PROLOG

141 51 17
                                    

"Lo bisa gak sih, berhenti repotin gue?!" geram Raksa.

Rahang cowok itu mengeras dan wajahnya memerah menahan kekesalan yang menggebu-gebu. Namun hal itu tak lantas membuat cewek cantik yang ada.

di hadapannya itu takut. malah sebaliknya, cewe bernama lengkap Glessia Sinta itu malah menyengir lebar.

Glessia menatap Raksa dengan puppu eyes. "Raksa yang ganteng...sama tetangga itu gak boleh pelit."

"Bodo! Berangkat sendiri dan jangan pernah nebenf sama gue lagi. Ngerti?!" bentak raksa.

"Ish! Kok ngambek mulu, sih? kalau Glessia jantungan gimana? Raksa emang mau tanggung jawab?" sungut Glessia.

"Bodo amat," balas Raksa.

Raksa menaiki motornya dan memakai helm secepat mungkin. Dia menatap tajam Glessia yang ingin mendekatinya. Sementara yang ditatap hanya mengerucutkan bibir.

"Gless berangkat sama siapa dong, kalau bukan sama Raksa?" tanya Glessia.

"Taksi banyak, bego. Gue bukan supir lo yang bisa lo suruh antar-jemput setiap hari." Raksa menatap sinis Glessia.

"Ish! Glessia takut naik taksi, Raksa! Gimana kalau Glessia tiba-tiba diculik?"

Glessia menghentakkan kedua kemauannya oleh sang Ayah.

"Gue.gak.peduli!" Raksa memberikan penekanan dalam setiap kalimatnya.

Cowok berkulit sawo matang itu menghidupkan motornya. Ia menatap jengah sosok cewek berponi itu. Setiap waktunya selalu diganggu oleh kedatangan Glessia.

Tidak di sekolah ataupun di luar sekolah, Glessia sudah seperti bayangan yang selalu ada di mana pun ia berada. Tidak pernah bisa tertinggal, terkecuali kalau Raksa pergi ke kamar kecil, tentunya.

Raksa tipikal orang tidak suka direpotkan. sejak motornya di beli, tidak satu pun orang yang pernah ikut nebeng dengannya, tak terkecuali Mama atau Papanya sendiri atau bahkan teman-tamannya.

Namun kedatangan Glessia bersama keluarganya dua minggu terakhir ini, membuat hidupbya kacau. Agatha tidak pernah absen dalam sehari memberi perintah kepada Raksa untuk membawa Glessia ketika ingin berangkat dan pulang sekolah.

Raksa merasa sudah seperti seorang supir pribadi Glessia yang notabenya tetangga baru mereka. Bahkan hanya untuk pergi ke minimarket yang letaknya tidak sampai 20 meter dari rumahnya saja, Glessia memintanya untuk mengantarkan.

"Raksa kok jahat banget, sihh? Glessia kan cuma mau berangkat bereng," ucap Glessia dengan suara pelan sambil menunduk.

Raksa berdecih ketika melihat mata Glessia yang memerah dan berkaca-kaca. Dapat Raksa tebak, hanya dalam hitungan detik cairan bening itu pasti akan segera luruh.

Raksa menjalankan motornya mengeluari garasi rumahnya.

Peduli setan dengan Glessia, Raksa tidak mau lagi membonceng cewek itu, titik. Meskipun dia menangis darah sekali pun keputusan Raksa sudah bulat.

Namun sayangnya, hanya karena sebuah teriakan maupun membuat Raksa menghentikan motornya dengan sangat terpaksa. Raksa membuka kaca helmnya.

"RAKSA KAMU APAIN GLESSIA?!" teriak wanita paruh baya dari teras rumah.

"Glessia siapa, sih? Aku gak kenal." ketus raksa seraya memutar bolah matanya.

Mendengar perkataan Raksa membuat tangis Glessia semakin keras. Agatha yang berada di teras rumah pun segera menyusul Glessia ketika mendengar suara tangis cewek itu semakin menjadi.

"Aduh, cup....cup....cup....Glessia cantik. jangan nangis lagi, dong. Cantiknya nanti hilang lho," rayu Agatha.

"Raksa...hiks...dia gak mau....hiks....boncengin, Glessia.... Huwaa!"

Raksa menggeram kesal. ia
menatap tajam ke arah Glessia yang sedang menangis dalam pelukan Mamanya. Dengan sangat-sangat terpaksa. Raksa turun dari motornya dan menarik tangan cewek itu kasar.

"Ayo!" ketus Raksa.

Glessia berjalan mengikuti Raksa yang menarik paksa tangannya. Senyumnya merakah ketika Raksa menyuruhnya untuk naik ke atas motor cowok itu. Tanpa ba-bi-bu lagi, Glessia langsung naik dan menghapus asal air matanya.

"Les't go, Raksa!"

"Bacot!"

VICINUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang