One

42 10 8
                                    

"kringg..kringg..kringg.." bunyi alarm yang tak kunjung dihentikan oleh sang pemiliknya.

Tidak biasanya Seva membiarkan alarmnya berbunyi untuk sekian kalinya.

"Ma ini sudah jam 6.35 kok Seva belum sarapan juga," gumam Pratama papa seva.

"Seva...nak kamu dah bangun kan," teriak Sinta mamanya seva yang kini di meja makan menata hidangan untuk sarapan pagi.

"Coba ma samperin siapa tahu belum bangun," pinta pratama kepada istrinya.

Sinta yang sedari tadi sibuk memasak sehingga tidak sempat untuk membangunkan anaknya, karena pembantunya sedang izin pulang kampung.

"Sayang ka.." ucapan Sinta terhenti melihat anaknya yang tak berdaya didalam kamarnya.

"Pa...papa.." teriak Sinta dengan kerasnya.

"Ada ap.. Seva kok bisa begini ma," Pratama terkejut melihat anaknya yang sudah berlumuran darah itu.

Mendungnya langit pagi yang membuat semua orang resah akan datangnya hujan. Kini Sinta dan Pratama sedang didepan ruang ICU.

Dinginnya cuaca pagi ini beserta hujan yang turun dengan derasnya.

"Gimana dok?" tanya Pratama dengan antusias.

"Maaf pak anak bapak kehilangan darah cukup banyak untung saja persediaan di RS ini masih ada sehingga bisa ditangani dengan cepat dan untuk kondisinya belum ada kemungkinan bahwa pasien akan sadarkan diri mungkin selama beberapa hari ini," jelas dokter panjang lebar.

Dengan hati yang masih kacau akan kejadian tersebut Sinta yang mendengar anaknya tak sadarkan diripun akhirnya pingsan.

Flasback on

0853989****
Lo bakal mati pagi ini juga
23.59

Seva terkejut setelah membaca pesan tersebut, pasalnya nomor yang tidak dikenal itu sudah sekeian kalinya mengirimkan pesan kepadanya.

Seva menatap bintang, matanya yang kini sudah tidak kuat lagi untuk membuka akhirnya terlelap di mimpinya.

"Grekk.." bunyi yang berasal dari jendela membuat pemilik kamat tersebut terkujut.

"Siapa kamu?" pertanyaan Seva dengan gemetar.

Tak ada respon dari lawan bicaranya Seva pun bangun dari kasurnya untuk keluar karena takut dengannya.

Namun tangannya tercengkal oleh wajah dibalik topengnya itu sehingga Seva hanya terdiam dan menangis.

"Lo udah tahu kan gue mau ngapain," suaranya pelan sepelan pelannya.

"Kamu siapa? Kanapa kamu mau membunuhku? Apa salahku?" Dengan suara terisak Seva memberaniakan diri untuk bertanya namun lagi lagi tak ada respon dari wajah bertopeng tersebut.

"Arghh.." tusukan yang mengenai perutnya kini sudah berceceran darah di tubuh mungilnya.

Flasback off

"Pa Seva udah siuman kan?" Pertanyan Sinta yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Belum ma, mama tenang aja papa udah laporin semua ini ke kantor polisi," jelas Pratama kepada istrinya memenangkan.

"Seva pa kenapa bisa seperti itu hiks..hiks.." ucap Sinta dengan terisak.

"Papa juga ga tahu ma kenapa bisa seperti itu," geleng pratama.

"Maaf pak kondisi anak bapak semakin memburuk," ucap perawat memberitahu.

"Apa dok," kedua orang tua Seva terkejut.

Ramainya para pengunjung di rumah sakit, ditambah hujan yang tak kunjung reda tidak terbayangkan bukan akan ramainya seperti apa. Apalagi kondisi Seva yang semakin memburuk.

...

"Ras tahu ga tadi gue lewat depan rumahnya Seva, dan disana banyak banget polisi, kenapa iya? apa mungkin entahlah gue ga tahu," jelas Lye Park shy panjang lebar.

"Serius, Lo ga lagi bohong kan sama gue?" tanya Laras shashy dengan bingung.

"Iya gue serius dong, emang gue pernah bohong sama Lo," ketus Lye.

"Coba deh Lo hubungi Seva," suruh Laras.

"Iya bawel Lo, lagian gue udah hubungi dia dari pagi kali," cetus Lye dengan kesal.

Pengumuman untuk seluruh kelas 12 setelah istirahat kedua kumpul di aula dengan membawa alat tulis terimakasih.

Ada yang bersorak akan senangnya karena tidak ada pembelajaran sampai pulang sekolah, ada juga yang malas karena takut akan ketinggian pelajaran di semester terakhirnya, ada juga yang malas karena bertemu dengan seseorang iya itu sih siapa lagi kalo bukan Lye.

Apaan sih Lo pake sebut - sebut gue segala dasar outhor.

Meef iye:)

"Pake kumpul segala lagi males gue," ucap Lye dengan malasnya.

"Gimana udah ada kabar belum dari Seva?" Tanya Laras menipuk bahu Lye.

"Kalo udah juga gue bakal kasih tahu ke Lo kali," sebal Lye karena dirinya tiba tiba ga mood.

"Lagi PMS lo?" tanya Laras mencorat caret buku yang sedang Lye tulis.

"Resek Lo," ketus Lye

"Kok Lo jadi galak sih," kesal Laras pada Lye.

"Gue males kumpul aja pasti disana ada key yang nyeselin beut," lagi lagi Lye menjawab dengan kesel.

"Iya sih gue.." ucapan Laras kepotong oleh pak Satrio guru matematika.

"Dari tadi saya perhatikan kalian berdua ngobrol terus apa ada pembicaraan yang penting selain mendengarkan penjelasan saya didepan," ucap pak Satrio dengan nada tinggi.

"Ga kok pak, kami tadi menghubungi Seva Karena dia tumben aja pak ga berangkat tapi ga ada izin gitu pak," gumam Laras dengan tegas walau sedikit canggung.

"Iy..iya pak bener," sambung Lye terbata bata.

"Sudah ada izin dari orang tuanya, jadi kalian ga usah repot - repot cari info," kata Pak Satrio dengan lugas.

"Iya Pak kami minta maaf," ucap Laras bersamaan dengan Lye.

"Untuk semuanya saya mohon ketika ada guru menjelaskan di depan dengarkan dan ga ngobrol sendiri," gumam Pak Satrio.

"Oke Pak,"
"Siap Pak,"
"Baik, Pak,"
Ucap sekelas dengan serempak dan berbeda - beda.

Kini suasana kelas menjadi hening layaknya seorang anak kecil yang diberi permen lolypop.

Maaf iya ga panjang beut ceritanya:)
Jangan lupa vote and comment GUYS😉





IntimateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang