.
.
.Tak banyak yang Minho ketahui dari perbincangannya dengan Chris di sebuah Coffe shop. Nama aslinya Christopher Bang. Ia merupakan seorang pengusaha di bidang farmasi yang berusia empat puluh lima tahun. Padahal menurut Minho, Chris terlihat jauh lebih muda dari usianya.
Pria itu baru saja kehilangan istri ketiganya yang tengah mengandung putera pertama mereka.
Padahal Chris sangat menunggu kelahiran dari pewarisnya. Dan alasan pria pucat itu ada di pemakaman pagi ini adalah untuk mengunjungi cinta pertamanya, yang Minho yakini adalah istri pertama pria itu sebab Chris menceritakan istri pertamanya sudah lama sekali di kremasi.Mereka mengakhiri perbincangan karena telepon Minho yang berdering menandakan bahwa adik kesayangannya telah mengakhiri shift kerjanya dan meminta di jemput.
Setelah saling bertukar kartu nama, Minho berpamitan pada Chris. Meninggalkan si pria dengan senyum menawan yang juga akan berangkat ke makam istri keduanya yang berada di luar kota.
.
.
.
Suasana makam yang sendu dan penuh gurat kesedihan. Entah sejak kapan Chris menyukai suasana seperti ini. Pria itu menatap datar pada nisan bertuliskan sebuah nama, Kim Doyeon.
Makam itu bersebelahan dengan milik sang istri, Hwang Yeji. Istri keduanya yang cantik dan mandiri. Pernikahan mereka berjalan paling lama di antara ketiga pernikahan Chris.
Empat tahun tepatnya, sebelum Yeji yang kala itu baru berusia dua puluh tiga tahun meninggal akibat menelan hampir sebotol pil penenang. Wanita muda itu mengakhiri hidupnya karena depresi akibat beberapa kali kehilangan janin yang tengah dikandungnya.
Chris hanya diam berdiri menatap kedua makam itu. Tanpa berbicara dan bergerak sedikitpun. Pria itu hanya menikmati suasana pemakaman yang sepi, sedangkan pikirannya sudah melayang entah kemana.
.
.
.
"Han Jisung-ssi? Bagaimana kabarmu?", Minho memasuki kamar rawat salah satu pasiennya.
Baru saja ia mendapat laporan bahwa pasiennya itu mengalami serangan panik ketika perawat mencoba membantunya membersihkan diri.
Mata itu masih terlihat kosong, namun tak sekosong saat pertama kali ia dibawa ke rumah sakit. Tubuhnya juga kian berisi dan pipinya sedikit demi sedikit mulai kembali chubby seperti dalam foto yang pernah di perlihatkan oleh kedua orang tua si pemuda Han.
"Dokter...", Cicit Jisung.
"Iya, jisung-ssi", Minho berdiri di samping pemuda itu.
"Kenapa mereka jahat?", Suara pemuda berusia enam belas tahun itu bergetar.
"Aku salah apa? Hiks, mereka bahkan tidak meminta maaf. Hanya memberi keluargaku setumpuk uang. Kenapa polisi malah membebaskan mereka", tangis Jisung pecah.
Dada Minho mencelos dibuatnya, dengan lembut Minho menarik tangan kiri Jisung yang dipenuhi bekas luka. Dan ada satu lagi luka baru yang membuat baju dan selimut rumah sakit bernoda merah.
Minho mulai membisikkan kata-kata yang menenangkan si pemuda ringkih. Perlahan, Minho membantu membersihkan luka Jisung yang untungnya tidak terlalu dalam sehingga ia tak perlu menjahit luka itu.
Setelah pendarahan berhenti dan luka ditutup, Minho menyuapi Jisung dengan bubur yang baru saja diantarkan perawat dan kemudian memberikan pasiennya itu obat yang seharusnya di konsumsi remaja itu semalam. Karena menurut perawat yang berjaga semalam, Jisung sama sekali tidak tidur semalam dan juga enggan menyentuh makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coimetrophile (Banginho) END
FanfictionOrang yang menyukai suasana pemakaman, Terdengar aneh bukan? Namun hidup Minho jauh lebih aneh saat bertemu seorang pengusaha berusia empat puluh lima tahun yang baru saja kehilangan istri ketiganya. Banginho (Dibeberapa chapter terdapat beberapa ad...