0.1 Awal Kisah

36 5 3
                                    

Aku sedang merapihkan beberapa buku-buku yang menumpuk di meja belajarku. Jika kalian pikir ini semua adalah buku pelajaran kalian salah besar, di meja belajarku hanya 10% yang berisi buku pelajaran sekolah dan sisanya hanyalah novel novel

Aku memang sangat senang sekali membaca. Selain menambah wawasan membaca juga membuatku mengantuk dan itu sangat membantuku jika aku sulit tertidur dimalam hari

Beberapa buku sudah aku pisahkan dan akan aku simpan di gudang agar tidak membuat meja belajarku sangat terlihat penuh dan berantakan. Aku menumpuk buku buku itu didalam kardus dan akan membawanya ke gudang

"Mau dibawa kemana semua buku buku nya?"tanya Kak Jae

Kak Jae adalah kakak ku satu satunya, Ia berkulit putih sama seperti bunda sedangkan kulitku berwarna sedikit gelap mirip seperti Ayah

"Mau disimpen di gudang, Kenapa?"

Kak Jae duduk ditepi ranjang sambil melihat lihat buku yang ada ditumpukan kardus

"Kalau udah disimpen mau diapain?"

"Eh?"

Kak Jae menatapku yang sedang bingung menjawab pertanyaan nya

"Lebih baik sumbangin ke panti asuhan atau ke sekolah sekolah daripada disimpen sampai berdebu begini" Aku berpikir sejenak sambil menatap tumpukan buku yang ada dikardus belum lagi masih ada dua kardus berisi buku buku di gudang yang sudah lama tidak aku sentuh

"Tapi sayang,"ucapku ketika mengingat bagaimana susahnya aku mendapatkan buku buku itu. Aku harus menabung untuk membelinya dan terkadang aku kehabisan stok dan mengharuskan aku untuk mencarinya di pusat kota

"Rasa lelah kamu menabung akan terbayarkan ketika lihat orang yang baca buku dari kamu bisa termotivasi dan sukses"

Aku berpikir kembali. Bukanya bermaksud pelit tapi ada rasa berat dalam hatiku

Aku menghela napas kemudian mengangguk, toh jika aku merindukan buku buku itu aku bisa datang ke panti asuhan tempat aku menyumbangkan buku buku nya nanti

"Yakin ikhlas?"pertanyaan Kak Jae mampu membuat rasa berat dihatiku menjadi hilang begitu saja

Aku mengangguk lagi "Anterin tapi ya, aku malu sendirian"

Kak Jae mengangguk, Aku tersenyum ketika tangan Kak Jae mengacak acak pelan pucuk kepalaku. Beruntungnya aku memiliki saudara yang sangat baik seperti Kak Jae, Andai saja bunda dan ayah masih ada pasti mereka bangga dengan anak sulungnya itu

Ayahku adalah seorang Perwira Polisi dan tewas dalam tugas saat berusaha menangkap penjahat pada tahun 2015 lalu ketika aku masih duduk dibangku SD dan Kak Jae duduk dibangku SMA

Saat mendengar kabar itu bundaku mengalami serangan jantung yang membuatnya pergi meninggalkan kami. Setelah itu kami tinggal dirumah bibi adik perempuan bunda, kami tidak begitu dekat dengan bibi dan selalu merasa tak enak hati tapi kami memutuskan untuk bertahan

Ketika aku berada dikelas 9 SMP Kak Jae membeli rumah yang tidak begitu besar namun layak dari hasil uang simpanan yang Ayah dan Bunda sisakan. Setidaknya aku dan Kak Jae tidak lagi hidup bergantung pada bibi

Umurku dan Kak Jae hanya beda 4 tahun, tidak begitu jauh namun juga tidak begitu dekat. Setidaknya saat ini ketika aku masuk SMA kak Jae sudah memiliki perkerjaan

------

Aku membolak balikan buku paket matematika yang ada didepanku saat ini. Aku sangat benci pelajaran matematika bahkan melihat angka angka nya saja sudah membuatku pusing

Seberapa keras aku mencoba untuk memahami tetap saja sia-sia seakan otakku memblokir akses untuk pelajaran matematika masuk kedalamnya

"Kamu ngerti gak?"tanyaku pada teman sebangku ku yang sepertinya sangat serius menghitung

REMEMBER METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang