CHAPTER IX

14 1 0
                                    

Perasaanku terlampau senang sekarang, sangat melebihi batas. Bahkan aku sampai tidak bisa berkata-kata. Senyum mereka yang dari tadi tidak pudar kini menular dan terbentuk di wajahku.

"Benarkah? Selamat!"

Seperti anjing laut, aku bertempuk tangan kecil. Tidak ada yang lebih bahagia daripada memasuki tim debut bagi mereka. Bahkan ini bukan pencapaianku, tetapi aku turut berbahagia bersama mereka.

"Lalu, rencananya, kapan tanggal debutnya?"

"Kira-kira tahun depan."

Mereka sambil melihat satu sama lain, seperti memastikan apakah informasi yang barusan diucapkan Beomgyu Oppa benar. 

Tahun depan adalah waktu yang cukup singkat, menurutku. Aku tidak sabar melihat kakakku, maupun dirinya, berada di dalam televisi. Pesona apakah yang akan dibawa mereka berdua? Apakah akan berbeda dari apa yang biasanya aku lihat sehari-hari?

"Aku dan oppamu juga akan pergi ke LA untuk training!"

"LA? Los Angeles?"

"Betul!"

Apakah berarti mereka akan pergi selama satu tahun? Menakjubkan. Agensi yang dipilih kakak memang tidak ada duanya. Bahkan mereka dibawa jauh-jauh untuk dipersiapkan secara matang.

Aku selalu penasaran dengan kemampuan mereka. Tidak pernah, sekali pun, mereka menunjukkannya pada ku. Tetapi tidak ada gunanya juga bagi mereka untuk memamerkannya kepadaku.

"Wah..."

Kami bertiga duduk pada kursi plastik mengitari meja bundar. Tiga tangan kami sibuk membalikkan sisi bagian daging yang belum matang. Sungguh, sudah berapa lama aku tidak makan makanan seperti ini.

"Kau tidak pesan soju?"

"Yang benar saja. Aku sedang makan dengan kalian."

Hanya Yeonjun Oppa, di antara aku dan Beomgyu Oppa, yang sudah menginjak umur sembilan belas tahun, umur legal untuk mencicipi alkohol. Aku baru berumur delapan belas tahun dan Beomgyu Oppa baru diizinkan secara hukum pada bulan Desember nanti. Aku tidak tahu apakah Beomgyu Oppa pernah mencobanya diam-diam. Aku tidak pernah penasaran dengan rasanya, jujur.

"Yeonjun Oppa biasanya minum?"

"Kadang."

"Ia pernah minum dengan Soojin Hyung dan menghabiskan lima botol."

Baru pertama kali nama Soojin lewat di telingaku. Dari dugaanku, Soojin, yang seharusnya lebih tua dariku, juga seorang trainee dan mungkin akan pergi ke Los Angeles dengan mereka.

Yeonjun Oppa tidak menyangkal pernyataan kakak sama sekali dan tetap mengunyah dengan tenang. Berarti kalimatnya barusan benar, sebuah fakta.

Aku tidak bisa mengira-ngira berapa banyak kah lima botol soju. Lebih tepatnya, aku tidak pernah membaca berapa mililiter isi dari botol soju. Mendengar Yeonjun Oppa mampu menghabiskan itu semua membuatku berpikir bahwa lima botol tidak terlalu banyak. Ia tidak terlihat seperti orang yang kuat minum.

"Sebanyak apakah lima botol?"

Yeonjun Oppa melihat ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari sesuatu di sekitar. Aku penasaran apa yang dicari olehnya. Aku membalikkan sedikit tubuhku dan ikut melihat apa yang sedang ia lihat.

"Kau lihat kulkas itu? yang botol hijau."

Ia menunjuk ke arah kulkas berisi minuman. Botol beling berwarna hijau tersusun rapi di dalam lemari pendingin itu. Terletak di dekat meja pemilik tempat makan sederhana ini.

My Brother's Friend, Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang