LIMA

856 166 22
                                        

Jean bolos. Pagi tadi setelah mendapatkan kabar dari forum sekolah yang ramai, ia bergegas pergi ke rumah sakit untuk menemui Taki.

Sunghoon kurang ajar. Dia sudah benar-benar kelewatan. Ini tak bisa di biarkan. Bagaimana bisa dia mengeroyok taki bersama teman-temannya? Apa itu adil? Sementara Taki hanya anak disabilitas.

Setibanya di sana, Jean di giring ke ruang IGD oleh perawat.

Ia melihat Sunoo bersama wanita perawakan 30 tahunan tengah menangis sesenggukan di sana. Ia yakin itu adalah ibu dari dua adik kelasnya.

"Sunoo!" keduanya menoleh.

"Kak Jean?" laki-laki itu menyeka air matanya dan bangkit dari bangku.

"Jadi kamu?" Jean mengerutkan dahi.

Plak! Sisi wajahnya terhempas ketika mendapatkan tamparan dari wanita itu.

"Apa salah anak saya sampai-sampai kalian benci banget sama dia? Dia menyusahkan? Merepotkan? Atau mempermalukan sekolah sampai-sampai ingin di singkirkan?!" Jean meremas ujung roknya, ia pantas mendapatkannya sebab ia juga bagian dari mereka. Bukan bagian dalam hal membully. Salahnya adalah lahir sebagai anak Mama nya dan ia menyesal akan hal itu.

"Maaf tante, saya gak tau kalau Sunghoon mukulin Taki sampe kayak gini." Jean menunduk lesu.

"Apa segitu hinanya anak saya? Karena dia anak disabilitas kalian berhak menghakiminya? Merendahkannya? Menyingkirkan dari dunia ini?! Kalian bukan Tuhan! Setiap manusia itu berhak hidup menjadi apapun. Taki gak salah tapi kenapa? Dari dulu dia selalu di injak-injak oleh temannya?! Ini kesekian kalinya dia masuk rumah sakit. Tapi yang kali ini sudah sangat parah!" wanita itu meluapkan seluruh emosinya, napasnya naik turun dan air matanya sudah berkali-kali terjatuh. Dia menangis, meratapi nasib putra keduanya yang begitu miris. Kenapa semua orang membencinya? Apa salahnya?

Taki adalah anugerah yang Tuhan berikan. Dia bukan kesalahan.

"Bun, udah Bun  ... Ini rumah sakit." Sunoo memeluk sang bunda erat.

"Mana ada Ibu yang tega liat anaknya di bully habis-habisan? Coba kamu pikir. Dari dulu  dia gak pernah di terima lingkungannya karena penyandang disabilitas. Lalu sekarang? Dia masuk rumah sakit karena enggak di terima sama lingkungan barunya." Lagi, wanita itu kembali meluapkan emosinya. Tangisannya pecah, begitu pun Sunoo. Padahal mata keduanya sudah sama-sama sembab.

Jean berlutut, membuat permintaan maaf. Dia benar-benar bersalah. Harusnya sejak dulu saja ia laporkan semua bukti-bukti yang ia milikki untuk menghukum teman-teman nya yang ikut membully anak-anak.

"Saya bener-bener minta maaf, semua salah temen saya termasuk saya. Saya gak tau kalau kejadian——" Jean tak sanggup untuk mengatakannya.

"Bangun Kak Jean, kak Jean gak salah. Maafin Bunda karena Bunda emosi." Sunoo membantu Jean berdiri, sementara wanita itu masih menangis di tempatnya.

"Tante gak pernah punya dendam ataupun nyalain kamu, yang buat tante gak habis pikir, apa Taki segitu gak pantesnya sehingga di rundung temen-temen kamu? Kalau dari awal sekolah kamu menolak anak disabilitas, harusnya bilang saja. Biar tante cari sekolah lain." Jean menyeka air matanya.

"Tante mau ke kamar mandi, kalo kamu mau jenguk Taki silakan. Gak perlu lama-lama karena dia harus istirahat." Wanita itu kemudian pergi meninggalkan nya.

"Taki masih belum sadar kak, dokter bilang lukanya parah. Tulang rusuknya patah juga tangan dan kakinya." Jean kembali berlinang air mata.

"Gue masuk ya."

🔸🔸🔸

Jean menatap nanar Taki, babak belur. Penuh luka hingga wajahnya nyaris tak berbentuk. Laki-laki itu masih terbaring lemah di kasurnya, tertidur lelap dengan wajah pucat bersamaan dengan tangan dan kaki yang di gipsum.

Ini parah, Sunghoon sudah kelewatan. Dia nyaris membunuh lagi.

Jean bingung. Harus bagaimana memberitahu temannya itu. Dia keras kepala dan begitu angkuh dengan kekayaannya orangtuanya. Menganggap kekayaannya bisa menutupi segala kesalahan yang ia perbuat selama ini.

Kalau ditotal kesalahan Sunghoon tak terhingga begitu pula Naya.

"Gue minta maaf, harusnya gue gak ajak lo bolos kemaren." Jean menggenggam tangan Taki, rasanya dingin sekali.

"Please, cepet sadar. Jangan buat gue ngerasa bersalah kayak gini." Jean lagi-lagi menjatuhkan air matanya, dia benar-benar tak sanggup melihat kondisi Taki sekarang ini. Parah sekali.


🔸🔸🔸




Bruk!

Jean membanting pintu ruangan tempat bekerja mamanya.

Wanita itu jelas terkejut dengan kedatangan putrinya yang tidak sopan, seperti tidak pernah diajari sopan santun sebelumnya.

"Apa-apaan kamu?"

"Aku minta keluarin Sunghoon dari sekolah!"

"Kamu pikir seenak jidat kamu? Dengar Jean, dia anak pemegang saham juga, mama tidak punya wewenang untuk itu. Dan satu hal lagi, kamu bolos, hah?" Jean mendengus kasar.

"Sunghoon itu nyaris bunuh anak lagi mah, kali ini adik kelasnya. Dan mama tau? Dia ngeroyokin adik kelasnya sampai-sampai koma di rumah sakit." Sang Mama memijat pelipisnya. Lagi-lagi Sunghoon berulah lagi. Apa boleh buat? Nyonya Lee harus menghubungi orang tua Sunghoon untuk segera menyelesaikan masalah anaknya.

"Mama dengar aku kan?" nyonya Lee mengangguk.

"Mama akan coba hubungi tuan Park dulu——" dengan cepat Jean merampas dan membanting ponsel nyonya Lee hingga pecah.

"Dimana rasa kemanusiaan mama?! Mama pikir uang bisa menyelesaikan semuanya?!" Jean naik pitam, wajahnya sudah memerah dan dadanya naik turun.

"Terus kalau tidak dengan uang, kamu ingin gunakan apa untuk menutupi ulah Sunghoon, hah?" nyonya Lee ikut emosi. Dia tak habis pikir putrinya membela mati-matian anak cacat yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.

"Berlutut minta maaf." Nyonya Lee terkekeh geli.

"Kamu pikir dia mau? Jean, uang mempermudah segalanya. Jadi lebih baik kembali ke sekolah dan jangan sibuk mengurusi masalah Sunghoon!" perintah nyonya Lee.

"Mama salah, justru uang bisa melenyapkan segalanya. Mulai detik ini, coret aku dari kartu keluarga. Aku keluar dari rumah, muak tinggal dengan perempuan kayak Mama. Gak punya hati!" Jean kemudian pergi meninggalkan ruangan nyonya Lee.

"JEAN!!!"

🔸🔸🔸



Sepertinya ini bakal jadi short story saja ya hyung, soalnya gua udah prepare mau publish cerita si Sunghoon ni, udah lama di pendem. Sayang ga di keluarin, nantinya gua mau buat versi anak iland sama Enyphen.

Junior [TAKI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang