17; Gue Gak Bisa Diem Aja

59 10 12
                                    

Hari ini Gilang sudah boleh pulang ke rumah. Kepulangan Gilang dari rumah sakit bertepatan dengan waktu libur sekolah karena kelas 12 sedang UNBK. Gilang melihat sekeliling kamarnya, ada banyak sticky notes yang ia yakin Naya yang membuat semuanya selama Gilang di rumah sakit. Ia menghampiri salah satu sticky notes berwarna biru muda berbentuk hati yang tertempel di saklar lampu. Lelaki itu membulatkan matanya setelah melihat apa yang Naya tulis di sana.

abang, tadi naya ketemu sama kak rayta di rs pas abang bobo. terus kak irza suruh naya bilang abang suka sama kak rayta

"Allahu'akbar!" seru Gilang seraya buru-buru membuka ponselnya dan menelepon Irza.

"Ya—"

"WOY! MAKSUD LO APA, HAH?" sentak Gilang tanpa babibu. Lelaki itu tidak bisa diam, ia berjalan mondar-mandir karena ia sedang panik, juga emosi, tapi juga malu. Mau dikemanakan muka dia di hadapan Rayta nanti?

"Santai, anjing. Baru juga sembuh," balas Irza, membuat Gilang tambah naik pitam.

"Lo ngapain nyuruh adek gue bilang gitu ke Rayta?!"

"Bilang apaan, sih?"

Langkah Gilang terhenti. Mendadak bibirnya kelu dan enggan untuk mengucapkan apa yang Naya bilang pada Rayta, "B-bilang itu,"

"Apa hayo?" ledek Irza. Di rumahnya, Irza sedang cekikikan membayangkan wajah Gilang sekarang. "Ciee, beneran suka ya? Iya, kan? Kalo nggak mah ngapain sampe marah-marah—"

"Bacot."

Tut. Tut. Tut.

Gilang memutuskan sambungan telepon sepihak. Sumpah, rasanya pengen Gilang perban mulut Irza.

Tiba-tiba layar ponsel Gilang menyala, tanda ada notif masuk. Ada chat dari Rayta. Aduh! Rayta masih ingat nggak, ya, sama pertanyaan Naya kemarin?

Gilang menghirup napas dalam-dalam, kemudian membuangnya perlahan, "Stay cool, stay cool."

Gilang membuka notif dari Rayta dengan sangat hati-hati.

Rayta: gilang

Gilang: knp?

Rayta: udah gapapa?

Gilang mendengus, "Yang seharusnya nanya tuh gue."

Gilang: ga mau jwb

Rayta: ih, kok gitu?

Gilang: lo jg blm jwb knp lo nangis kmrn

Beberapa menit kemudian, Gilang tahu, nggak semua yang terlihat baik-baik aja beneran baik-baik aja. Gilang harus melindungi gadis itu mulai sekarang. Iya, Gilang benar-benar tidak mau terjadi apa-apa lagi dengan gadis itu, Rayta.

***

Motor Irza dan Ragha terhenti di depan gedung kosong tua tempat dimana Hanif menunggu. Mereka melangkah dengan hati-hati masuk ke dalam gedung tersebut. Tujuan mereka bertemu dengan Hanif disini bukan untuk balas dendam, tetapi untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik—itu pun kalau Hanif menanggapi dengan baik juga.

"Lo berdua berani juga ya dateng kesini,"

Suara Hanif menggema, lelaki itu menyeringai. Irza dan Ragha menatap tajam Hanif yang berdiri sekitar tiga meter di hadapannya.

"Gilang mana? Takut ketemu gue?" tanya Hanif seraya tertawa remeh.

Irza menggertakkan giginya, ia tidak terima, "Lo udah sehebat apa, anjing, sampe Gilang takut sama lo?"

"Hush," ujar Ragha menenangkan Irza. Ragha kembali memandang Hanif dengan sangat memohon, "Gue harap kita bisa selesaiin ini dengan baik-baik, Nif."

Hanif melipat tangannya di dada, "Temen lo udah nyari masalah sama gue. Tinggal pilih aja, jauhin Rayta atau bokapnya dipecat."

"Emang lo siapa, bangsat?!" sentak Irza lagi. "Lo sampe segininya karena ditolak Rayta? Sadar diri, anjeng! Lo emang ga pantes dapetin Ray—"

"JAGA OMONGAN LO! Lo mau juga dikeluarin dari sekolah?"

Irza melangkah mendekati Hanif dengan napas memburu, tangannya mengepal. Beberapa detik kemudian, Irza melayangkan tinjuan tepat di rahang Hanif. Tidak hanya sekali, Irza juga meninju bibir dan dada Hanif berkali-kali. Irza benar-benar emosi.

Ragha berlari menghampiri Irza, "Udah, Za, udah! Dengan lo kayak gini sama aja lo kayak dia!"

Gerakan Irza terhenti. Ia melihat Hanif yang sudah terkulai lemas. Masih dengan napas yang memburu, Irza menunjuk Hanif, "Dia udah bikin sahabat kita masuk rumah sakit, Gha! Gue ga bisa diem aja!"

Ragha menarik Irza menjauhi Hanif.

"Sampe lo bertingkah lagi, jangan harap lo bisa baik-baik aja." ujar Irza sebelum ia dibawa Ragha melangkah keluar dari gedung ini.

•••
to be continued!

masih ada yg baca ga :(

When Gilang Says 'Bacot'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang