Act. 03

8 3 10
                                    

BLOOD, BRUISES, SCARS

Ayleen memarkirkan sepedanya di halaman belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayleen memarkirkan sepedanya di halaman belakang. Selama enam belas tahun hidupnya, ia tidak pernah masuk lewat pintu depan rumahnya. Dengan kata lain, pintu belakang sudah seperti pintu depan untuknya.

Mirisnya lagi, ia bahkan tidak tahu penampakan depan rumah ini. Pintu depan rumah ini, bahkan halaman depan yang katanya luas dan ada air mancurnya.

"Baru pulang?" Seorang pria yang duduk di ruang tengah membuat Ayleen berjalan menghampirinya.

"Kalau belum makan, minta ke dapur atau masak sendiri." Namun pria itu beranjak dari duduknya, meninggalkan Ayleen yang masih berdiri disana.

"Sebaiknya jangan sentuh dapur. Beli di luar saja. Uangnya ada di meja," lanjut pria tadi sebelum berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.

Ayleen melirik meja di ruang tengah, lebih tepatnya benda di atas meja. Lima lembar uang seratus ribu, bukankah terlalu banyak untuk sekadar membeli makanan?

"Apa itu?"

Ayleen terperanjat saat seseorang mengambil alih benda di tangannya.

"Banyak sekali, dapat dari mana?" tanya gadis itu. "Gaji dari kerja part time di minimarket mana mungkin sebanyak ini."

Ayleen urung untuk menjawab saat seorang wanita muncul diantara mereka.

"Apa ini? Uang sewa bulan ini?"

Wanita itu mengambil uangnya. "Baiklah. Lunas."

Ayleen ditinggalkan sendiri di tempat itu. Menatap kosong kedua wanita yang tertawa terbahak-bahak itu. Mereka senang. Mereka bahagia.

Inilah yang terjadi di rumah ini, di kediaman keluarga Serophina setiap kali Ayleen mendapatkan uang jajan dari sang ayah. Nyonya Serophina akan mengambilnya. Bahkan gaji yang didapatnya dari kerja part time pun sebagian diambil oleh saudaranya.

Sejak masuk SMA, Ayleen diharuskan membayar sewa untuk tinggal di rumah ini. Tanpa sepengetahuan Tuan Serophina tentunya. Beruntung Ayleen bisa membiayai sekolahnya sendiri lewat beasiswa. Jika tidak, mungkin ia sudah putus sekolah.

Ayleen merasakan sesuatu mengalir dari hidung kanannya. Ia menyekanya menggunakan jari lalu menatap nanar cairan itu.

Sudah lama sejak terakhir ia mimisan. Mungkin karena ia terlalu memaksakan diri untuk belajar sekaligus bekerja. Membuatnya kelelahan dan mimisan lagi.

 Membuatnya kelelahan dan mimisan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REWRITE THE STARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang