hai!
Siap memulai petualangan?
Happy reading!
Jangan lupa bintangnya!
Bantu saya temukan typo.
— DUA —
[Devdan Oriole]
Sengaja Zelia sama Avara gue ajak ke luar kamar Mama supaya nggak mengganggu kinerja jantung Mama yang mulai berjalan normal.
"Ara, Zel, Kak Dev boleh minta tolong jagain Mama?" Gue berucap serius. Nggak lagi pake lo-gue yang biasa gue pake waktu lagi ngomong sama Ara dan Zel. Keduanya mengangguk kompak.
"Kalo ada di samping Mama, sebisa mungkin jangan bikin gerakan yang tiba-tiba dan mendadak. Atau, jangan juga berdebat dan ngomong keras-keras sama Mama. Itu bisa membuat Mama hilang nyawa dalam sekejap. Paham?" Gue mencoba kasih pengertian ke Zelia dan Avara yang mungkin belum terlalu paham sama penjelasan Dokter.
"Iya Kak."
"Zel, kamu udah besar. Harusnya kamu ngerti apa yang Kakak maksud. Diubah kebiasaan jeleknya. Jangan bikin ulah dulu. Jangan ribut sama adeknya. Jangan bohong terus. Usahain jujur, Zel. Jujur nggak bikin rugi kok. Jangan jahil juga. Ini masalah nyawa. Kalo Mama benar-benar hilang karena kamu, Kakak nggak akan maafin diri Kakak sendiri. Kak Dev harus pergi. Kamu yang paling besar sekarang, kamu juga yang akan bertanggung jawab." Zel mendengarkan gue dengan baik. Wajah tengil nya nggak terlihat sama sekali, artinya dia serius dengerin ucapan gue.
"Iya Kak, aku janji bakal jagain Mama sama Ara. Aku akan usahain sebaik mungkin buat berubah. Pokoknya nanti pas Kak Dev balik bakal kaget deh." Dia bicara yakin. Sorot matanya kelihatan meyakinkan banget. Bener-bener jarang kelihatan begini.
"Iya Zel Kak Dev bantu doa. Pokoknya, lebih baik nggak usah ngomong ya daripada kamu bikin kacau jantung nya Mama. Kalian harus bergerak setenang mungkin. Misalnya nanti pas mau masuk, kalian harus panggil Mama dulu pelan, terus ketok pintu nya, baru boleh masuk. Ngerti kan?" Avara mengangguk kuat. Dia paham banget kayaknya sama ucapan gue.
"Ara, untuk kali ini kamu bantu Zel jaga Mama ya. Jangan ribut dulu, plis. Kalian harus kerja sama saling menjaga Mama. Oke? Kayaknya kamu udah paham banget sama ucapan Kakak yang tadi. Pasti kamu juga perhatiin kan setiap gerak-gerik Kakak? Yaudah Zelia, Avara, Kakak berangkat dulu." Gue pamit sama mereka. Zel udah berkaca-kaca. Meski jahil dan tengil nya naudzubillah, Zel masih lebih cengeng dari Ara. Emang Avara itu adik gue yang paling kuat.
"Berapa lama Kak Dev akan pergi?" Ara bertanya konyol. Gue sendiri bahkan nggak tau gue masih bisa balik atau nggak. Meski mudah, perjalanan lintas ruang dan waktu masih terlalu beresiko. Gue bahkan belum pernah melakukan perjalanan sejenis itu.
"Kak Dev nggak tau, Ara. Doain ya semoga Kakak bisa balik ke sini." Gue sengaja tersenyum di akhir kalimat. Karena gue beneran nggak tau bakal bisa balik lagi atau nggak.
"Jangan ngomong gitu Kak. Kak Dev pasti pulang." Ara berucap kekeuh. Seolah yakin banget gue masih bisa pulang.
"Iya Ra, iya." Gue memeluk Ara. Erat. Pelupuk matanya sudah berat. Mungkin sebentar lagi akan keluar. Lalu beralih ke Zelia. Bocah itu udah deres banget. Jadi nggak tega gue. Meski nyebelin banget, Zel tetep adik gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix All
Science FictionDevdan Oriole dan dua temannya, Quinton Jitender dan Flava Lutia, memiliki misi menyelamatkan peradaban manusia di zaman mereka karena serangan robot-robot yang ingin menghancurkan manusia. Mereka kembali ke masa lalu untuk mengambil sesuatu yang di...