Siang ini, kelas Wina kebagian piket aula indoor. Piketnya habis pulang sekolah. Tadinya Wina bakal nebeng aja sama Mayang soalnya mau nyari liptint baru, tapi Heru maksa bakal nganterin Wina.
"Kamu pergi sama aku, ya akunya tanggung jawab pulangin kamu tanpa cacat sedikitpun ke bunda," begitu kira-kira jawaban Heru saat mereka cekcok di kantin tadi. Wina akhirnya nurut, karena selain sikapnya kaya es batu, ternyata Heru si kepala batu juga. Asli deh keras kepala banget. Kalau maunya A, ya harus A. Gak boleh deh tuh B, C, atau D.
Alhasil, Heru harus nungguin Wina dulu selesai piket. Santai banget dia duduk di pos satpam barengan sama Kang Dadang, satpam sekolah mereka.
Dari sana tampak Wina lagi jalan rangkulan sama Icha dan juga Mayang, motor Heru udah terparkir ganteng didepan pos.
"Udah?" tanya Heru, disahuti anggukan Wina.
"Dadah, sayangku. Ntar sore ya kabar-kabarin," ujar Wina.
"Iya, harus jadi ya. Kapan lagi Guardian diskon gede-gedean gini? Kita juga harus girls time, lo gak usah larang-larang ya, Her!" ujar Icha dengan galak pada Heru. Pemuda itu cuma memandang Icha kemudian memberikan helm pada Wina.
"Bilang Dodi ntar sore jangan bolos latihan, bucin mulu," jawab Heru membalas ucapan Icha.
"Nyebelin banget sih lo!" kesal Icha kemudian meninju pelan lengan Heru. Wina sama Mayang udah tabah banget, Heru sama Icha tuh gak boleh disatuin, bisa-bisa ada perang dunia ninja kelima nantinya.
"Udah ah, ayo. Dadah, hati-hati bawa Winanya, Her," pesan Mayang kemudian menarik Icha yang masih gregetan sama Heru. Pengen aja sekali gitu dia nimpuk wajah Heru pake botol minumnya.
"Naik cepet," ujar Heru menyuruh Wina.
"Hauuuuuuus," keluh Wina sesaat baru saja ia menaiki motor gede Heru.
"Minum sana," ujar pemuda itu.
"Udah abis."
"Ya udah tahan aja, bentar lagi sampai rumah kok," ujar Heru kemudian melajukan motornya. Wina mau mencak-mencak aja.
Biasanya tuh cowo-cowo bakal nanyain mau singgah ke minimarket apa engga? Mau beli es apa gitu, gak? Ini malah Heru bisa-bisanya nyuruh Wina nahan hausnya sampe rumah, keburu ilang hausnya, sob.
Padahal dari tadi dia udah kode lagi kepengen minum es kelapa muda. Gak dari tadi malah dari kemaren, emang dasar Heru gak pekaan jadinya pemuda itu cuma nganggep angin lalu doang.
"Sebel aku sama kamu!" ujar Wina sedikit berteriak biar Heru denger.
"Kenapa lagi?" Heru melirik spionnya.
"Udahlah diem, dah mau sampe rumah," ujar Wina saat Heru membelokkan motornya memasuki komplek perumahan Wina.
Motornya berhenti tepat didepan rumah bercat silver itu. Wina turun dengan muka masam, bibir yang mengerucut, dan mata yang menatap Heru sebal. Pemuda didepannya hanya mengerutkan dahi bingung.
"Sana masuk, katanya haus," suruh Heru bikin Wina lagi-lagi ingin meminjam palu milik Thor untuk memukul kepala Heru supaya menjadi lebih peka sedikit saja.
"Aku tuh lagi pengen es kelapa muda! Dari kemaren sampe tadi juga udah ngode, au ah bodo," ujar Wina kemudian membuang mukanya ke sisi kanan, terlalu kesal memandang Heru yang selalu memasang ekspresi watadosnya.
"Oh..." respon pemuda itu singkat. Wina tak habis pikir bisa-bisanya Heru hanya berespon 'oh' disaat Wina sudah begitu muak dengan sikap kutub es pacarnya itu.
"Ya udah sana jalan, aku mau masuk. Dah haus nih," sindir Wina. Kebiasaan memang jika ia diantar pulang oleh Heru, maka gadis itu akan menunggu Heru pergi dulu baru masuk kedalam rumah.
"Taro dulu tasnya sana, gak usah ganti baju, ayo beli es kelapa muda," ajak Heru, sedikit merasa bersalah karena tak mengerti dengan kode gadisnya. Tapi, jujur saja Heru pikir kemarin itu hanya bagian random seorang Wina, ia tak menyangka bahwa gadisnya benar-benar menginginkan es kelapa muda itu. Lagi pula sudah berapa lama ya mereka tidak minum es kelapa muda bersama? Sudah lebih 5 bulan sepertinya.
"Bentar," Wina berlari kecil masuk kedalam rumahnya, melempar tasnya, sehingga tas tersebut mendarat di sofa ruang tamu. Tak ada tanda kehidupan dirumah, berarti sang bunda masih di tempat kursus menjahit.
Akhirnya Heru melajukan motornya kearah penjual es kelapa muda yang terkenal di kota mereka.
"Heru... maaf," ujar Wina sambil mengaduk esnya, terlalu malu untuk memandang Heru.
"Kenapa?" tanya Heru memandang heran gadisnya, kenapa tiba-tiba minta maaf?
"Terlalu menuntut," jawab Wina mengangkat wajahnya, manik mereka bertemu, "seharusnya aku sadar kalau kamu emang gitu, gak usah pake kode, bilang aja kalau lagi kepengen apa," lanjut Wina dengan nada sedih. Heru jadi tidak tega, seharusnya ia yang meminta maaf pada Wina karena tidak mengerti maksud gadis itu.
"Hei, harusnya aku yang minta maaf karena lagi-lagi gak peka kamu mau apa. Seharusnya udah lama pacaran bikin aku ngerti, maaf ya?" ujar Heru sambil mengusap rambut pacarnya
"Sama-sama maafin, ya? Jadiin ini pelajaran buat kita, oke?" ujar Wina disahuti anggukan Heru.
Es kelapa muda menjadi saksi bagaimana Wina meminta maaf karena banyak menuntut dan Heru yang merasa bersalah karena tidak peka. At least, mereka menyadari kesalahan masing-masing dan tak ragu untuk meminta maaf duluan
Mungkin... ini salah satu rahasia awet sepertinya.
----
guys, serius deh kalau kita gak gengsi ke pasangan, dijamin bisa awet. temanku contohnya begitu.
btw, jangan lupa vomment yaa!!
YOU ARE READING
Ice Cube ✓
Teen Fiction#10ChaptersProject seri #4 Kisah Wina yang bertahan dengan cowok kayak es batu bernama Heru. ©winniedepuh, 2020