Glessia melepaskan lilitan handuk di
kepalanya. Rambut basahnya yang
terurai sesekali menjatuhkan beberapa tetesan air ke lantai. Dengan segera cewek berponi itu mengambil hair dryer-nya.Bertepatan ketika Glessia duduk di
depan cermin, pintu kamar diketuk
dari luar, diiringi sebuah suara yang
terdengar tidak asing di telinga Glessia."Gless," panggil Cesil, "Udah belum
mandinya?"Glessia sibuk memandangi rambutnya yang tengah dikeringkan di pantulan cermin. "Mandinya udah kok, tapi pake bajunya belum."
"Allahu!" Cesil menepuk jidatnya.
"Cepetan pake bajunya, gue sama
yang lain nungguin di ruang makan.
Pokoknya harus secepat mungkin, kalo gak mau ditinggal. Oke?"Tanpa menunggu jawaban Glessia
terlebih dahulu, Cesil langsung beralih ke kamar yang jaraknya hanya terbatasi dua kamar dari kamar Glessia.Cesil mengetuk kamar tersebut dua
kali, lalu berteriak di depan kamar
tersebut. "Raksa, bangun gak lo?!"Cowok bertelanjang dada tengah
tertidur terlentang di atas kasur
empuknya dengan terbaluti selimut
tebal yang menghangati tubuhnya.
Raksa menggeliat ketika suara Cesil
mengganggu tidur nyenyaknya."Raksa, heh!" seru Cesil.
"Argh!" geram Raksa.
Alih-alih membuka matanya, Raksa
malah menutupi telinganya dengan bantal. Cowok itu kembali tertidur meskipun suara teriakan Cesil masih
bisa terdengar samar di telinganya."Raksa Satria Praba! Kalo lo gak
bangun juga, gue bakal masuk buat
timpukin kepala lo pake gayung,"ancam Cesil.Hening.
Cesil berdecak kesal. Tanpa pamit,
cewek itu meraih knop pintu dan tanpa terduga ternyata pintu kamar Raksa memang tidak dikunci.Cesil menyerngit ketika pintu sedikit
terbuka, membuka celah bagi matanya melihat isi kamar tersebut. Meskipun ragu, Cesil memasukkan kepalanya sedikit sekedar untuk memastikan kamar tersebut baik-baik saja.Melihat penghuni kamar itu tengah
mengubur diri di dalam selimut,
Cesil dengan beraninya berjalan kedalam kamar mandi. Cesil membawa segayung air lalu mendekati Raksa
yang tengah larut dalam alam bawah
sadarnya.Cesil mengambil bantal yang menutupi wajah Raksa dengan mudahnya, lalu... byurrr... Segayung air tumpah membasahi wajah kusut Raksa.
"Anjir!" Raksa terduduk di atas kasur
dengan sebagian badan basah kuyup.Bukannya merasa bersalah, Cesil
malah dengan beraninya menggetok
kepala Raksa dengan gayung laluu
berkacak pinggang setelahnya."Masih mau ngeyel?" kata Cesil tenang.
"Apa-apaan sih, lo?! Kalo ngebangun
ya bangunin secara manusiawi." Raksa menatap marah kepada Cesil."Gue udah daritadi bangunin lo secara halus ya, lo nya aja yang mudeg gak mau bangun-bangun," jawab Cesil ikut kesal.
"Jangan maksa lah, jadi orang! Tau
malu gak sih, lo main masuk kamar
cowok seenaknya. Mending gue lagi
tiduran, kalo lagi mandi gimana?
Giliran ada apa-apa aja, cowok disalahin. Gak ngaca jadi orang." ucap
Raksa panjang lebar.Tanpa sadar kedua tangan Cesil
mengepal. Dadanya bergemuruh
seakan ingin meledakkan sesuatu.
Mata sipitnya menatap tajam Raksa.
Menyadari perubahan raut wajah
cewek itu, Raksa mengibas selimutnya."Jadi cewek inget harga diri," kata
Raksa sebelum menghilang di balik kamar mandi.Mendengar itu membuat Cesil semakin emosi. Dengan gerakan refleks, Cesil melempar kuat gayung yang ia pegang ke pintu kamar mandi. Melihat gayung itu pecah tidak membuat Cesil merasa berasalah. Merasakan suhu tubuhnya
semakin memanas, cewek itu memilih untuk meninggalkan kamar Raksa."Cowok gila!" gumam Cesil.
Bertepatan Cesil keluar dari kamar
Raksa, pintu kamar Glessia terbuka
sedikit dan terlihat kepala Glessia
yang mencuat keluar. Dengan tatapan
polosnya, Glessia menatap Cesil dengan pandangan penuh tanya."Cesil ngapain di kamar Raksa?" tanya Glessia.
Cesil diam beberapa saat. "Gak ngapa-
ngapain."Srettt. Pintu kamar Raksa ditutup dari dalam, membuat pandangan Glessia dan Cesil teralihkan ke tempat itu. Alis Glessia menaut ketika pintu dibuka kembali, namun hanya sedikit.
Raksa sedikit mengeluarkan kepalanya dari balik pintu. Cowok itu melirik Cesil sekilas, lallu beralih menatap Glessia dengan tatapan datarnya. "Bilang ke Doni, gayung mandi di kamar gue meleleh."
Glessia dan Cesil memekik pelan ketika pintu kamar ditutup keras dari dalam oleh Raksa. Glessia memandang Cesil yang sibuk mengatai Raksa dengan gumaman. Sadar diperhatikan, Cesil menatap Glessia malu kemudian memilih untuk pergi
"Mereka putus?" gumam Glessia sebelum kembali masuk ke dalam kamar.
Raksa menyisir rambutnya dengan
tangan sambil berjalan ke arah dapur.
Namun, langkahnya terhenti ketika
pandangannya menangkap dua orang
yang sepertinya tengah asik mengobrol di depan pintu rumah.Cowok berkaos biru tua itu tiba-tiba batuk dengan suara yang keras,
membuat Doni dan Agatha menatap
ke arahnya. Tanpa menghiraukan
mereka, Raksa kembali melanjutkan
langkahnya dengan santai.Doni berdehem. "Ayo, ke belakang."
Glessia mengangguk. Kemudian
mereka berjalan beriringan dengan
obrolan ringan yang membangkitkan
senyum di wajah Doni.Raksa melirik sekilas ke belakang
ketika mendengar suara. Terlihat Doni yang tengah mengacakacak kepala Glessia seraya tertawa bersama. Satualis Raksa tertarik ke atas. Cowok itu berdecak. "Norak," gumamnya.Semua orang menatap jengah ke arah
Raksa yang baru datang, sementara
yang ditatap bersikap acuh meskipun
menyadari sekitarnya. Raksa menarik
kursi dengan tidak santai lalu duduk
begitu saja.Tanpa menunggu lama, Raksa
menyantap makanan yang sudah
tersaji di atas meja. Melihat itu, semua
orang serentak memasang wajah
protes dengan arah pandangan yangsama."Tungguin yang lain kek, Rak. Dari tadi kita nunda makan itu karna nungguin lo, taunya dateng-dateng malah makan sendiri," kesal Olivia.
"Setannya usir dulu, Rak, inge
malaikat-malaikat yang ada di
sekeliling lo," kata Rizal."Setan itu berjaya." Aldi ikut
menyantap makanannya."Ya."
Perkataan Raksa terpotong ketika
Glessia datang sambil bersorak senang diiringi Doni di belakangnya. "Yeay, makan!"Semua orang terdiam sambil
memandang jengah cewek berhoodie
kuning itu. Glessia lalu mengambil
duduk di sebelah Raksa yang kembali
menyuap makanannya ke dalam mulut."Buat apa nungguin orang yang lagi
sibuk pacaran," kata Raksa tiba-tiba.Semua orang serempak menatap
bingung ke arah Raksa, kemudian beralih ke Doni dan Glessia. Kalimatyang Raksa ucapkan berhasil menutup mulut mereka semua. Tanpa banyak bicara lagi, semuanya memilih untuk makan dalam diam.☆☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
VICINUS
Teen FictionKenangan bagaikan lenyap ditelan bumi ketika sosok gadis dengan mata hazel itu resmi menjadi tetangga baru mereka. Andai bisa, ingin rasanya Raksa menenggelamkan Glessia ke luasnya lautan samudera hanya untuk mendapatkan ketenangannya kembali. "Lo b...