BAGIAN 1

36 3 2
                                    

Amabel Garcia Meidy. Panggil saja Abel. Gadis berparas cantik dengan wajah mulus tanpa cela. Kulitnya putih bersih. Proporsi tubuhnya pun ideal. Maklum saja, mungkin turunan dari ibunya yang merupakan mantan model tersohor di tahun 2000-an.

Status sekarang adalah pelajar kelas 2 SMA dan masih single. Hm , bukan. Bukannya tak laku. Justru di SMA Andromeda ini banyak laki-laki yang sudah menyatakan cintanya pada Abel. Punya wajah cantik dan proprsi tubuh ideal itu kan sudah dapat dikatakan anugerah. Tapi Abel juga ternyata diberikan otak encer. Gadis berambut panjang nan bergelombang itu sering kali mengikuti olimpiade matematika dan hampir selalu membawa piala emas untuk SMA Andromeda. Laki-laki mana yang nggak kepincut dengan gadis nyaris sempurna macam Abel?

Abel mengencangkan kuncirannya. Rambut panjang itu dikuncir layaknya ekor kuda. Ia menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan. Abel tengah bersiap melakukan sesuatu yang sudah jadi tekadnya.

Seorang laki-laki baru saja keluar dari kelas bersama dengan dua orang yang mengikutinya di belakang seperti bodyguard. Abel memantapkan hati dan melangkah menghampiri laki-laki itu. Terdengar juga bisikan menyemangati dari belakang yang tak lain adalah kedua teman Abel, Mia dan Hana.

"Mario, gue suka sama lo. Mau nggak jadi pacar gue?" kata Abel dengan penuh keyakinan. Ia juga menyodorkan setangkai bunga mawar pada laki-laki bernama Mario itu. Abel memberikan senyum paling manis sembari menatap kedua bola mata yang menatapnya tajam.

"Nggak." Jawabnya singkat namun tegas.

Abel mengerutkan dahinya. Bukannya lebay, tapi baru kali ini dia ditolak mentah-mentah oleh laki-laki. Padahal selama ini dia yang selalu dikejar-kejar.

"Alasannya?" tanya Abel. Ditolak demikian tegas, setidaknya ia harus tau apa yang kurang dari dirinya.

"Karena lo bukan tipe gue." Jawab Mario dengan wajah datarnya. Laki-laki yang kira-kira tingginya hampir 180cm itu meneruskn jalannya. Meninggalkan Abel yang masih berdiri mematung di depan kelas.

Abel menggigiti bibir dalamnya. Ia bisa mendengar cemoohoan yang dilontarkan beberapa cewek yang tak jauh darinya.

"Kasihan banget ditolak mentah-mentah. Sok kecantikan sih!" kata salah satu dari mereka. Cindy,namanya ketua geng cewek-cewek di SMA Andromeda. Tak mungkin taka da yang mengenalnya. Cewek dengan rambut ikal panjang yang ujung rambutnya diombre warna kehijauan. Jangan tanyakan apakah boleh pelajar di Indonesia memiliki rambut seperti itu. Hukum sekolah tidak berlaku untuk anak kepala sekolah.

"Apa lo bilang?" tanya Abel sembari menghampiri Cindy and the genk.

"Gue bilang, lo sok kecantikan." Jawab Cindy. Raut wajah menyebalkan Cindy itu membuat Abel emosi sampai ke ubun-ubun.

"Gue emang cantik," balas Abel dengan tampang datar. Ia tak ingin baku hantam hanya karena masalah sepele. Tapi ia akan membuat cewek menyebalkan di depannya tidak akan bisa membalas kata-katanya.

Setelah membalas lawan dengan ucapan meyakinkan, Abel memutar badannya meninggalkan tempat itu dan segera menghampiri kedua temannya. Mia dan Hana, dua temannya sejak SD. Kedua temannya itu malah justru duduk di gazebo, asik menikmati siomay dan es teh manis.

"Enak ya dapat tontonan gratis sambil ngemil. Adem lagi," sindir Abel. Suasana hati gadis itu sedang amat buruk sekarang. Pertama karena pernyataannya ditolak secara tegas. Kedua, karena harus meladeni cewek menyebalkan seperti Cindy.

"Iya bel, sumpah enak banget. Boleh minta tontonan lagi nggak?" ujar Mia tanpa meras bersalah. Cewek itu bahkan masih sibuk mengunyah siomay di mulutnya.

"Lo kan cewek tangguh,bel. Kalau cuma cewek macam Cindy gak perlu bantuan kita dong." Kata Hana sambil cengengesan setelah sedotan terakhir es teh nya.

Abel berdecak sebal. Cindy itu cuma persoalan gak penting dan memang gak perlu di bahas. Tanpa Mia dan Hana pun, Abel bisa mengatasi Cindy sendirian. Masalahnya adalah laki-laki bernama Mario yang tadi menolak pernyataan cintanya. Tampak dahi Abel berkerut dan bibirnya semakin mengerucut.

"Dia bilang gue bukan tipenya?" kata Abel.

"Emang gue kurang apa sih? Kurang cantik? Kurang tinggi? Tapi tinggi sama berat badan gue ideal kok. Otak juga gak bego." Keluh Abel. Jawaban Mario yang mengatakan Abel bukan tipenya terus saja terngiang. Bukan lebay, itu karena baru pertama kali ada orang yang berkata begitu padanya.

Selama ini cowok-cowok di sekolah nya selalu memperlakukannya dengan baik. Bahkan tak jarang ada satu atau dua cowok yang menawarkan untuk mengantar jemput Abel dengan sukarela. Yahh..walaupun sudah jelas ditolak langsung oleh Abel karena dia tak mau terikat dan menjalin hubungan lebih jauh dengan orang yang tidak dia sukai.

"Ya udahlah. Ini kan cuma tantangan iseng dari gue sama Hana buat lo." kata Mia, menenangkan Abel.

"Iya bel. Lupain aja lah soal tantangannya. Mending lo gebet si Ketua Osis. Dia kan dari dulu naksir sama lo." Usul Hana.

"Oh iya ya, si ketos kan naksir sama Abel. Dia ganteng dan prestasinya juga bagus." Tambah Mia.

Abel mendelik. Matanya membulat. Sudut bibirnya menaik. Entah kenapa Abel jadi sedikit terbayang dengan wajah Mario. Suara Mario yang menolaknya dengan tegas, walau menyebalkan entah kenapa justru membuat Abel semakin tertarik pada sosok Mario.

"Bel, lo kesurupan?" tanya Hana yang terheran karena Abel tiba-tiba tersenyum seperti karakter antagonis yang sedang merencanakan sesuatu.

"Ini buka soal tantangan. Tapi kayaknya, gue gak akan nyerah," ucap Abel dengan yakin. Ucapan Abel sontak membuat kedua temannya melongo dan saling melihat satu sama lain. Mia dan Hana seolah menyamakan pikirannya melalui tatapan mata.

"Jangan-jangan lo beneran suka sama Mario ya?"

INFALLIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang