4 | Menyusul

13 1 0
                                    

- EMPAT -

[Devdan Oriole]

Kalo bisa kembali ke masa lalu kenapa nggak sekalian membuat Mama terlepas dari penyakit jantungnya? Menurut gue, manusia memang bisa menemukan hal baru setiap hari nya. Banyak hal baru yang bermunculan di setiap hari nya, termasuk mesin waktu. Tapi, nggak semua bisa di ubah di mesin waktu. Apa yang sudah menjadi kehendak-Nya benar-benar nggak bisa dicampuri manusia.

Mudahnya gini deh. Di masa sekarang, orang yang lo sayang sudah nggak ada dan lo berniat membuat nya tetap ada. Meski lo datang ke seribu zaman yang lalu sebelum orang itu nggak ada pun, nggak akan mengubah apapun di masa ini. Takdir tetap takdir. Kita nggak bisa mencegahnya. Sekeras apapun lo menyingkirkan batu di tengah jalan supaya nggak bikin orang kesandung, orang itu nggak akan meleset dari takdirnya. Dia malah kejedot pohon kemudian pingsan. Sama aja kan? Akan ada takdir lain selain takdir yang sedang lo coba cegah. Ujung-ujung nya nggak berbuah banyak karena itu sudah takdir.

Begitu juga dengan gue. Gue nggak bisa tiba-tiba datang ke zaman nya Mama untuk selamatin Mama dari penyakit jantungnya. Gue bisa mengambil barang ke masa lalu karena takdir si barang itu sudah begitu. Dia akan diambil orang dari masa depan.

Jam ponsel gue beneran canggih banget nggak bohong. Gue dikasih opsi pilihan di sana, mau pake tahun 2037 atau 2063, atau bisa juga pake kedua-duanya. Makannya gue bisa cari referensi hotel terdekat dari rumah Mama di zaman ini. Nggak cuma dekat, tapi juga bagus dan nyaman. Iris bisa telpon karena gue membuka akses tahun 2063 agar semua informasi dari tahun asal gue bisa masuk ke ponsel gue dan nggak terblokir karena sudah beda zaman.

Melodi yang familiar itu kembali berbunyi. Membuyarkan lamunan betapa takjub nya gue sama benda ini.

Quinton Jitender's calling you...

Gue belum cerita ya siapa itu Quinton? Dia salah satu teman gue. Dari kecil kita selalu sama-sama. Bahkan sampe sekarang, tapi gue lupa kasih tau dia kalo gue lagi liburan di masa lalu. Dia itu YouTubers yang Subscriber nya lumayan banyak. Mungkin seratus dua puluh ribu? Gue nggak tau deh, nggak pernah nonton konten nya yang selalu nggak jelas.

"Halo Quint?" Gue menjawab telponnya. Suara Quint nggak begitu jelas. Kresek-kresek gitu, tapi setelahnya kembali jernih.

"Dev lo dimana? Gue sama Flava nih, udah nyariin lo kemana-mana, tapi nggak nemu. Kata Iris lo pergi ke masa lalu karena ada misi. Misi apa sih? Kok gue sama Flav nggak diajak?" Quint protes. Sesekali terdengar sahutan Flav juga.

Flava Lutia. Dia juga teman gue dari kecil. Kita selalu bertiga-dan yah, jadi berempat sama Iris. Flav itu atlet bela diri. Mantep sih. Murid nya dimana-mana. Makannya nggak heran dia galak dan lebih sangar dari cewek-cewek biasanya. Omongannya juga nyablak banget, serius. Kalo ada yang macem-macem langsung dia tempeleng itu orang.

Gue tertawa mendengar protes Quint yang terdengar kesal. "Liburan, Quint. Jenuh banget gue. Lo sama Flav nyusul aja sini. Bawa duit juga yang banyak. Nanti sampe sini gue share location deh, santai aja." Nada ucapan gue santai banget. Gue yakin di sana Quint sama Flav lagi kesel banget. Mungkin gue bakal ditimpuk seandainya gue ada di sana sama mereka.

"Santai banget lo Nyett! Gue di sini keliling Jakarta nyari lo, lo malah begit-Hah?"

"Coba sini gue mau ngomong sama Dev. Biar gue maki-maki itu anak." Lalu setelahnya yang terdengar hanya suara omelan Flava yang bikin sakit telinga.

Fix AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang