Berjumpa

1.5K 374 54
                                    

Bulan baru untuk semester satu. Hari ke dua puluh tujuh Aurora telah menginjakkan kakinya untuk memasuki koridor gedung fakultas ekonomi. Dia juga telah hapal setiap sisi di tempat ini, tempat mana yang harus ia datangi untuk kelasnya, ruangan dosen, ataupun tempat lain yang harus ia hindari seperti tempat tongkrongan para senior.

Kelas pagi seperti biasanya selalu Aurora datangi. Kali ini kelasnya berada di ruangan besar menggabungkan dua kelas di angkatannya. Memasuki ruangan itu, ia langsung disambut seluruh penjuru mata yang mengarah ke arahnya. Ruangan menjadi sunyi beberapa saat, mata Aurora menyapu mencari kursi kosong untuknya.

Ada satu kursi kosong di tempat paling atas dan tempat itu berdekatan dengan banyak anak laki-laki di kelasnya. Dia sempat terdiam sejenak antara malu untuk pergi ke sana atau harus turun saja. Tapi jika dia turun yang ada dia tak mendapatkan tempat duduk. Mau tak mau, pilihan terakhirnya adalah pergi ke kursi kosong itu.

"Aurora!"

Tuhan menyelamatkannya. Seseorang memanggil namanya dari barisan kursi seberang dan mendapati ada rombongan teman kelasnya berada di sana. Langsung saja ia menghampiri mereka dan di barisan itu mendapati keberadaan Vero, Tian, Anne dan Priscil. Empat orang yang telah menjadi temannya selama kuliah ini dan bertemu di ospek fakultas mereka.

"Ra, kamu bawa 'kan, fotokopian tugasnya Pak Irlan?" Priscil yang pertama kali menyapanya duluan.

"Bawa kok." Langsung saja Aurora membuka tasnya dan menyerahkan lembar fotokopi yang menjadi titipan temannya itu kepadanya.

Setelah selesai menyerahkan barang titipan milik Priscil itu, ia bergegas menuju kursi kosong di samping temannya itu.

"Jangan duduk di sini."

Bersamaan itu gerakan Aurora langsung terhenti. Ekspresinya berubah menjadi bertanya-tanya.

"Ini kursi titipannya Vero," ucap Priscil.

"Yang aku?" tanya Aurora.

"Emang kamu nitip?" tanya Priscil balik.

Serangan yang bagus membuat Aurora berhasil terdiam. Ia hendak membalasnya lagi, tapi dia langsung kehilangan kata-kata karena ia tak menitip kursinya sama sekali dengan Priscil. Dalam satu barisan ini, sudah banyak kursi yang telah diisi.

Aurora pun terpaksa berbalik badan dan saat itu juga dia langsung berpapasan dengan Vero. Temannya itu pergi menuju kursi yang telah dijaga oleh Priscil. Bersama teman lainnya, Priscil, Vero, Anne, dan Tian, empat orang itu langsung sibuk dengan obrolan mereka lagi.

Padahal biasanya Aurora juga sering bergabung dengan mereka. Dia sering membantu mereka dalam urusan tugas kuliah, seperti barusan tadi, lembar fotokopian untuk mereka yang telah ia siapkan.

Aurora berjalan menjauh dan pilihan terakhirnya adalah pergi ke kursi kosong yang dipenuhi oleh anak laki-laki di atas tadi. Entahlah, rasanya ia mendadak tak dianggap setelah tak dibolehi duduk barusan.

■■■■■

Siang pukul sebelas kala itu, tepatnya di salah satu toko kecil yang berada di pinggiran jalan, tampak terlihat sosok Nana yang tengah memasukinya. Nana mengunjungi sebuah bistro yang menjadi usaha sampingan milik temannya, Arlen.

Ia mendorong pelan pintu kaca itu bersamaan suara dentingannya langsung memenuhi ruangan tokoh
kecil ini. Suasananya cukup tenang dan berada di ujung ruangan, ia langsung disambut aroma kopi yang baru saja diseduh.

"Welcome!"

Suara Arlen menyambutnya seorang diri di tokonya ini. Nana ikut tersenyum membalasnya.

drive safe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang