CHAPTER VII (2)

26 5 2
                                    

Study cafe yang mereka bicarakan tidak terlalu jauh dari halte tempat kami berkumpul. Tempat itu langsung terlihat setelah kami berjalan menuju gang di sebelah kanan. 

Kami berempat disambut dengan sebuah mesin setelah melewati pintu masuk. Mesin itu menggantikan pekerjaan seorang kasir. Kami sedikit berdiskusi tentang berapa lama kami akan menghabiskan waktu di sini. Setelah beberapa lama, kami akhirnya memilih paket empat jam. Ya, kami akan menggunakan tempat ini selama empat jam ke depan.

Tempat ini tidak terlalu luas. Mayoritas meja yang telah ditempati adalah meja individual, sebuah meja panjang yang dibatasi menjadi meja untuk perorangan. Ada juga cushion dan meja yang menghadap ke jalanan. Namun, tentu saja kami tidak akan memilih meja-meja itu. Tempat yang kami pilih adalah meja persegi, khusus untuk empat orang.

Yubi berjalan dengan cepat menuju meja itu, seperti takut direbut oleh orang lain. Memang meja untuk berempat hanya tersisa satu, yang baru saja ditempati oleh kami.

Kami baru saja bermain gunting, batu, kertas untuk menentukan siapa yang akan pergi memesan.

"Ya. Kalian mau pesan apa?"

Soobin mencondongkan tubuhnya ke depan dan siap mendengarkan semua pesanan teman-temannya.

"Yubi ingin ice lychee tea."
"Aku... jus stroberi."

Tidak ada menu di sini. Mereka berdua baru saja memesan tanpa melihat menu sama sekali. Sedangkan aku di sini tidak tahu apa yang harus aku pesan.

"Sooyeon?"

"Hmm... green tea... panas."

"Oke."

Di cuaca seperti ini mereka tetap memesan apa yang biasa mereka pesan di musim panas. Mungkin aku saja yang terlalu lemah. Banyak orang yang berkata bahwa makan es krim di musim dingin jauh lebih nikmat. Namun, aku belum pernah mencobanya. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin kabur.

"Perasaan aku memasukkan buku kimiaku tadi pagi."

Yubi yang duduk di sebelahku sibuk mencari-cari buku di dalam tasnya. Ia mengeluarkan seluruh barang yang ada di dalam tasnya ke atas meja. Hanya buku matematika yang dapat aku lihat di meja tersebut.

"Itu hanya perasaanmu saja makanya sekarang bukunya tidak ada di dalam tasmu."

Taehyun menyandarkan kepalanya ke salah satu tangannya. Ia berbicara dengan santai seperti sudah tahu hal ini akan terjadi.

"Nanti kita pakai bukuku saja. Bersama."

Kedua pundaknya sedikit menurun, sedikit kecewa. Hal ini memang sering terjadi dengannya. Jika Taehyun yang lupa membawa sesuatu mungkin aku akan terkejut dan mentraktir kalian semua tteokbokki.

Soobin kembali bersama sebuah tray dengan empat gelas minuman di atasnya. Ia menaruhnya di atas meja dan kami mengambil minumannya masing-masing.

Tempur sudah dimulai semenjak satu jam yang lalu. Tidak ada yang berbicara satu patah kata pun semenjak itu. Semuanya terlalu fokus ke bukunya masing-masing.

Aku beranjak dari kursiku. Suara yang dihasilkan kursi itu membuat mereka bertiga melihat ke arahku. Aku melihat mereka satu per satu sambil terpatung sejenak.

"Toilet."

Aku mencuci tangan dan melihat ke arah kaca sebentar, mengecek ulang apakah ada yang aneh dari penampilanku.

Belajar di sini bukan pilihan yang buruk. Namun, aku tetap memilih untuk belajar di rumah. Keramaian membuatku sedikit terganggu walaupun suasananya mirip seperti perpustakaan. Selain itu, kelihatannya orang-orang yang datang ke sini adalah mahasiswa. Aku menebak dari cara berpakaiannya, gaya rambut, dan buku yang mereka gunakan. Tulisan-tulisan rumit itu memenuhi buku mereka.

My Brother's Friend, Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang