Part 2

865 81 2
                                    

Author POV-

“P’Vee ayo bangun.”

Mark mengusap lembut pipi Vee yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Semalam Vee memang menginap di kamar Mark bukan tanpa alasan, hubungan Vee dan Ploy yang belum membaik menjadi alasan mereka berdua untuk terus bersama sepanjang hari, bahkan mereka berdua sudah tidak malu lagi menunjukan kemesraan di depan teman-teman mereka.

Ploy yang meminta break dari hubungan-nya membuat Vee juga semakin leluasa menunjukan ke posesif-an-nya atas diri Mark.

“Uhhhhh”, Vee meregangkan tubuhnya lalu membuka kedua matanya perlahan.

“Ini masih pagi Mark.”, ucap Vee lagi lalu mensejajarkan posisinya dengan Mark.

“P’ ada kelas pagi kan? P’yihwaa menelpon dan bilang kalau hari ini kau tidak boleh terlambat.”, ucap Mark kemudian.

“Benar, aku ada presentasi hari ini.”, lalu Vee mencium pipi Mark dan langsung menuju kamar mandi, menyisakan semu kemerahan di pipi Mark.

“P’Vee”, hanya itu yang dapat Mark ucapkan sesaat setelah Vee menciumnya.

Setiap hari Mark selalu dihujani perasaan bahagia, Vee tidak pernah membiarkan Mark berfikiran hal yang buruk tentang dia, selalu menjadi orang yang baik di sisi Mark.

-Mark POV-

Aku melangkahkan kakiku di samping orang yang sudah bersamaku 3 bulan terakhir, aku tidak pernah memaksakan kehendak ku atas dia, Memaksakan semua fikiran ku terhadap dia, bahkan tentang Ploy pun aku tidak pernah memaksa mereka untuk berpisah walaupun aku tau mereka sedang berada di situasi yang rumit saat itu.

3 bulan ini ku jalani dengan bahagia, tidak pernah sekalipun P’Vee membuatku terluka, dia selalu menepati janjinya untuk tetap berada di sisiku.

“Mark? Apa yang sedang kamu fikirkan?”, suara p’Vee membuyarkan lamunanku.

“Aku hanya berfikir, bagaimana jika kita di pisahkan bukan karena orang lain, tetapi karena takdir?”, aku mengatakan semua yang ada di fikiranku sejak semalam.

Semakin p’Vee bersikap baik semakin besar perasaan takut kehilangan yang menghantuiku.

“Apa yang kau bicarakan? Sudah, tidak usah berfikir yang macam-macam. Lagipula jika benar takdir yang akan memisahkan kita, aku akan terus mencari mu agar kita bisa bersama kembali.”, P’Vee mengucapkan kata-kata itu dengan sangat yakin lalu menggenggam tanganku.

Aku benar-benar bersyukur untuk saat ini, ada P’Vee yang selalu siap di sisiku.

“Terima kasih.”, ucapku kemudian sambil tersenyum.

P'Vee menggenggam tanganku dengan erat. Aku tau betul dia sama khawatirnya denganku.

"Vee!", Aku mendengar suara yang sudah tidak asing lagi ditelinga ku. Suara Ploy, orang yang ada di tengah-tengah antara aku dan P'Vee.

"P'Ploy?", Jawabku lalu berusaha melepaskan genggaman tangan P'Vee yang-justru-malah semakin digenggam dengan erat.

"Ya Ploy? Ada perlu apa?", Aku tau P'Vee berusaha untuk menjawab semua pertanyaan Ploy dengan raut wajah yang biasa saja.

"Hai Mark? Tidak apa-apa, genggaman tangannya tidak usah dilepas.", Ucap Ploy yang tau aku mencoba melepaskan tangan Vee, "aku ingin mengundang kalian berdua ke pesta pertunangan ku.", Aku yang mendengar-nya langsung dari mulut Ploy langsung menatap wajah Vee.

Aku tau dia belum bisa sepenuhnya melupakan Ploy, kisah mereka yang belum selesai tentu saja menjadi satu-satunya alasan kenapa Vee belum bisa sepenuhnya melepaskan Ploy.

"Ahhhh, baiklah. Aku dan Mark akan datang ke pestamu. Terima kasih sudah mengundang ku", Vee tetap tersenyum dan membiarkan Ploy pergi setelah memberi tahu kami tentang pertunangannya.

"P'Vee? Kau baik-baik saja?", Aku mengusap tangannya perlahan lalu menatapnya kemudian.

"I am okay. I have you , jadi apa yang harus aku khawatirkan.", Kata Vee kemudian sambil tersenyum, "Aku punya istri yang tampan, pintar masak, dan bisa memuaskan ku di ranjang", ucapnya lagi sambil tersenyum.

"P'Vee!", Aku memukul perutnya pelan karena semua ucapannya jujur saja membuat wajahku memerah.

-Vee POV-

"Aku ingin mengundang kalian ke pesta pertunangan ku.".

Pertunangan? Aku fikir, hubungan antara aku dan Ploy belum berakhir. Kami hanya Break dan belum menyampaikan kata putus. Bukan!, Aku tidak menginginkan Ploy kembali, tetapi tetap saja hubungan ini belum berakhir.

Perasaan campur aduk setelah mendengar undangan Ploy menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Aku tau, tidak seharusnya aku masih memikirkan Ploy apalagi ada Mark disampingku. Mark mengusap tanganku lembut untuk menenangkan perasaan yang tidak jelas ini.

"Baiklah Ploy kami akan datang kepestamu nanti.", Hanya itu yang bisa ku katakan, apa lagi? Aku tidak bisa menahan siapapun saat ini.

"P'Vee? Ayo kita pulang saja. Aku sudah tidak lapar", Mark menggenggam tanganku lalu berjalan menuju mobil yang ku parkir tadi.

Kami memang berencana makan siang setelah aku menyelesaikan project ku di kampus tadi.

"Mark? Ada yang salah?", Aku mulai mencerca-nya dengan banyak pertanyaan.

"P'Vee?", Mark memeluk pinggang-ku yang sedang fokus menyetir.

"Aku merindukanmu.", Ucap Mark kemudian.

Kenapa dia menjadi seperti ini, apa dia tau perasaanku sedikit banyak nya sedang kacau.

"Hm? Merindukanku? Kita bersama hampir setiap hari, kenapa kau masih merindukanku?", Aku menatap wajahnya yang bersandar di pundak ku. Aku selalu jatuh cinta pada tingkah dan perilaku Mark, tentu saja wajahnya yang manis aku anggap sebagai bonus keberuntungan.

"Aku merindukanmu.", Ucap Mark lagi kemudian mengecup pipiku.

Aku hanya bisa tersenyum, rasanya aku ingin memeluknya sepanjang hari diatas ranjang berukuran kingsize kami.

Aku memarkirkan mobil kami di condo, menatap wajah Mark kemudian mengecup bibirnya sekilas. Aku juga merindukan Mark, merindukan dia dipelukanku.
Mark memeluk-ku lalu tersenyum.

"P'Vee ayo turun. Aku mau peluk lagi", Mark turun mendahului ku, dan langsung masuk kedalam condo kami.

Aku mengambil barang bawaanku, lalu menyusul dia ke condo.
Mark memang menggemaskan, menatap dia yang sedang jalan sambil bersenandung saja sangat menggemaskan. Siapa yang tidak ingin memiliki istri seperti Mark, bahkan Nuea pun menginginkan Mark sebelum aku dan Mark bersama.

"Mark? Project yang harus ku serahkan ke Yihwa mana ya?" Aku membuka pintu lalu terpaku saat melihat Mark sudah mengganti pakaiannya dengan kemeja super besar dan duduk diatas ranjang kami.

"P'Vee?", Mark tau betul bagaimana cara menggoda suaminya. Benar-benar tidak akan kulepaskan dia hari ini.

Aku menutup pintu kamar kami lalu menghampiri tubuh mungilnya yang sedang duduk sambil menatapku.

"P'Vee.", Mark memeluk pinggangku lalu kubalas dengan senyuman paling manis yang pernah aku punya.

"Mark? Jangan salahkan aku kalau kau tidak bisa berjalan dengan baik besok pagi.", Aku lihat Mark menelan saliva-nya lalu membuatku duduk di sebelahnya.

Kuakui, Mark memang ahli dalam urusan membuat aku "puas".

"P'Vee? Mark merindukan P'Vee.", Setelah mengucapkan itu dengan nada yang sangat manis , Mark duduk diatas pangkuanku dan melingkarkan tangannya di leherku. Kupeluk pinggang rampingnya lalu mengecup bibir manis Mark , aku merindukan istriku saat ini.

----------------To Be Continued------------------

Sorry for late update. Hope u guys enjoy it .

MY ANOTHER HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang