Tak bisa dipungkiri hati Salsa bisa dibilang hancur, namun apa daya. Ia tak bisa menyalahkan siapapun. Jikalau saja ia bisa membantu mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Sudahlah, lagipula Ririn hanya teman sekelas, mungkin hanya teman sekelas.
Beberapa hari kemudian di sekolah, Arion menemui Salsa di koridor, saat itu Salsa sedang berdua dengan Suci.
"Sayang, aku sekelompok lagi sama Ririn," kata Arion, nadanya seperti meminta izin. Minggu yang lalu pun dia dan Ririn disatukan dalam kelompok yang sama. Dan sekarang, lagi?
Salsa menghela napas, "yaudah gimana lagi."
"Kamu sabar ya," Arion mengelus pundaknya. Salsa terdiam lalu Suci yang bersuara.
"Sabar-sabar, justru kalo digituin Salsanya ngerasa tertekan, gak ngerti banget perasaan cewek. Heran," Suci agak bernada tinggi.
"Udahlah Ci, gapapa," Salsa mengucapkan kata "itu" lagi.
"Arion, Ririn, ayo masuk ruang praktek sekarang!" teriak ibu Susan guru kejuruan perkantoran.
"Kalian cuma berdua?"
"Iya."
"Praktek? Di ruang praktek?"
"Namanya praktek ya pasti di ruang praktek sayang, aku duluan yah," sekilat itu tangan Arion menghilang di lengannya. Kini Salsa hanya bisa berusaha agar tegar dan tak memikirkan kejadian aneh yang akan terjadi di ruang praktek sana.
"Kita ke kantin aja yu, lagian tugas dari bu Dinar juga udah selesai," ajak Suci berusaha agar tak membuat sahabatnya itu larut dalam kesedihannya.
"Emang gakpapa?"
"Ya gakpapa lah, lagian 10 menit kemudian juga istirahat," Suci merangkulnya dan mengajaknya ke kantin disaat pelajaran ibu Dinar belum selesai, lagipula ibu Dinar nya sendiri tidak masuk kelas, hanya saja menitipkan tugas dan yang sudah selesai boleh langsung istirahat katanya.
Salsa memesan seporsi bakso dengan campuran mie didalamnya. Ia menuangkan beberapa sendok makan cabe. Dan itu sangat terlihat pedas bagi Suci, dia memang tipikal orang yang tidak begitu suka makanan pedas.
"Lo yakin bisa makan itu?"
"Yakin, kenapa? Lo mau?"
"Ih amit-amit deh. Kalo gue makan, udah deh tuh obat diare di UKS gue rampok semua."
"Hahaha, lebay deh."
Suci melamun, menatap sahabatnya yang selalu sedih akhir-akhir ini. Ia berencana untuk mengajaknya nonton bareng dirumah, setidaknya agar Salsa tidak selalu kepikiran Arion yang dengan alaminya bisa selalu dekat dengan Ririn.
"Sa besok kita nonton yu di rumah gue," ajak Suci, kebetulan besok adalah hari Minggu.
"Nonton apa?" tanya Salsa sembari menyeruput mie nya.
"Apa aja, horror ada, drakor ada. Eh jangan drakor deh, suka bikin baper," Suci tidak ingin Salsa melihat keromantisan yang akan membuat Salsa lebih terpuruk lagi, secara, yang selama ini Suci tahu, hubungannya dengan Arion tidak seromantis drama Korea.
"Iya jangan deh, nanti gue ngiler," tepis Salsa.
"Oke mari kita putuskan untuk menonton film Horror saja. Karena film Horror lebih baik untuk kesehatan hati, walaupun tidak baik untuk kesehatan jantung," nada Suci berteriak. Orang-orang di sekitar kantin menatapnya.
"Apaan sih lo, ngawur deh. Udah makan abisin," Salsa tertawa dibuatnya.
Setidaknya begitulah sahabat. Disaat yang satu butuh dukungan dia mendukung. Disaat yang satu merasa sedih, dia ada disamping kita untuk menghibur. Terimakasih Suci.
Malam panjang berlalu. Bintang yang semula berceceran di hamparan langit kini tiada.
Salsa bangun, dan mengecek HP nya. Ia membaca satu pesan dari kekasihnya, 15 menit yang lalu.
"Sayang hari ini aku mau ke acara perpisahan SMP, sekalian reunian. Aku janji minggu depan kita main," ungkapnya.
"Perpisahan di sekolah atau di gedung?"
10 menit kemudian..
"Di sekolah. Sekarang aku baru beres mandi. Sebentar lagi berangkat. Kamu baru bangun?"Dilihatnya pukul 06.30 pagi.
"Iya aku lagi ada halangan, jadinya tadi gak subuh."
"Oh iya, aku siap-siap dulu ya. Kamu makan dulu gih, sarapan."
"Nanti aja, aku mastiin dulu kamu pergi."
"Kenapa? Kamu gak percaya?"
"Bukannya gitu. Aku cuma khawatir aja."
"Khawatir kenapa?" 30 detik kemudian, "bentar ya ini temenku telpon," chattnya lagi.
Kawanan SMP? Setidaknya ada "dia", dia yang sering diceritakannya.
Beberapa menit berlalu, video call tersambung. Disana terlihat Arion yang sudah rapih dengan setelan jas nya.
"Emang harus pake jas ya?" tanya Salsa.
"Iya, kan ini acara formal sayang," jawab Arion lantas merapikan rambutnya.
Dalam hatinya ia ingin sekali menanyakan tentang "dia", namun mungkin saat ini waktunya kurang tepat.
"Yaudah, tapi kamu udah sarapan?"
"Nanti aja sekalian di acara, keburu telat."
"Aku berangkat ya sayang, takut telat. Kamu tau sendiri kan berapa menit dari sini sampe sekolah," dari nadanya saja sudah bisa dilihat bahwa ambisi dan semangatnya sangat membara.
"Apa dia seneng ya bisa ketemu mantannya lagi?" bisik Salsa dalam hati.
"Yaudah, hati-hati ya. Jangan ngebut."
"Oke dah loveyou," sekejap video call itu tertutup.
"Loveyoutoo," jawab Salsa meskipun tak sempat Arion dengarkan.
Salsa bangun, sarapan, membereskan rumah, dan mandi.
Sedangkan 55 menit kemudian..
Arion sampai, ia memakirkan motornya di dekat gerbang. Ia mengecek HP, dan mendapati satu chatt dari, Hilda.
"Kamu dimana?" tanya mantannya itu.
"Di SMP baru masuk gerbang."
"Yaudah sini ke kelas 2B, ada aku sama anak-anak juga. Kita kumpul."
Fyi mantannya itu memang sekelas dengan Arion, maka tak heran jika mereka sering berkumpul.
Arion menurut, ia pergi ke kelas dan mendapati teman lama sekaligus mantannya itu.
***
Sudah pukul 10.00 saja. Waktu berlalu dengan kilatnya. Janjinya dengan Suci untuk menonton dimulai jam 1 siang nanti. Lalu bagaimana kabar Arion disana ya? Salsa begitu khawatir tentangnya.
"Sayang," isi chatt Salsa.
Tak lama, Arion membalasnya, "iya sayang."
"Kamu masih di sekolah?"
"Iya, kenapa?"
"Em enggak sih, nanya aja."
"Oh ok."
Dengan hembusan napas beratnya, akhirnya Salsa memberanikan diri untuk bertanya tentang "mantannya" yang sedari tadi mengganggu pikirannya itu.
"Kamu ketemu mantan kamu dong?"
"Iya ini lagi sama aku sama yang lain juga. Hilda makin bening aja."
Sesaat itu juga Arion mengirimkan foto candid Hilda.
Deg.
Tolong selamatkan hati dan pikiran Salsa saat ini :"(
🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan LDR
RomanceTRUE STORY! "Kamu disini tapi entah mengapa rasanya sangat jauh bahkan bayanganmu saja tak bisa ku perhitungkan. Yang ku tau hubungan ini bukanlah LDR." -Salsa Masalah selalu saja hadir. Tak mengenal situasi bahkan cuaca. Namun pasangan yang sering...