Teh Pagi Hari

1.2K 267 65
                                    

Jika bukan karena panggilan darurat, Nana tak akan mau datang sepagi ini. Ini semua karena Arlen yang menyuruhnya datang di pukul enam pagi ke tokonya. Waktu yang terlalu pagi juga untuk Nana keluar karena dia juga harus sibuk mengurus persiapan kuliahnya. Jadi datanglah dia ke tokonya Arlen dan wajahnya menatap tajam temannya itu yang sedang tersenyum bahagia.

"Ini yang mau lo tunjukin?"

"Iya!"

Arlen membuka kain yang menutupi satu benda menjulang tinggi. Nana tahu itu adalah lemari yang ia sembunyikan, tapi untuk apa?

"TADAAA!!" Arlen memekik heboh bersamaan kain itu ia tarik ke bawah.

Mata Nana terperangah melihat sebuah rak yang berisi cangkir dan teko kaca di sana. Ada beberapa karung kecil juga yang isinya seperti daun kering dan biji kopi. Nana menggaruk tengkuk lehernya, ia tak mengerti dengan keadaan saat ini.

"Ini yang mau lo tunjukin?" tanya Nana sekali lahi.

Arlen mengangguk, "lo tahu ini apa?" tanyanya balik.

Nana menggeleng.

"Ini adalah hiasan untuk minum teh," ucap Arlen.

"Jadi?" bingung Nana.

"Gue mau buka toko teh!"

Arlen memekik heboh. Selain itu, dia juga menunjukkan banyak variasi minuman teh herbal dan bunga, selain dia menjual kopi juga.

"Thanks banget buat lo Na. Gue udah berniat mau buka toko teh dan kopi di sini." Arlen tersenyum puas.

"Ck, gue kira paan."

"Eh! Tunggu dulu!"

Nana mendengus, Arlen menghampirinya dengan cepat.

"Gue mau ngajak lo buat kerja di toko gue, Na."

"Kerja?"

"Iya. Lo jadi barista teh, mau gak?"

Butuh beberapa detik untuk Nana tersadarkan kembali bahwa ia harus mencari sarapan di pagi ini sebelum berangkat ke kampus.

■■■■■

Yang satu mengawali pagi dengan kejutan dan yang satu mengawali pagi dengan kehilangan. Aurora tak berhasil mengatur nafasnya sebaik mungkin, pagi inj ia kembali terbangun dengan perasaan tak tenang. Ia melihat lingkungan sekitarnya dengan begitu menakutkan. Langkahnya bergerak untuk memasuki segera ruangan kelasnya. Seperti biasa ramai, tapi ada satu penyelamat di sana.

Ia tersenyum tipis. Langsung saja, ia menghampiri Sekar yang berada di pojok ruangan. Temannya itu baik sekali.

Saat ia hendak memasuki barisan kursi di sana, tiba-tiba Priscil datang menghadangnya.

"Ra."

"Hai Sil."

Aurora mencoba tersenyum untuk menyapanya.

"Lo sibuk gak, pas pulang nanti?" tanya Priscil.

Aurora menggeleng, "entah, tapi kayaknya nggak," balasnya.

"Bagus. Mau ikut kita?"

"Kemana?"

"Ke resto baru di deket apartemen Anne. Katanya lagi ada diskon buat lima orang, jadi kita mau ngajak lo."

"Sil, maaf. Duit aku pas-pasan."

"Ayo dong, Anne yang nraktir nih."

Aurora terdiam dan Priscil terus tersenyum untuk meyakinkannya. Samar-samar, ia melihat di ujung ruangan sana ada Sekar yang masih menunggu dan menyuruhnya untuk ke sana.

drive safe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang