Prolog

20 2 0
                                    

Hati-hati typo!! Happy reading~~

▪Ki_Ni▪

     Seorang wanita paruh baya kesusahan membangunkan anak dan kedua sahabatnya. Ini hari pertama mereka sekolah setelah melewati panjangnya libur semester.

Tok tok tok

"Sayang, ayo bangun!! Udah jam 6 lho. Nanti kalian telat!!" Ini bukan pertama kalinya mama Nindy berteriak sambil mengetuk pintu kamar anaknya.

     Merasa lelah karena sudah cukup lama berdiri, ia memilih membangunkan ponakannya di kamar yg tidak begitu jauh dari kamar Nindy.

Cklek. (pintu tidak dikunci, beda sama kaum hawa:V)

"Iyan, bangun sayang" Dewi mengguncang tubuh ponakannya.

"Eungghh.. kenapa mah? Iyan ada kelas masih nanti jam 9"

     Riyandi Mazumdan, kakak sepupu Nindy yg kuliah di Jakarta, dan tempatnya dekat rumah Nindy. Jadi ia tinggal bersama tantenya. Ia sudah menganggap mama Nindy seperti mamanya sendiri. Begitupula Nindy yg ia anggap seperti adiknya. Karena ia anak tunggal.

"Mama minta tolong dobrakin pintu kamar adik kamu. Mereka belum bangun, pintunya dikunci"

"Hah?! Belum bangun? Udah jam 6 lewat lho ini ma!" Kagetnya saat melirik jam weker di atas nakas.

"Makanya mama minta tolong dobrakin pintunya. Mama takut mereka telat"

"Iya ma" Iyan bangkit kemudian berlari ke kamar Nindy.

Brakk

"Astaga!!" Pekik Riyan kala melihat tiga orang gadis dengan gaya tidur yang sudah tidak beraturan.

     Nindy dengan tangan yg masih memegang kemasan camilan namun isinya sudah kemana mana.

     Dhea dengan kepala yg menggantung di tepi kasur. Dan ya, hanya Via yang baik-baik saja.

     Bagaimana tidak? Kini ia sudah tergeletak di lantai dengan berbalut selimut tebal seperti kepompong.

     Iyan lebih dulu membenarkan posisi Dhea sebelum jatuh, kemudian mengambil bungkus camilan dari genggaman Nindy, dan membebaskan tubuh Via dari penjara selimut lalu memindahkannya ke atas kasur. Setelahnya ia mengmbil air satu ember untuk menyiram para gadis kebo itu.

"Iyan jangan!!" Larang mama Nindy.

"Biarin aja ma. Anak gadis masa jam segini masih tidur. Mana sekolah lagi. 45 menit lagi mereka bakalan telat ma"

"Yaudah terserah kamu aja"

Swarrr

"Kadal kuning!!"-Nindy
"Akh!!"-Dhea
"Tolong banjir!!"-Via

Pekik ketiga gadis itu bersamaan karena kaget diguyur air setimba.

"Bangun!! Jam berapa ini?!" Bukannya Dewi yang marah, malah Iyan yang berkacak pinggang menatap sangar para gadis itu.

"Abang!!" Dan bukannya takut, Nindy malah menatap tajam kakak sepupunya itu.

"Astaga!! Sekolah!!" Kaget Via mengingat ingat.

     Karena Via yg lebih dulu ingat, ia segera masuk kamar mandi sebelum didahului kedua sahabatnya.

"Astaga iya! Lupa adduuhh!! Ih Via curang!! Abang, Nindy pinjem kamar mandi!!" Nindy berteriak sambil berlari menuju kamar Iyan.

"Dhea! Cuma kamu yang tetep datar? Bahkan kamu gak kaget kayak yg lain?!" Tanya Iyan tidak percaya.

     Pasalnya kedua sahabatnya sudah kelabakan berebut kamar mandi, dan Dhea masih setia dengan wajah datarnya? Oh ayolah, bahkan ia tidah terkejut seperti yg lain.

"Dhea, cepet kamu pake kamar mandi mama sana!" Titah Dewi lembut.

     Jujur, Dhea sangat nyaman berada di dekatnya. Mungkin karena ia sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang ibu. Via juga sama, ia merasa sangat nyaman bersama mama Nindy.

"Iya ma" Jawabnya sambil bangkit tanpa nada datar ataupun dingin. Iyan yg menyaksikan hanya mampu menganga tak percaya.

▪Ki_Ni▪

#Sekolah

"Huh! Selameeett.. masih 25 menit lagi. Emang the best dah abang gue" Lega Nindy saat memasuki sekolahnya ternyata bel akan berbunyi setelah 25 menit lagi.

"Iya. Untung juga dia masih mau nganterin kita" Kekeh Via.

"Woeee!!" Seseorang berteriak dari belakang. Ketiga gadis itu menoleh serempak. Daann??

▪Ki_Ni▪

See you the next chapter💛

Kisah NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang