Seminggu berlalu, dan Jean sudah menentukan pilihannya. Rasanya benar-benar sebuah dilema besar di saat ia suruh memilihnya.
Sebenarnya Jean juga masih bingung sih, apakah keputusan ini tepat atau tidak mengingat dia akan pergi jauh meninggalkan kota kelahirannya juga, meninggalkan orang-orang yang sudah mengenalnya dekat. Well, hingga saat ini mamanya tak pernah menghubungi dirinya hingga saat ini, sebenarnya Jean tak mengharapkan diteleponnya sih, hanya saja logikanya gini, jika seorang anak tak kunjung pulang ke rumah sudah jelas orangtuanya cemas dan khawatir kan? Pasti mereka akan berusaha mungkin untuk menghubungi siapapun teman terdekat si anak. Eh, tapi Jean siapa teman dekatnya? Naya? Ck. Perempuan itu mana tulus berteman dengan Jean kalau bukan karena hubungan orang tua? Sunghoon? Uh, laki-laki sialan itu selalu membuat emosi Jean meledak.
Tapi, salah Jean juga sih. Dia sampai menghancurkan ponselnya karena saking sebalnya. Jadi selama di panti dia tak memegang ponsel apapun, paling jika keadaan mendesak dia akan pinjam saja sama ibu panti.
Tok ... Tok ...
Lamunannya buyar, Jean seketika menoleh ke arah pintu.
“Taki? Lo kesini sendiri?“ dengan cepat laki-laki itu menggeleng.
“Mama sama Sunoo lagi ngobrol di luar sama ibu panti.“ ah, begitu ya?
Taki berjalan masuk, kakinya masih di gips. Kata dokter memang membutuhkan waktu cukup lama sih sebab tulangnya retak parah.
“Biar gue tebak, lo kesini mau nanyain jawabannya?“ Taki tercengir kuda dia kemudian duduk di sisi kasur.
“Kak Jean udah tau jawabannya?“ Jean meneguk salivanya. Ayo Jean. Bisa!
“Tapi jangan kaget ya?“ Taki mengerutkan dahi, jangan kaget? Kira-kira jawabannya mengecewakan atau tidak ya? Kok Taki jadi khawatir sendiri.
“Jawabannya ...“ Jean menjeda ucapannya sehingga membuat Taki kian penasaran.
Jean menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya kasar. Oke. Bisa Jean. “Maaf sebelumnya gue gak bisa.“ hati Taki mencelos.
“Kenapa?“
“Pertama, gue ini sedang dalam masalah. Gue gak bisa terus lari ngehindar dari masalah. Kedua, gue ngerasa kalian terlalu berlebihan, gue gak masalah tinggal di panti toh gue bakal dewasa, bakal punya pekerjaan dan tempat tinggal baru, jadi makasih udah khawatirin gue. Ketiga, gue mau ketemu sama lo, pas lo udah jadi orang yang mapan aja. Biar tiba-tiba gue kaget, Taki yang dulu beda 100 persen dari di masa depan.“ ungkap Jean.
“Tapi yang pertama, gue mau selesaiin masalah dulu. Masalah kalo di bawa pergi sama kita, dia gak bakal mau pulang sampe kita yang bawa pulang masalah itu sendiri.“ Taki terdiam, entah dia harus senang atau sedih. Kak Jean ini luar biasa sekali. Membuat taki bertanya-tanya, kenapa bisa anak sebaik dia di perlakuan tidak baik oleh keluarganya? Tuhan adil ya? Yang Taki memiliki keluarga sempurna namun keadaan tubuhnya terbilang tak sempurna sementara Jean yang perfect dari segala aspek, namun memiliki keluarga yang tak sempurna.
“Gak marah kan?“ Jean menepuk pundak Taki.
Dengan cepat Taki menggeleng. “Buat apa marah? Itu keputusan Kak Jean.“ Dia tersenyum lebar, membuat hari Jean yang selama ini gelisah akhirnya tenang.
“Gue minta jangan lupain gue, nanti kalo nyari pacar jangan yang mandang fisik sama keluarganya kaya apa enggak, carinya yang tulus. Yang bener-bener nerima lo apa adanya. Paham?“ Taki mengangguk-angguk seperti bocah 5 tahun yang sedang diceramahi.
“Kak Jean jangan cari pacar dulu ya? Tunggu lima-enam tahun lagi.“ Jean mengerutkan dahi tak paham, memangnya ada apa di tahun itu?
“Kenapa?“
“Aku mau jadiin kak Jean pacar, kalo 10 tahunnya lagi, kak Jean mau aku jadiin istri. Mau?“ sontak gelak tawa diantara keduanya pecah, perut Jean benar-benar tergelitik usai mendengarnya. Astaga, apa-apaan itu Taki? Ada-ada saja.
“Janji Kak?“ Taki mengulurkan jari kelingkingnya.
Jean menggigit bibir bawahnya kemudian menatap Taki, dengan senyum lebar perempuan itu lantas menautkan kelingkingnya. “Janji!“
“Oh ya! Pelukan perpisahan dari gue.“ Jean lantas memeluk Taki, membuat laki-laki itu terkejut bukan main. Matanya membola dan jantungnya mendadak berdegup dengan kencang.
“Jadi anak baik terus ya, jangan nakal-nakal. Kasihan Bunda lo, bilangin Sunoo juga.“ Jean mengusap-usap punggung Taki.
Tak lama kemudian pelukan keduanya terlepas, Jean lantas merapikan rambut Taki yang berantakan. “Bocah.“
“Kalo aku bocah Kak Jean apa? Kak Jean juga belom dewasa.“
“Dewasa gak memandang umur.“ Taki terenyuh mendengarnya.
“Makasih Kak.“
“Seharusnya lo berterima kasih sama diri lo sendiri, karena hingga saat ini, lo masih mampu bertahan. Lo hebat.“ Jean mengusap-usap pucuk rambutnya.
“Ekhem ...“ sontak keduanya menoleh ke sumber suara.
“Kata Bunda kita harus pulang buat urus pasport.“ Taki segera beranjak dari kasur.
“Jadi kak Jean milih ikut atau enggak?“ tanya anak itu memastikan.
“Lo tanya Taki, dia tau.“ Jean melirik Taki dan melempar senyum.
“Kalian buat gue curiga, jangan-jangan pacaran diam-diam ya? Ngaku.“ Jean tersedak air liurnya sementara Taki geleng-geleng kepala.
“Bunda! Taki ternyata udah punya pacar!“ Teriak Sunoo yang segera lari menghampiri sang Bunda, sementara Taki hanya merespon biasa saja sebab kakinya tak bisa di gunakan untuk lari.
“Selamat tinggal Kak Jean, jaga diri baik-baik, aku pamit.“
🔸🔸🔸
Finally up ini. Part selanjutnya bakal jadi part akhir gais, karena sepertinya ini bakal jadi ss nya Taki. Jadi gua emang mau fokus dulu sama ini, baru keluarin new story ver. Member what happen.
Btw bias gua Sunghoon sama Sunoo wei, gemes banget liat dua"nya pengen di nikahin wkwk
Jangan lupa vote dan komennya, part ini mengandung uwu dan tidak ada bully"an lagi haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Junior [TAKI]✓
Roman pour AdolescentsIni mengenai seorang anak disabilitas bernama Taki yang terus-menerus jadi korban bully. "Lahir ke dunia itu bukan penyesalan, udah takdir lo. Tergantung lo jalaninnya, hidup itu terus berjalan ke depan dan bumi berputar. Jadi gak akan selamanya lo...