7. Almost

19 3 3
                                    

Sekarang malah Nurina yang tidak bisa tidur. Apa maksud dari 'Ingin melihat mu'? Ini semua karena Seokjin, Nurina jadi tidak bisa memejamkan mata dan tersenyum sendiri bagaikan orang tidak waras. Padahal Zahra dan Dita sudah terlelap. Tapi Nurina masih membaca ber ulang-ulang chat nya dengan Seokjin.

Nurina benar-benar tidak waras.

Seokjin
Tidurlah, aku tahu kau tidak bisa tidur karena lapar kan? Makannya besok saja.

Nurina
Iya, haha.

Seokjin sialan memang. Bagaimana bisa Seokjin mengetik random mengatakan kalau Nurina lapar? Sudahlah, Nurina hanya ingin tertidur untuk saat ini.

Nurina mematikan handphone nya, dan mencoba untuk memejamkan mata.

Tapi, Nurina tidak bisa. Mencoba tidur dengan memeluk Dita disampingnya mungkin bisa membuat Nurina tertidur.

Akhirnya, Nurina tertidur sambil memeluk Dita disampingnya.

Padahal Nurina hanya merasa hanya tidur sebentar. Namun, matahari sudah terbit dari timur. Dengan sangat terpaksa Nurina melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Melihat Dita yang akan memasuki kamar mandi, Nurina berlari untuk mencapai pintu berwarna cokelat itu.

"Aku duluan ya," Nurina menyentuh knop pintu kamar mandi.

"Nggak! Aku duluan!" Dita menarik tangan Nurina dan cepat-cepat memasuki kamar mandi.

Nurina tidak ingin kalah. Langsung saja Nurina masuk kamar mandi juga tanpa permisi. "Tidak bisa, aku duluan," Nurina mendorong Dita keluar kamar mandi.

"Nurina! Aku duluan!" Dita mendorong Nurina. Akhirnya mereka dorong-dorongan.

"Cepatlah! Kalian boleh mandi bersama," Zahra berteriak dari luar.

"Tidak-tidak, ---"

"Iya, kau duluan saja," Nurina akhirnya mengalah. Nurina memang tidak ahli dalam memperebutkan sesuatu.

Dita menyuguhkan senyum sumrigahnya. "Sayang Nurina banyak-banyak!" Setelah mengatakan itu Dita membanting pintu kamar mandi dengan keras.

"Jangan dibanting sayang," Nurina menipiskan bibirnya.

Malam ini sangat ramai sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini sangat ramai sekali. Beribu-ribu Army mengangkat tinggi-tinggi Lightstick kebanggaannya. Nurina, Zahra dan Dita beserta Ayah, Bunda Zahra, sekarang berada di salah satu Stadium yang berada di Osaka.

Seandainya saja Nurina bisa merasakan menonton konser bersama Eomma dan Appa nya. Nurina sangat menginginkan itu. Tapi, Nurina bisa apa? Orang tua nya terlalu sibuk untuk berbisnis. Dibandingkan dengan Nurina, mungkin orang tua nya akan memilih bisnis.

Namun, kenyataan itu tidak pernah membuat Nurina membenci orang tua nya. Nurina paham kalau dunia di mata orang tua nya hanyalah tentang uang, uang, dan uang. Nurina tidak keberatan dengan hal itu. Munafik jika seseorang tidak membutuhkan uang.

Ah, Nurina tidak ingin memikirkan itu lagi. Saat ini adalah saatnya untuk Nurina bersenang-senang meneriaki nama ketujuh pria yang ada di atas panggung.

Atensi Nurina tidak bisa teralihkan dari Seokjin. Nurina masih memperhatikan gerakan Seokjin. Sesekali, Seokjin juga melirik ke arah Nurina. Tapi, pada saat Seokjin melirik Nurina, Nurina membuang muka ke arah Jungkook. Pintar sekali.

Konser telah usai. Nurina masih memikirkan chat nya dengan Seokjin. Apakah Nurina harus menemui Seokjin di belakang stage?

Tiba-tiba Zahra menarik Nurina dan Dita menuju belakang stage. Pikiran Nurina tercampur aduk. Bagaimana kalau Nurina bertemu dengan manager mereka? Bagaimana kalau Nurina bertemu dengan staff-staff yang bekerja disana? Nyatanya, mereka semua hanya berlalu-lalang tidak peduli dengan Nurina, Zahra, dan Dita. Baguslah.

Nurina melihat Seokjin. Langsung saja Nurina menghampiri Seokjin. Jujur saja, Nurina merindukannya.

"Dimana airpods ku?" Padahal Nurina tidak ingin airpods nya, tapi ingin melihat Seokjin.

"Aku tidak membawanya," Seokjin enteng.

Nurina melebarkan matanya. "Apa? Katanya kau akan mengembalikannya,"

"Aku tidak mungkin membawa itu kesini, barang itu ada di dorm," Nurina ingin menjambak rambut berantakan Seokjin sekarang juga. Tidak-tidak, tidak disini.

"Terserah!" Nurina beranjak meninggalkan Seokjin. Namun, Seokjin mencekal tangan Nurina.

"Kau akan pergi?" Seokjin dengan mata yang mengisyaratkan Nurina tidak boleh pergi.

"Untuk apa aku disini?"

"Untukku, sebentar saja," Seokjin merengkuh Nurina didalam dekapannya.

Lidah Nurina kelu. Tidak tahu akan mengatakan apa. Nurina diam saja, sambil mengatur nafasnya. Sulit sekali rasanya bernafas. Melihat jidatnya saja sudah kejang-kejang, apalagi dipeluk? Oh maaf, Nurina keterlaluan memang.

"Sepertinya, aku familiar dengan aroma parfum ini," Seokjin melepaskan pelukannya. Seokjin sedikit mengingat-ingat.

Nurina tidak pernah mengganti aroma parfum memang. Sejak remaja, Nurina terus memakai parfum dengan aroma yang tetap sama.

"Di Danau, aku memelukmu, tentu saja familiar," Nurina beralasan.

"Tidak, aku sepertinya ingat, Min Soo --"

"Aku pergi dulu," Nurina melambaikan tangannya, dan pergi dari belakang stage begitu saja.

"MIN SOO HYUN!!" Seokjin sedikit berteriak.

Nurina bingung harus apa.

•••
JANGAN LUPA VOTE YA GUYS! SPAM COMMENT DONG BIAR AKU SENENG. LOVE YOU!! BORAHAE💜

shfrvzhr

Epiphany || KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang