Tolong dibaca author's note di akhir bab ini ya :)
Jangan lupa vote dan komennya!
***
"Oke," Dia menarik napas panjang. Wajahnya memerah ketika aku mengutarakan apa yang terjadi padaku. "Jadi, mau kamu apa?"
Sekarang, aku mengenyit bingung mendengar pertanyaannya yang terkesan aneh. Memangnya apa yang aku mau selain dia menikahiku sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai seorang cowok?
Kemudian dia menggeleng pelang. "Kalau kamu minta dinikahi, aku nggak bisa," ucapnya tegas. Membuatku sedikit terperangah. "Umurku masih muda dan nggak mungkin juga kalau aku nikahin kamu sedangkan aku belum punya kerjaan atau penghasilan sendiri. Emangnya kamu mau dibiayain apa sama aku dengan kondisiku yang sekarang?"
"Aryan..." Aku sampai nggak bisa berkata-kata mendengar ucapannya barusan. Dia nggak mau menikahiku padahal sekarang aku tengah mengandung anak hasil perbuatan bodoh kami yang entah sengaja atau nggak, tapi dia mengeluarkannya di dalam. "Ini anak kamu, Ar."
"I know right, Ayu," desahnya pelan. Sesekali mengacak-ngacak rambutnya dan menggeram penuh frustrasi. "Tapi, aku nggak bisa nikahin kamu, Ayu. Aku bisa tanggung jawab, tapi nggak dengan nikahin kamu."
"Terus kamu mau tanggung jawab kayak gimana kalau nggak mau nikahin aku?!" Nada suaraku sedikit meninggi.
Giliran dia bergeming. Berengsek memang.
"Aryan..."
"Aku nggak tahu, Ayu!" teriaknya dan aku bisa merasakan dia semakin frustrasi. "Lagian kenapa sih, kamu pakai bisa hamil segala?"
"Ini kan salah kamu yang ngeluarinnya di dalam."
"Maksudku..." Aryan menarik napas panjang kemudian membuangnya secara perlahan, "... kenapa nggak kamu cegah atau bilang jangan keluarin di dalam."
"Aku udah minta, Aryan. Tapi kamu sendiri yang keenakan dan akhirnya malah kelepasan. Dari awal, kamu nggak mau pakai kondom dan bilang nggak akan keluar di dalam," ucapku masih teringat kejadian beberapa bulan yang lalu. "Tapi apa buktinya? Kamu malah ngeluarin di dalam dan sekarang di dalam perut aku ada anak kamu yang usianya udah lima minggu. Kamu gila kalau nggak mau nikahin—"
"Please, Ayu ... jangan minta aku nikahin kamu," Dia berjalan mendekat kemudian meraih tanganku. "Bukannya aku nggak mau nikahin kamu—aku mau banget malahan. Cuma nggak sekarang karena aku masih ada impian yang belum aku capai. Kayak ikutan MasterChef, bukan usaha sendiri, dan masih banyak lagi. Aku mau nikahin kamu kalau aku beneran udah mapan dan kamu juga sama, Ayu."
Aku geleng-geleng kepala mendengar penjelasannya barusan. Dia pikir aku juga nggak punya impian yang harus dicapai atau gimana, sih? Kenapa otaknya mendadak bego ketika aku memberitahunya bahwa aku tengah mengandung anaknya?
Well, sebenarnya dia memang cukup bego jika sudah berduaan denganku. Contohnya saja saat kami ... yeah having sex, dia mengeluarkan spermanya di dalamku. Bego banget, kan?
Sudah aku peringatkan ketika pelepasannya hampir tiba karena aku masih waras. Eh, dia dengan gilanya malah bergerak semakin cepat dan nggak mendengar peringatanku karena keenakan—ya aku juga sama kayak dia. Cuma, masih bisa sadar. Sedikit.
"Terus aku harus kayak gimana sekarang, Ar? Membesarkan anak kita seorang diri?" Lalu aku menggeleng pelan. "Aku nggak akan sanggup kalau beneran harus membesarkannya sendiri, Aryan."
Aryan kelihatan meneguk ludahnya sebagai ancang-ancang jika dia akan menjelaskan apa yang ada di benaknya. Aku harap, bukan solusi yang sebenarnya nggak memberikan solusi apa-apa.
"Gimana kalau gini aja." Aryan menghela napas pelan, "... kita jangan nikah dulu. Kamu ikut aku sampai ... anak kita lahir dan aku lulus kuliah. Setelah itu, baru kita ketemua sama kedua orangtua masing-masing. Bilang semuanya dan kita bisa nikah, Ayu. Dan itu, udah pasti aku bisa nanggung semua biaya hidup kamu sama anak kita. Karena setidaknya, pas anak kita lahir, aku kan udah lulus kuliah. Udah dapat tawaran kerja juga di hotel bintang lima."
Jujur saja, aku ... speachless dengan solusinya barusan. Benar saja, dia memberikan solusi yang sama sekali nggak bisa dijadikan solusi dalam menghadapi masalah ini. Dapat kusimpulkan, Aryan benar-benar gila! Otaknya sudah pindah ke dengkul!
"Otak kamu di mana sih, Ar?" Aku bahkan sudah kehilangan kata-kata untuk solusi gilanya. "Kita kabur, balik ke orangtua masing-masing, bilang bahwa aku hamil, dan udah ngelahirin. Bukan setuju yang kita terima, yang ada aku dibakar saat itu juga."
"Terus kamu maunya solusi kayak gimana, Ayu? Yang jelas, buat sekarang aku nggak bisa nikahin kamu."
"Kamu bener-bener keterlaluan ya, Ar," ucapku putus asa. "Kamu enak tinggal bilang kayak gitu dan kasih solusi yang menurut kamu bagus tanpa mikir ke aku nantinya kayak gimana."
"Justru ini solusi terbaik buat kita berdua, Ayu."
"Terbaik muka kamu, Aryan!"
Tanpa pikir panjang lagi, aku meraih kasar tasku yang ada di atas meja belajarnya. Melangkahkan kaki ke lemari cokelat yang ada di kamar kosnya, kemudian mengambil pakaianku yang pernah disimpan di kosannya. Karena dulu, sering kali aku menginap di kosannya. Semuanya aku masukkan ke tasku. Kurasakan Aryan memperhatikan setiap gerak-gerikku di kosannya.
"Ayu, please..."
Bodo amat, aku nggak mau dengan suaranya lagi. Memilih pergi dari kosannya. Tapi sedetik kemudian, aku lupa mengatakan sesuatu padanya.
"Aryan," panggilku dan dia menoleh.
"Apa?"
Tanpa pikir panjang, aku mengacungkan jari tangahku kepadanya. "Fuck you!"
Dia tampak terperangah dengan tindakanku barusan.
"I won't see your fucking handsome face anymore, Aryan," umpatku dengan nada keras. "You're so disgusting! Eww ... the real bastard i ever know!"
***
Haloo? Apakah ada yang kangen sama Aryan?
Sebelumnya, cerita ini sempat di upblish bukan karena nggak ada ide atau males melanjutkannya.
Tapi, karena waktu itu My Hottest Duda udah masuk tahap penerbitan, jadi cerita anaknya Bara di unpub dulu.
Kenapa di unpublish?
Karena mau dirombak biar sedikit nyatu sama alur My Hottest Duda versi novel. Dan juga, versi novel Mas Bara dan Raya beda hampir 90% dari versi wattpad.
Lanjutan cerita yang lainnya gimana?
Belum pasti. Tapi, yang ini bakal selesai karena udah selesai ditulis sampai selesai.
Aryan & Ayu
Terakhir, seberapa nggak sabarnya kamu buat baca bab 1 versi terbaru dari sebelumnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hottest Daddy [Hottest Series#3]
Romance[ SELESAI • Mature Romance 21+ ] *** "Oke," Dia menarik napas panjang. Wajahnya memerah ketika aku mengutarakan apa yang terjadi padaku. "Jadi, mau kamu apa?" Sekarang, aku mengenyit bingung mendengar pertanyaannya yang terkesan aneh. Memangnya apa...