Ini mengenai seorang anak disabilitas bernama Taki yang terus-menerus jadi korban bully.
"Lahir ke dunia itu bukan penyesalan, udah takdir lo. Tergantung lo jalaninnya, hidup itu terus berjalan ke depan dan bumi berputar. Jadi gak akan selamanya lo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak siapa ini Hei, gemoy sekali
🔸
MPLS akhirnya berakhir juga, setelah hampir seminggu anak kelas 11 dan 12 tidak ada jadwal terkecuali anak-anak OSIS. Jean sendiri pun tak menyangka dia sudah kelas 12, tak lama lagi dia akan lulus dan bisa terbebas dari belenggu sekolah yang memberinya banyak tugas sampai mampus.
Uh, pokoknya tak ada kuliah. Kalau bisa sih berdiam diri di rumah namun ia bisa menghasilkan uang.
"Jean!" panggil seorang yang tiba-tiba merangkulnya saat ia sedang menyusuri lorong.
"Lo udah ngerjain PR?" Jean membulatkan mata.
"Heh, jangan ngada-ngada lo. Selama seminggu aja kita gak belajar apapun," kesalnya.
Perempuan itu terkikik pelan." Cuma ngetes aja, gue kira lo bakal pingsan." Jean merengutkan bibirnya.
Lagi pula Jean akan pingsan jika PR nya itu berhubungan dengan hitung-hitungan, uh itu benar-benar membuatnya ingin mati mendadak. Sebab bila tak teliti menyalin saja bisa kenal omel oleh gurunya yang galak.
"Oh iya, lo tau?"
"Gak."
"Kita punya adik kelas yang cacat, ini pertama kalinya dalam sejarah sekolah se-elit ini nerima murid cacat," celetuknya, benar-benar mulut tukang gosip. Walaupun itu memang benar tapi paling tidak sebagai kakak kelasnya mereka tak boleh menghina ataupun mengejek. Toh mereka sama-sama bayar sekolah.
"Naya mulut lo itu bisa di jaga gak sih?"
Naya memutar bola matanya. "Loh kenapa? Gue bicara fakta. Si Sunoo sama Taki itu kakak beradik yang cacat, tapi kalo sekarang cuma Taki yang cacat." Naya kembali berceletuk, membuat Jean kesal bukan main. Ini masih pagi. Dan dia sebenarnya tak mau meluapkan emosinya, tapi Naya sudah keterlaluan, memang dia di kenal sebagai kakak kelas yang mulutnya pedas dan suka nyinyir, Naya tak segan-segan membully habis-habisan adik kelas atau teman seangkatan jika mereka ketahuan mengumpat untuknya.
Jean sendiri bingung, kenapa bisa punya teman seperti Naya yang tukang bully. Walaupun Naya suka membully, tapi Jean tak pernah ikut-ikutan. Pertemanan mereka pun terkenal seantero sekolah, mereka di berikan julukan Rich girl bullying. Bukan hanya Naya, ada Hara dan Nana, yang ikut jadi queen bullying. Sebenarnya mereka bisa berteman baik karena hubungan orang tua selaku pemegang saham, walau hanya Naya sih. Tapi tetap saja, Jean itu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak bergabung ke dalam circle pertemanan yang membuatnya rusak. Percuma. Sia-sia. Hanya membuang tenaga dan waktu. Lebih baik sendiri tapi menjadi orang baik.
"Udahlah, lo gak perlu hina mereka kayak gitu. Kasihan. Lagian dia juga gak ganggu lo kan?"
"Ya tapi tetep aja sih, gue gak suka mereka sekolah di sini. Jean denger, sekolah ini itu buat murid-murid sempurna tanpa cacat fisik-" Naya merapatkan mulut ketika Jean menatapnya tajam.