1. Camping

91 45 10
                                    

"MORNING, SEMUA!" Glessia berteriak menyapa teman-teman sekelasnya yang telah terkumpup semua di dalam kelas.

Semua orang hanya bisa gelebg-geleng kepala ketika mendengar seruan Glessia. Tanpa menoleh pun, mereka semua sudah tahu siapa pemilik suara itu. Dengan suara cempreng khas miliknya, semua orang bisa langsung mengenalinya.

Glessia, cewek kekanak-kanakan padahal umurnya sudah menginjak 16 tahun. Selalu membuat seisi kelas terbahak ketika melihat kepolosannya. Cewek polos yang menjadi bahan candaan mereka semua.

Glessia meringis ketika sebuah jitakan mendarat mulus di kepalanya. Ia berbalik dan melihat Raksa sedang menatap tajam dirinya.

"Suara lo, toa banget. Gak liat ada yang lagi ngerjain PR, huh?!" ucap Raksa tajam.

"Ish! Gless 'kan cyma menyapa teman-teman semua, Raksa," balas Glessia membela diri.

"CK!" duduk di bangku lo sekarang juga sebelum gue tendang ke Lapangan basket!" titah Raksa.

Glessia mengerucutkan bibirnya. Dengan kaki dihentak-hentakan, ia berjalan menuju mejanya. Ia melirik kesal Raksa yang sudah duduk di bangkunya yangtepat bersebelahan dengan mejanya.

"jahat!" ucap Glessia pelan, namun masih dapat didengar oleh Raksa.

"Hmm."

☆☆☆

Glessia baru saja terbangun dari tidurnya ketika suara Doni, si ketua kelas, mengambil alih perhatian seluruh teman sekelasnya. Cewek itu mengucek matanya sekilas dan menatap bingung Doni yang sedang berdiri di depan kelas.

Glessia menoleh kesamping, tepatbya ke arah Tania, teman sebangkunya yang sedang asik menstalking akun instagram para mantannya.

Kalau tidak salah, Tania pernah curhat kepada Glessia mengenai para mentannya yang malah semakin tampan ketika mereka putus. Karena hal itu juga, Tania jadi kesal sendiri. Padahal saat mereka berpacaran, rata-rata para mentannya itu tidak lebih dari kata 'Standar'.

"Tania, Doni mau ngapain di depan?" tanya Glessia.

Tania sejenak mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya ke arah Glessia, setelah itu kembali ke fokus awal.

"Mau konser kali," jawab Tania asal.

Glessia menyerngit. Ia menoleh ke meja samping kanannya. Alis Glessia semakin berkerut ketika tidak menemukan si pemilik meja. Kemana Raksa? Pikirnya.

"Oke, guys! Gue minta perhatiannya bentar, dong." Doni, si ketua kelas mulai buka suara sambil menepuk tangannya.

Ketika semua kelas serempak menatap ke depan, Doni kembali melanjutkan perkataannya.

"Berhubungan kita udah mulai libur semester, gue rasa ini waktu yang pas buat nyegarin pikiran kita semua. Gue pikir, gak semua dari kita perki hilliday ke luar kota dan tetap stay di kota ini karna gak tau arah dan tujuan buat liburan."

"Kebetulan bonyok gue punya villa di puncak, dan gak jauh dari villa itu ada hutan yang gue yakin bakal bikin lo pada betah buat camping di sana. So, ada yang mau ikut gak, nih?"

Doni menatap semua teman sekelasnya yang malah ribut sendiri setelah pidato nya selesai. Doni berdecak karena belum ada satu pun daru mereka semua yang memjawab ajakannya.

Hingga beberapa detik kemudian, sorak gembira terdengar dari seisi kelas. Hampir semua orang mengatakan akan ikut dalam acara kemah itu, tak terkecuali Glessia yang mengacungkan tangannya tinggi-tinggi sambil berteriak antusias.

"GLESS, IKUT!"

"Gak, lo gak boleh ikut!" sergah seseorang.

Glessia menoleh ke arah pintu kelas. Cewek itu meringis, mendapati Raksa yang menatap tajam dirinya. Cowok itu berdecak. Terlihat seperti sedang...kesal?

"Ih! Raksa apaan, sihh?"

"Lo gak boleh ikut, Anak Cacing! Nanti yang ada malah bikin rusuh."

"Gless, gak pernah bikin rusuh kok. Gless juga gak. pernah ngerepotin."

"Pala lo gak ngerepotin. Lo itu ngerepotin tingkat akut. Pokoknya lo gak boleh ikut!"

"Gless ikut!"

"Kagak!"

"Ikut, Raksa!"

"Gue bilang kagak, ya kagak, Anak Cacing!"

"Gless maunya ikut!"

"Lo ngeyel banget, sih!"

"Yaudahlah, Rak, biarin aja kali dia takut. Apa masalahnya, sih?" ucap Doni menegahi perdebatan antara dua kubu yang memang tidak pernah absen bertengkar setiap harinya itu

"Lo mau ngajak dia?" Raksa menunjuk Glessia dengan jari telunjuknya. Matanya membuat mendengar perkataan Doni.

"Kalau gue jadi lo, ogah gue bawa cewek ngerepotin kaya dia." Raksa menatap Glessia sinis. "Dasar Anak Cacing."

"Gless bukan anak cacing, Raksa! Gless itu anaknya Mommy Rhea sama Daddy Oskar!"

"Si bego."

"Lo berdua gak ada habisnya ya kalau berdebat. Glessia bakal ikut kok. Tenang aja, Rak, kan kita semua mau liburan. Biarin aja kali Glessia ikut. Gak ada salahnya dia mau ikut sama kita." final Doni.

Glessia bersorak senang. Akhirnya dia bisa ikut walaupun Raksa melarang keras dirinya. Refleks, Glessia berlari memeluk erat Doni yang bingung dengan sikap teman sekelasnya itu.

"Makasi, Doni!" seru Glessia bahagia.

"Iya, iya. Udah dong, Gless, gue nya jadi pengap ini." Doni menepuk pelan bahu Glessia

Glessia minggir. "Maaf,maaf. Habisnya Gless seneng banget!"

Raksa berdecih kesal di ambang pintu kelas. Kenapa juga Glessia harus ikut, pikirnya. Yabg ada malah merepotkan saja. Mengingat tingkah cewek itu seperti anak kecil, Raksa yakin saat mereka kemah nanti, Glessia pasti tidak akan absen dalam membuat ulah.

"Si Anak Cacing, emang sialan!" gumamnya

☆☆☆☆

VICINUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang