ENAM

1K 165 28
                                        

Seminggu berlalu, meninggalkan kejadian Taki yang koma dan Jean yang pergi dari rumah. Bahkan karena keputusannya sudah bulat, Jean tidak bersekolah lagi di sana. Dia berhenti untuk mengejar paket C saja kalau sudah punya uang.

Mulai dari kartu kredit, ponsel, barang-barang berharga, sengaja Jean tinggal sebab itu bukan pure miliknya. Semua di beli dari uang mamanya.

Jean pun sudah menemukan panti asuhan yang cocok untuk menjadi tempat tinggal barunya.

Saat ini, Jean hanya perlu fokus pada kesembuhan Taki. Setelah lima hari menjalani masa koma.

"Saya dengar, kamu keluar dari rumah dan udah gak masuk selama beberapa hari juga?" Jean mengangguk lesu.

"Kamu gak seharusnya keluar dari rumah begitu, ini bukan salah kamu. Lalu kamu tinggal dimana?" Jean menggigit bibir bawahnya lalu mendongakkan kepalanya yang terus menunduk.

"Tante jangan khawatir, saya pindah ke sekolah biasa. Sekarang saya juga tinggal di panti asuhan, pemiliknya adiknya mendiang ayah kok ..." Wanita itu tampak terkejut.

"Kenapa malah kamu yang terima getahnya? Tante benar-benar gak simpan dendam apa pun sama kamu. Kamu yakin kehidupanmu yang sekarang gak menyengsarakan kamu?" Jean mengangguk yakin. Lagi pula dia tidak pernah menyesal. Malahan dia senang sekali, hidupnya jauh lebih bebas dan sekarang dia terhindar dari teman-teman yang busuk seperti Naya.

"Aku mau belajar mandiri, aku gak bisa terus bergantung sama orang. Lagi pula, Mama juga gak akan peduli. Prioritasnya adalah perusahaan. Jadi aku gak merasa berat untuk ninggalin rumah."

"Saya sudah putuskan untuk memindahkan Taki dan Sunoo, juga kami akan pindah dari Seoul." Jean membulatkan pada. Jadi Taki akan pindah?

"K-kemana?"

"Jepang. Rumah nenek mereka, saya pikir memulai kehidupan baru di lingkungan baru akan membawa aura positif bagi keduanya." Jean termangu, dia meremas ujung lengan hoodienya. Jadi Taki akan pergi ya? Sangat disayangkan mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

Mungkin di rumah sakit inilah pertemuan terakhir mereka.

"Saya dukung yang terbaik aja buat mereka berdua, semoga Taki selalu bahagia."

🔸🔸🔸

"Maafin gue ya."

"Kenapa? Kak Jean salah?"

"Coba gue gak ajak bolos pasti lo gak bakal kayak gini."

"Bukan salah kak Jean."

Jean menghela napas, dia kemudian menatap Taki lekat. Akhirnya bisa bernapas lega juga. Taki sudah siuman dan kondisinya perlahan membaik. Dan waktu di rumah sakit adalah waktu terakhir mereka bisa saling bertemu seperti ini.

Well, itu memang yang terbaik untuk keduanya.

"Well, ngeliat Lo udah sadar buat gue tenang. Pusing tau gue mikirin kapan Lo sadar mulu ..." Taki tertawa kecil.

"Jaga diri lo baik-baik mulai sekarang, pastiin lo punya banyak temen di Jepang nanti, paham?" Taki termangu, dia diam menatap Jean.

"Kalo ada yang ngajak berantem atau hina lo karena fisik lo, hajar aja sampe mampus. Tonjok perutnya, tampol mukanya. Jangan jadi lemah dan gak tegaan. Lo harus sedikit lebih kasar biar gak di bully." Jean menyarankan. Sementara Taki hanya bisa memperhatikan Jean dengan tatapan sendu.

Junior [TAKI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang