6

0 0 0
                                    

Acara peresmian perusahaan yang di gelar di taman perusahaan yang cukup luas ini di hadiri oleh ratusan orang tentunya  dengan  pangkat dan jabatan yang tinggi.  Tak sembarang orang yang bisa datang ke acara ini. 
Kini gue sedang menikmati anggur merah yang tertuang di gelas yang tengah ku pegang.

Seketika ada lengan yang menyusup ke pinggang ku.  "sayang kamu capek?  Duduk aja dulu" kata om baskara yang ku jawab dengan anggukan.

Terlalu membosankan ternyata datang kepesta ini,  kalau saja bukan karna duit ngak bakalan mungkin gue dateng ke acara ini.

"nathaaa,  lo ngapain disini? " tanya seorang laki-laki yang tak asing.
Ahh ya aku ingat dia cowong yang kemarin ketemu gue di mal bareng yang dateng bareng samaadiknya dan yang udah buat gue sakit ati karena udah maki maki gue ga jelas. 

"emm ngak ngapa-ngapa, lo sendiri ngapain disini?.  Timpal gue.
"emm ini tuh acara bokap gue, yaa jelas gue disini lah" katanya terkekeh. 

"Wtf anjirrr gak bapaknya gak anaknya sama aja doyan bayar cewek,  wahh parah ni rusak rusakk" batin gue dalem hati.

"heloo nat,  ko malah ngelamun". Kata pria itu sambil mengayun ngayunkan tangan di depan mata gue. 
"ahh engak ko"

"diko kamu ngapain disini,  dia tamu papi.  Jangan ganggu dia" kata pak bagas kara.

"what?  Tamu papi?  Sejak kapan papi kenal natha? " tanya pria yang sudah ku ketahui namanya itu. Diko. 

"bukan urusanmu,  sudah sana kamu pergi". Usir pak bagaskara.

"are u oke natha? " tanya pak bagas kara sambil mengelus pipiku lembut

"yahh i am oke" kataku tersenyum.

Acara demi acara terlewatkan dengan sangat membosankan,  untung saja ada diko pria yang tidur sama gue tempo hari,  setidaknya bisa ngehibur kebosanan gue ya walupun gue muak ssma dia karena dia yang cerewet dan ngak bisa berhenti  ngomong.
Acara yang di mulai sejam jam 5 sore tadi pun selesai juga.  Jam menunjukan pukul 22.15 gue udah mau Otw di anter pulang sama supir om bagaskara. 
** 
Sesampainya di apartemen gue langsung ganti baju tanpa berpikir untuk mandi dulu.  Sampai akhurnya gue merasa laper kembali saat sedang memilih pakaian ganti,  karna emang tadi gue sama sekali ngak mood makan apapun di acara.
Jam menunjukan pukul 23.45 gue merasa laper pun pergi kedapur mencari bi tijah. Namun sayangnya bi tijah sudah tidur, akhirnya gue putusin buat keluar mencari makan. 

"hai natha,  mau kemana malem malem gini" tanya ibrahim yang terlihat baru saja pulang. 

"laper gue mau cari makan" jawab gue sambil nyelonong tanpa permisi mendahului ibrahim.

Kaki gue pun terus melangkah menuju ke tempat parkir apartemen,  gue segera menggunakan helem agar aman sebelum  menstater motor. Kemudian gue gas motor kesayangan gue dengan perlahan,  menyusuri setiap jalanan di kota metropolitan ditemani dengan udara dingin yang menembus pakaian, membuat gue sedikit merinding dan sedikit menggigil. Tak lama kemudian sampailah ke tempat makan yang gue tuju.  Gue langsung  pesen makanan yang bisa mengenyangkan dan menghangatkan tubuh.

Kisaran setengah jam gue selesai melakukan ritual permakanan di tempat makan itu.  Gue pun bergegas pulang ke apartenen,  karena besok pagi gue harus pulang ke tempat kerja gue di tempat mami thrisa. 

Dalam perjalanan yang ramai dalam sepi sendiri,  membuat gue memutar otak dan flash back tentang apa yang udah pernah gue alamai selama ini.  Dari masalah terburuk gue dan masalah yang gak begitu buruk bagi gue. Selama masa hidup, belum pernah gue ngerasain bahagia yang sesungguhnya.  Bahagia bersama keluarga lengkap,  temen temen dan semua bahagia yang di miliki oleh orang lain. 

Gak kerasa langit yang tadinya mendung,  pertahanannya untuk stay terlihat gelap di atas pun runtuh juga.  Rintik air hujan menyamarkan bulir air mata yang seketika juga turun dari mata bulat ini. Tanpa berpikir untuk berhenti untuk sekedar menepi atau memakai mantel, gue tetap dalam diam dan sesak didada untuk tetap menerobos rintik gerimis yang berubah menjadi derasnya hujan.

"guee capek,  gue lelah,  gue bosen" batin gue dalam sesak didada. Entah kapan gue bakal ngerasaain bahagia gue yang sesungguhnya.

**
Sesampainya di apartemen gue ngak langsung masuk ke dalem apartemen. Seperti biasa hal yang gue lakuin untuk menemani kekacauan gue saat berpikir masalah duniawi dan lelah menangis ngak jelas gue selalu berendam dengan air hangat dan menyetel musik penenang. 

Satu jam lebih kiranya untuk menenabgkan pikiran di dalam bathtub, hingga tak berasa jari jari kaki dan tanganku keriput. Tanpa ganti baju gue langsung  membaringkan tubuh di ranjang, namun sialnya gue ngak bisa tidur juga padahal jam sudah sangat larut.

Akhirnya mata gue tertuju pada suatu tempat yang jarang banget gue kunjungi, yap balkon. Pemandangan yang disuguhkan sebenarnya tidak terlalu indah hanya tamaran lampu gedung gedung, dan lampu kendaraan yang terlihat kecil dari balkon apartemenku.

Mata gue yang sedang fokus menelisik pemandangan itu tiba tiba kehilangan fokusnya,  telinga yang mendapat rangsangn suara dari sebalah kanan pun segera menoleh ke arahnya. 

Lagu yang teralun melow,  dan pria yang sedang berkutat dengan laptop di hadapannya. Dengan refleks mata yang awalnga fokus pada laptop kini berpidah ke,  kedua manik mata gue.
"oo tetangga.  Hai tetangga" sapanya dengan menampilkan deretan gigi putih rapihnya.
Sedangkan gue cuman membalas dengan senyum saja.

"kamu ngapain belum  tidur,  dan ngak salah  jam segini masih pake handuk?" tanya ibrahim yang terheran melihat penampilanku yang hanya menggunakan handuk kimano.

"yaa terserah gue lahhh, mau gue telanjang kek,  pake baju gamis kek, gak ada ya urusan sama lo!" jawab gue sinisss. 

Lelaki di sebrang sana yang mendengar perkataanku pun hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecil.

"ya sudah kalo begitu, saya masuk dulu. Awas masuk angin loh kamu" katanya sambil merapikan peralatan yang berserak di atas meja.

Hening pun tercipta kembali, hanya gue yang duduk terdiam di tepi balkon tanpa teman atau lawan bicara lagi. 
"gue ni lagi kenapa si, hari ini serasa lemah banget jadi cewek. anjirrr anjirrr apa gue mau pemes. Hadehhhh bisa libur lama lagi deh" gumamku dalam hati. 

Ketika tubuh sudah terasa sangat dingin dan merinding gue putusin buat masuk ke kamar.  Gue baringin lagi tubuh gue ke ranjang, mata gue seketika menatap jam yang menunjukan pukul setengah 2 pagi.

Dalam hitungan menit gue berbaring dan mencari posisi nyaman, akhirnya mata gue bisa terpejam dengan rapat,  dan alam gue seketika berubah mulai memasuki ke alam mimpi yang fana. 





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NATHA QWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang