Act. 04

7 3 11
                                    

RIN, LILY, NONO, SONIE

Aku hari ini bekerja seharian penuh di minimarket tempatku part time

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hari ini bekerja seharian penuh di minimarket tempatku part time. Karena ini hari Sabtu dan sekolah hanya buka dari Senin sampai Jumat saja. Aku selalu datang jika tidak ada tugas sekolah yang harus ku kerjakan.

"Ayleen, aku tinggal sebentar ya?"

Aku mengangguk dan berkata, "Baik, Kak."

Itu putra pemilik minimarket ini. Beliau melarangku memanggilnya 'Pak Manager' karena usia kami tidak terlalu terpaut jauh. Sekitar sepuluh tahun, mungkin.

Aku merapikan barang-barang yang berjejer di rak, juga rokok-rokok di belakangnya. Melihat susunan barang yang rapi membuatku merasa nyaman.

"Selamat datang," sapaku saat mendengar seseorang masuk.

"Rin! Aku mau beli minum."

Aku mengangguk dan tersenyum. Gadis yang baru masuk itu sering datang menemuiku, ia tinggal di apartemen depan toko. Bahkan membawakan makanan yang dimasak ibunya untukku. Kami bisa dibilang dekat hingga gadis itu membuatkan nama panggilan untuk. Gadis itu bilang, ia selalu membuatkan nama panggilan untuk orang-orang yang membuatnya nyaman.

Bukannya terlalu percaya diri, tetapi aku suka saat ia memanggilku 'Rin'.

"Kau baru selesai olahraga, Lily?" tanyaku sambil membungkus barang-barang yang dibelinya. Beberapa camilan dan minuman kaleng.

"Iya," jawabnya. "Do you know? Tadi aku sudah sampai di depan lift tapi kakakku memintaku kemari. But, dia memintaku membeli beberapa camilan dan minuman for him and his friend. Jika tidak diberi uang, jika tidak diiming-imingi pergi ke taman bermain, How could I want to go out again? Huh, never."

"Aku sudah cukup lelah habis berolahraga." Dia menjeda celotehannya. "Masih keringatan, masih bau." Ia melanjutkan setelah mencium bau keringatnya sendiri.

Aku hanya bisa terkekeh mendengarnya berceloteh. Lily baru tiba di Indonesia sekitar seminggu, ia masih belum terbiasa dengan bahasa Indonesia setelah datang dari Amerika. Sejujurnya aku terkejut setelah mendengar kami lahir di tahun yang sama. Lily lebih muda beberapa bulan dariku tetapi sudah mendapatkan gelar sarjana.

"Kau tidak boleh seperti itu. Dia kan kakakmu, saudaramu sendiri."

Lily menghela napasnya. "Hah... Seandainya kau yang jadi kakakku."

Aku tersenyum kecil menanggapinya. "Sayangnya aku sudah punya seorang adik. Dia sangat baik, hanya saja..."

Aku diam lalu mentotalkan semua belanjaannya.

"Hanya saja apa?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak."

"Dia baik, hanya saja kami sedang bertengkar." Aku melanjutkan sambil memberikan kembalian untuknya.

REWRITE THE STARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang