6

708 114 32
                                    

.

.

.

"Maaf, saya tidak berada di rumah saat kejadian", ucap Chris yang datang dengan parsel berisi buah-buahan.

Minho hanya mengangguk tanda mengerti, matanya fokus pada remaja tinggi berseragam Sekolah menengah atas yang berdiri disamping Chris.

"Ah, ini putera saya. Dia yang menemukanmu malam itu", Chris menepuk bahu pemuda bermata rubah itu.

"H-hai, Hyung namaku jeongin", pemuda itu tersenyum gugup.

"Terimakasih karena telah datang malam itu, Jeongin", Minho tersenyum manis.

Pemuda itu menunduk malu, "maaf" gumamnya lirih hampir tak terdengar, namun Minho bisa mendengarnya.

"Jeongin harus sering-sering main ke rumah Hyung! Hyung akan membuatkan banyak kue untuk jeongin", Felix memekik semangat melihat bagaimana menggemaskannya si anak tetangga.

Jeongin menatap sang ayah yang dibalas anggukan oleh pria itu. Kemudian remaja itu tersenyum sangat manis yang membuat Felix semakin gemas padanya.

"Tuan, boleh kupinjam jeongin sebentar?"

Setelah Chris mengangguk, tanpa ragu Felix menarik tangan jeongin menuju dapur untuk mencekoki remaja tampan itu dengan brownies dan cookies yang baru dipanggangnya tadi.

Kini tinggallah Minho dan Chris yang terduduk kaku di sofa ruang tamu.

Yang lebih tua berdehem pelan.

"Saya cukup terkejut mendengar hyunjin yang menyerangmu. Terutama jeongin, mengingat hyunjin adalah 'paman' yang dekat sekali dengannya", ujar Chris.

Minho bingung harus membalas apa.

"Selama empat tahun saya dan mendiang istri  saya selalu dibantu oleh hyunjin merawat jeongin"

"Tentu, melihat orang yang disayanginya melukai orang lain akan membuat seseorang terpukul. Tapi syukurlah jeongin mampu bertindak cepat. Tuan mendidiknya dengan sangat baik", balas Minho kemudian.

Chris pun nampak tersenyum bangga atas pujian dari pemuda itu.

"Omong-omong, tuan. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?", Tanya Minho.

"Bukankah pertemuan pertama kita di pemakaman?", Tanya Chris.

Minho menggeleng, "lupakan saja"

"Ah, selagi tuan disini. Lebih baik kita makan malam bersama, Felix pasti sedang menyiapkan makanan", ujar Minho.

.

.

.

"Terimakasih atas makan malamnya. Lain kali kami yang mengundang kalian makan malam di rumah", Chris tersenyum sopan.

Minho mengangguk ringan, "Tak masalah, Jeongin juga harus sering bermain ke sini, okay?", Minho mencubit gemas pipi Jeongin.

Remaja itu melihat ayahnya untuk meminta persetujuan dan dibalas anggukan oleh pria itu. Tentu hal itu entah mengapa membuat Minho merasa sedikit aneh.

"Jeonginie, ini cookies dan brownies untukmu", Felix yang baru muncul dari dapur menyerahkan satu paperbag berisi dua macam makanan manis itu.

Jeongin tersenyum manis dan mengucapkan terimakasih pada kedua bersaudara itu.

Coimetrophile (Banginho) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang