11I Proposed

27 4 2
                                    

NAMIRA

Aku memandangi pantulan diriku di cermin. Hari ini aku akan menjalankan keputusan yang sudah aku buat tadi malam. Tidak ada lagi keraguan dalam diriku untuk keputusan ini. Tapi tetap saja aku merasa takut.

Takut bagaimana kalau Agam sudah mempunyai gadis lain yang sudah siap dipinangnya, atau malah sudah ia pinang. Dan takut hal-hal lain yang bisa membuat aku sakit hati dan kecewa.

Aku dan Agam berjanjian di kedai starbucks yang ada di Moonlight. Hanya berbeda satu lantai dari butikku.

Aku merapikan blazerku dan menarik napas dalam. Baiklah, Namira. Apapun jawaban Agam nanti, kamu sudah siap menerimanya.

Aku mengambil tasku lalu menuruni tangga. Aku melihat mami dan papi sedang ngobrol di ruang makan. Aku mendatangi mereka dan mencium tangan mereka satu persatu. Wajah keduanya terlihat bingung dan saling tatap.

"Ada apanih? Tumben banget kamu pakai cium tangan?" Tanya papi.

"Aku selalu cium tangan ya! Papi aja yang jarang di rumah"

"Emang iya, mi?" Papi menatap mami meminta persetujuan.

"Kalau inget aja kali ah" jawab mami membuat aku cemberut.

"Pokoknya mami sama papi harus doain aku biar hari ini lancar, nanti kalau lancar mami sama papi akan dapat berita bagus" kataku.

"Kamu dilamar sama Rizky?"

Capek deh! Mami mulai lagi.

"Mi! Rizky tuh cuma temen"

"Agam ya?" Tebak mami.

Aku mengatupkan mulut dan mencoba untuk tidak salah tingkah. Tapi sepertinya insting mami lebih kuat.

"Ih bener! Agam! Tuh pi dia mau ngajak balikan Agam pasti"

"Yakin Agam masih jomlo? Dia sudah kepala 3 kalau nggak salah" ucap papi membuat bahuku merosot. Mendengar ucapan papi, mami melotot dan menendang kaki papi dari bawah meja.

Mami berdiri dari kursinya dan merangkul bahuku "Masih banyak kemungkinan yang kita nggak tahu. Apapun hasilnya, mami percaya Namira anak mami udah dewasa menentukan pilihannya. Semangat ya, sayang?"

Aku tersenyum kecil lalu mengangguk "Makasih, mamiiii" aku memeluk mami lalu segera berpamitan.

●●●●●

Ini gila! Kakiku bergetar dibawah meja dan ujung jemarinya terasa dingin. Aku meremas tanganku karena demi apapun aku sangat gugup.

"Are you okay, Namira?"

Aku menatap Agam dan menghela napas. Dalam hati aku meyakinkan diriku berulang kali 'Apapun jawaban Agam nanti, aku siap menerimanya'. Aku menggigit bibir bawahku, ragu untuk mengatakannya.

"You are nervous" itu pernyataan bukan pertanyaan. Agam hafal betul sikapku saat aku marah, sedih, senang, dan segala detil kecil dalam diriku. Kami sudah mengenal satu sama lain dengan baik. Aku memantapkan diri sekali lagi.

"Gam, aku mau ngomong sesuatu. It's sounds ridiculous, but I'm deadly serious." Aku memperhatikan raut wajah Agam yang menegang. Aku menarik napas panjang sebelum mengeluarkan kata-kata yang entah nantinya akan berbuah baik atau tidak "Aku masih sayang sama kamu, and I want you to be my boyfriend. Again."

Hening. Agam kelihatan terkejut tapi dia tidak juga mengatakan sesuatu.

"It's okay if-if you already have a girlfriend! Aku Cuma mau bilang biar aku nggak nyesel aja kedepannya"

Agam tertawa mendengus, aku mengernyitkan dahi ketika Agam berkata lirih setelah dengusannya "I thought I lost my chance" aku tersenyum ketika aku masih bisa mendengar samar apa yang diucapkannya. Jantungku berdetak dengan cepat namun aku merasa sangat lega.

Agam tersenyum memandangku yang juga sedang menahan senyum. "I'm glad you still love me" Agam meraih tanganku dan ketika kulit kami bersentuhan, hatiku serasa dipenuhi bunga-bunga dan beratus-ratus kupu-kupu berterbangan di perutku "I love you, too." Agam terdiam sebelum melanjutkan ucapannya.

"So, are we on the same page now? You ready?"

Aku mengangguk dengan sangat yakin. Aku siap menjalin hubungan ini ke tahap yang lebih lanjut. Aku siap menemani Agam dan menjadi teman hidupnya.

"You and me, together forever?"

Aku tersenyum lalu mengangguk. Agam memekik girang lalu menciumi tanganku.

"Agam! Banyak orang!" aku menarik tanganku dan dia melepaskannya tapi senyum di bibirnya masih tertera dengan jelas.

"Kamu tahu aku sangat-sangat seneng sekarang. Mau cari cincin sekarang? Wo? katering? Gedung? I'm so ready!" ucapnya dengan penuh semangat.

Aku terkekeh "Gam, chill! Kita jalan pelan-pelan ya? Pelan tapi pasti"

Agam mengangguk "Sorry, I just very very very excited" aku tersenyum "Mama pasti seneng banget denger berita ini, sayang"

Kupu-kupu di perutku kembali hidup ketika Agam memanggilku sayang. Sudah lama aku tidak mendengarnya memanggilku dengan sebutan itu. Dan ternyata efeknya masih sama. Bahkan sepertinya yang ini lebih lebay efeknya. Ahh I just love him so bad.

Tuhan semoga keputusanku ini tidak salah.

Cafè Au Lait (Coffee, Work, And Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang