Raksa menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Raksa menyalakan list musiknya secara acak dengan kedua earphone hitam yang menyumpal telinganya. Cowok itu membuka aplikasi chat berbasis internetnya.
Raksa menyerngit melihat notifikasi
WhatsApp-nya ramai dibanjiri oleh
grup kelasnya. Merasa penasaran,
Raksa membuka ruang obrolan6 tersebut.53133145 IPA II
Rizky: Besokkan minggu tuh, Don,
otomatis kita mulai liburan. Besok aja gimana?Aldi: Minggu hari tidur sedunia.
Riska: Jm 5 berangkat gue setuju
Olivia: Bener tuh kata Rizky, besok aja berangkatnya
Cesil: Aldi pikirannya tidur mulu.
Mending gak perlu ikut deh-_-Lara: ^2
Aldi: Brsk.
Devan: Gue setuju. Besok berangkat
subuh biar datengnya gak kesorean
juga. Sore kita bisa mulai bakar-bakaran. Gimana?Rizal : Serah dah
Lulu: Tim keputusan akhir☝
Rizky: Ide bagus, Van.
Doni: Gue sih, sebisa kalian aja. Gue
siap kapan punWandi: Gue sih, oke oke aja.
Jen: ^2
Milka:^3
Lauren: ^4
Rizal: Gue jg
Olivia:^5
Cesil: ^6
Rizal: Hm
Raksa S : Ngapain?
Devan: Lo jadi ikutan, Rak?
Raksa S.: Camping?
Doni: Iya
Raksa: Iya, jadi. Kapan?
Glessia: IKUTTTT!!!!
Doni: Sesuai voting di atas, besok
berangkat. Kumpul di rumah gue aja,
biar bisa berangkat barengGlessia: Jam berapa, Doni???
Doni: Jam enam, bisa kan?
Rizal: Oke
Lulu: Bisa kok
Olivia: Hooh
Devan: Sip
Rizky: Oke lah
Cesil: Okok!
Glessia: OKE!!
Raksa S.: Sip
Wandi: Bisa bisa
Aldi: Hm
Doni: Fix, besok yo.
Read.
Raksa menutup aplikasinya, lalu
berdiri dari tempat tidur. Raksa
mengambil tasnya, kemudian mulai
memilih baju untuk dibawa besok.
Hanya beberapa lembar pakaian
dengan sepatu merah yang sengaja ia
letakkan di depan lemari untuk dipakai besok pagi.Raksa melirik balkon kamar tetangganya yang masih diterangi cahaya lampu dari dalam kamarnya. Tumben, pikirnya. Biasanya pintu balkon Glessia terus terbuka terkecuali pemilik kamarnya ingin tidur.
Kalau diingat-ingat, dari tadi sore
setelah mereka sampai dari rumah
Doni, Glessia tidak terlihat sama sekali dari pandangannya."Dia marah sama gue?" Sebelah alis
Raksa terangkat.Raksa mengedikkan bahunya. Lalu
berniat ingin menutup pintu balkon
yang terbuka lebar, membebaskan
tiupan angin masuk ke dalam
kamarnya.Beru saja tangan Raksa ingin menarik
pintu balkonnya, tiba-tiba saja pintu
balkon Glessia terbuka sedikit. Wajah
polos Glessia muncul di tengah tengah celah pintu tersebut dengan raut wajah beda dari biasanya. Datar."Besok tungguin, Gless. Kalo sampai
pergi duluan.." Glessia memutar
matanya seperti orang yang tengah
berpikir. "Pokoknya Raksa gak boleh
pergi duluan!"Brak!
Pintu ditutup keras dari seberang sana. Raksa menyerngit keheranan dengan tingkah laku cewek itu. Gak jelas banget, njir.
Raksa menggelengkan kepalanya.
Cowok itu segera menutup pintu
balkonnya ketika merasa tubuhnya
mulai kedinginan akibat angin malam yang menerjang kulit, terlebih hujan baru reda sejam yang lalu.Raksa menarik selimutnya hingga batas dada. Cowok itu mematikan lampu kamarnya bertepatan pintu
yang dibanting keras terdengar. Niat
Raksa ingin menutup mata terhalangi. Cowok itu bangkit dari posisinya lalu membuka pintu kamar, berniat memeriksa keadaan luar.Baru satu langkah dari pintu
kamarnya, Raksa melihat Galaksi yang tengah menaiki tangga. Keduanya sempat bertatap muka."Gak papa," ucap Galaksi seakan tau isi pikiran anaknya. "Kembali ke kamar."
Dengan berbagaimacam pertanyaan
yang bersarang di kepalanya, Ralksa
terpaksa menuruti perintah Papanya.
Melihat raut lelah Galaksi, menahan Raksa untuk menanyakan secara
langsung tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.Raksa kembali membaringkan tubuhnya di kasur. Lagi-lagi cowok itu gagal menutup matanya karena
ponselnya yang berdering. Panggilan masuk dari Glessia membuat rautdatar Raksa muncul ditamaram kamar.Raksa berdecak kesal sebelum mengangkat telponnya.
"Besok bangun jam setengah lima Siap-siap terusjangan lupa sarapan. Pastiin barang Raksa gak ada yang ketinggalan satu pun. Um... oh iya, jangan lupa izin ke Tante Agatha sama Om Galaksi. Pokonya jangan kemana-mana sebelum Glessia dateng, oke?!" tutur Glessia panjang lebar.
Raksa mengusap wajahnya, lalu
memejamkan mata sebelum berkata,"Gless.""lya, Raksa?" sahut Glessia girang.
"Ganggu!"
Tut...tut...tut...
☆☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
VICINUS
Teen FictionKenangan bagaikan lenyap ditelan bumi ketika sosok gadis dengan mata hazel itu resmi menjadi tetangga baru mereka. Andai bisa, ingin rasanya Raksa menenggelamkan Glessia ke luasnya lautan samudera hanya untuk mendapatkan ketenangannya kembali. "Lo b...