Chapter 4

271 55 17
                                    

"Irene ssi?"

"Irene ssi?"

"Irene ssi sadarlah!"

Irene bersusah payah membuka matanya dengan nafas yang memburu dan tidak beraturan. Tepat saat itu ia melihat sosok yang sangat ia kenal.

"Seodam?"

Irene melihat samar-samar pria itu memanggil namanya.

"Seodam? Kaukah itu?"

Irene lantas menangis saat melihat wajah Ahn Seodam sedang tersenyum padanya. Ahn Seodam yang dulu membuatnya jatuh hati. Irene kemudian bangun dan memeluknya erat sambil menangis.

"Seodam, aku merindukanmu..." ucap Irene sambil memeluknya.

Selama beberapa saat Irene memeluknya sambil menangis.

"Tolong jangan pergi. Biarkan seperti ini saja" ucap Irene di sela-sela tangisannya.

***

Jin yang baru saja bangun penasaran dengan apa yang terjadi di kamar Irene. Jin mendengar suara minta tolong dari sana. Ia lalu memastikan dengan mengetuk pintu. Namun, tidak ada suara. Tapi, semakin lama suara itu semakin terdengar pilu. Irene merintih dan meminta tolong. Jin kemudian memberanikan diri untuk masuk.

Ia terkejut mendapati Irene meracau dalam tidurnya. Wanita itu meminta tolong dengan suara tercekat seolah susah bernapas.

"Irene ssi?"

"Irene ssi?"

"Irene ssi sadarlah!"

Irene perlahan membuka matanya.

"Seodam? Kau kah itu?" ucapnya.

Baru saja Jin akan berucap, Irene langsung memeluknya sambil menangis. Irene menangis tersedu-sedu di pelukannya dan membuat Jin merasa iba. Jin tidak tahu apa yang menimpa wanita ini, tapi sepertinya dia melalui masa-masa yang berat.

"Tolong jangan pergi. Biarkan seperti ini saja" ucap Irene di sela-sela tangisannya.

Jin akhirnya menyerah dan membiarkan dirinya dipeluk Irene. Sesekali Jin menepuk punggung Irene untuk menenangkannya. Jin sebenarnya masih belum bisa percaya ini. Dia tiba-tiba bertemu dengan sesosok arwah penasaran yang tidak tahu bagaimana caranya keluar dari rumahnya. Jin berpikir apa mungkin di rumah ini terdapat kenangan Irene dengan Seodam yang sangat membekas yang membuat Irene tertahan di sini.

Jin masih menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi di antara dua orang itu. Beberapa waktu yang lalu Irene menyiratkan bahwa ia membenci pria itu. Tapi, pagi ini Irene memeluk Jin sambil mengatakan ia merindukan Ahn Seodam. Ini memang bukan urusannya, tapi kalau Irene bisa seperti ini hanya karena seorang pria seperti Ahn Seodam, Jin sepertinya memang harus membantu Irene mengingat semuanya.

"Ehm.... Irene ssi? Ini aku, Jin" akhirnya Jin bersuara setelah beberapa saat ia terdiam bersama suara tangisan Irene.

Irene sontak membuka matanya dan melepas pelukannya. Wajahnya memerah karena malu.

"O..oh, Jin ssi. Maaf. Sepertinya aku meracau lagi dalam tidurku. Aku mengatakan apa tadi? Pasti aku memelukmu karena sedang meracau. Aduh, maaf ya. Aku benar-benar tidak bermaksud" ucap Irene yang sudah menjauhkan dirinya dari Jin.

"Ah.. Ya. Tidak perlu khawatir Irene ssi. Aku tidak salah paham, kok. Sepertinya Irene ssi sedang memikirkan banyak hal. Beristirahatlah sebentar lagi. Aku juga harus bersiap-siap" ucap Jin kemudian cepat-cepat keluar dari kamar Irene.

"Aaarrggghhh, Bae Joohyun! Apa-apaan kau iniii???" cecar Irene pada dirinya sendiri setelah Jin keluar dari kamarnya.

Irene sungguh tidak punya muka bertemu dengan Jin hari ini. Karena itu, Irene tidak keluar kamar bahkan saat Jin berangkat ke tempatnya bekerja, Irene pura-pura tidak tahu. Dia bahkan sengaja mengunci pintu kamarnya. Irene benar-benar malu.

Dear, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang