TIGA

1.1K 185 26
                                        

Coklat hangat. Adalah minuman wajib yang harus ada di meja makan bagi Taki dan Sunoo. Hwang bersaudara itu memang sangat menyukai minuman manis kepahit-pahitan tersebut, di tambah lagi dengan roti tawar yang di celupkan. Rasanya benar-benar nikmat sekali.

"Gimana sekolah kalian?" tanya sang bunda yang tengah mengoles selai coklat pada roti tawar anak-anak nya.

"Taki-" dengan cepat Taki menginjak kaki Sunoo agar tidak mengatakan segala kejadian yang menimpanya di sekolah.

"Baik Bun, Taki dapet temen baru," bohongnya. Padahal tak ada satu pun anak yang bersedia menemaninya, mereka semua menjaga jarak dan menjauhinya di kelas. Taki maklum kan semua itu sebab dia bersekolah di tempat elit, dimana gengsi berada puncak teratas. Anak-anaknya pun tak mau terlihat kurang atau berpenampilan biasa-biasa saja. Malahan mereka selalu berpenampilan secara berlebihan untuk menunjukkan sisi kekayaan orang tuanya.

Sunoo hanya mengembuskan napas pasrah, ia tahu betul apa saja yang dialami Taki. Bahkan disaat saudaranya menjadi korban bully kakak kelasnya ia tak berani melawan sebab Sunoo sendiri tak punya kemampuan bela diri seperti Taki.

"Dua hari ke depan bunda gak bakal pulang soalnya harus ke luar kota untuk urusan bisnis, kalian gapapa kan Bunda tinggal?" keduanya serentak mengangguk.

"Oh iya, tengah malam tadi motor kalian udah selesai dibenerin sama mang Juno. Sekarang ada di garasi, mulai sekarang pakai motor aja biar gak desak-desakan lagi di angkutan umum, oke?" mereka kembali mengangguk secara serentak.

Beberapa menit berlalu, baik Taki maupun Sunoo telah menghabiskan sarapannya. Dan kini saatnya berangkat sekolah.

Setelah berpamitan pada sang Bunda, keduanya bergegas menuju teras untuk mengambil motor. Sebenarnya bukan motor masing-masing akan tetapi satu motor yang di miliki berdua. Itupun motor bekas, sebab Bundanya tau kedua putranya itu baru saja lancar naik motor akhir-akhir kelas 3 SMP. Mungkin bila sudah sama-sama lancar baru di belikan masing-masing.

"Sunoo, tunggu." Taki menarik tas saudaranya saat lelaki itu ingin mengambil helm untuknya.

"Aku naik sepeda aja, aku gak mau anak-anak ikut bully Sunoo juga. Apalagi Sunoo udah punya teman, nanti yang ada temen-temen Sunoo malah jadi jijik lagi," ungkap Taki yang membuat Sunoo iba, hatinya mencelos. Rasanya ingin menangis ketika mendengar hal menyedihkan itu keluar dari mulut saudaranya. Sampai segitunya Taki memikirkan dirinya, bahkan Taki takut dia di jauhi dan ikut di bully bila terlihat berangkat bersama.

Taki, sebenarnya kamu ini manusia atau malaikat?

"G-gue gak masalah, teman bisa di cari lagi." Tetap saja, Taki tak mau. Orang bilang masa SMA itu masa yang paling indah, paling banyak memiliki kenangan bersama teman-temannya. Cukup waktu SMP Sunoo tak memiliki masa indah karenanya.

"Orang bilang masa SMA itu indah, kenangan yang kamu buat sama temen-temen kamu itu gak bisa bakal bisa di lupain. Jadi, buat kenangan indah yang banyak oke? Cari teman yang tulus juga, jangan cuma dateng waktu seneng doang." Taki tersenyum lebar kemudian dia mengambil sepedanya.

"Aku berangkat duluan ya, Sunoo. Kalo bunda tanya bilang aja aku mau olahraga," ungkapnya yang menuntun sepedanya keluar pagar kemudian dia segera berangkat meninggalkan Sunoo di teras.

Katakanlah Sunoo ini lemah, dia yang paling cengeng. Hatinya paling teriris saat saudaranya itu lebih mementingkan kehidupannya daripada hidupnya sendiri yang jelas-jelas jauh dari kata bahagia.

Sunoo menangis, memukul dadanya beberapa kali sambil terus menatap pagar meski Taki sudah menghilang.

🔸🔸🔸

Junior [TAKI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang