Reversed-I

5.9K 556 36
                                    

...

"KITA putus,"

Alenia Ellenia tampak terdiam saat mendengar ucapan Rion Alexius Bastagrasa. Sudah ia duga sih ini akan terjadi. Tapi jujur tak ia sangka suasana lebih damai dari yang ia duga. Alenia Ellenia itu tokoh antagonis di sini. Dan Dinda Emelda sekarang bertransmigrasi di dalamnya.

Namun untungnya ia bukan tipekal antagonis yang akan di bentak karena kesalahannya karena tipe cowok di novel ini adalah tipe yang gentleman. Ya walau endingnya Alenia bisa dibilang ending antagonis sebenarnya.

Menyedihkan

"Oke, terserah," ujar Alenia mengedikkan bahunya tampak membuat Rion cukup terkejut. Alenia yang ia kenal bukanlah Alenia yang ada di depannya.

Ekpresi, kebiasaan, bahkan cara bicaranya tidak sikron. Alenia biasanya adalah tipe mahluk menyebalkan yang menggebu-gebu. Memaksakan cintanya dan akan mengamuk dan mengadu bila ia mengutarakan hal ini.

Biasanya akan berakhir dengan mengadu pada kakeknya---mahluk kaku yang menilai seseorang dan kehormatan keluarga dari uang, jabatan dan status yang mereka punya. Alenia adalah salah satu gadis yang kakeknya jodohkan padanya karena status keluarganya yang berada.

Namun, Rion menyukai orang lain. Pacarnya---Anera Lestiawati, yang menemaninya dan mendampinginya di masa buruk bahkan saat orang tuanya meninggal. Kalau tidak ada pacarnya, entah apa yang akan terjadi. Dan lagi, Alenia tak memiliki nilai yang sebesar itu untuk di pertimbangkan bahkan jika cintanya kepada Anera masihlah setengah. 

"Lo serius?"

"Gue keliatan main-main?" balas Alenia tampak memutar bola matanya. Gadis itu tampak kesal dan menatap malas Rion. Dimatanya sekarang ia merasa jijik dengan orang sok kegantengan di depannya. Di deskripsi novel memang di katakan kalau Rion itu tampan. Tapi ia jujur ilfeel dengan sikap mahluk sialan ini.

Jujur, sekarang di dalam hati ia sedang menghujat kegoblokan Alenia di novel yang mengejar Rion setengah mati sampai pada akhirnya ia dibully karena kelakuannya sendiri.

"Gak. Cuma..." Rion menjeda ucapannya," Lo aneh," lanjut Rion dengan wajah yang agak heran. Dalam kepalanya itu jujur terlintas kalau Alinea seperti punya niat lain. "Lo gak ngerencanain hal lain kan?"

"Gue gak aneh. Dan soal rencana, sayangnya enggak ada. Entahlah, gue cuma ngerasa masa main-mainnya sama lo udah selesai," ujar Alenia tampak berbalik. Ia berniat pergi ke kelas.

"Maksud lo?" ujar Rion yang lalu menahan pundak Alenia.

Alenia menoleh. Tampak menghela nafas. Jujur, ia tak tau mau berkata apa. Lagian ia bertransmigrasi di tengah-tengah konflik.

"Gue gabut aja pas ngedeketin lo. Awalnya lumayan seru main pacar-pacaran sama lo. Tapi sekarang udah mulai nyebelin. Gue males di bully temen-temen lo," ujar Alenia. Cewek itu lalu mengalihkan pandangannya  lalu seketika menepis tangan Rion. 

Ia tak pandai mencari alasan

Tapi semoga saja ini adalah alasan yang masuk akal

"Lalu setelah lama gue berfikir, gue memutuskan kayanya bayar orang buat main pacar-pacaran sama gue  lebih baik. Lagian lo gak pacarable banget dan lagi kurang ganteng. Not my type," akhirnya sambil tersenyum manis.

Rion yang mendengarnya tampak tercegang. Alinea tampak berbalik dan berjalan pergi.

Meninggalkan Rion sendirian.

Ya, terserah lah

Ia malas berkonflik. Jadi ini sepertinya akhir yang bagus untuk kehidupan damainya di masa yang akan datang.

Tiba-tiba tangan Alinea di tarik dari belakang. Cewek itu nyaris terjungkal ke belakang jika saja ia tidak tersangga tubuh seseorang yang ia yakini sebagai pelaku yang bertanggung jawab atas kejadian ini.

"Apaan sih?!" ujar Alinea melotot. Kepala cewek itu lalu menoleh ingin sekali menampar mahluk sialan yang melakukan ini padanya.

Namun baru saja menoleh, rahang Alinea tampak langsung di jepit oleh sebuah telapak tangan yang lebar. Bahkan tangan tersebut mampu menangkup lebih dari setengah wajahnya. Yang Alinea rasakan adalah tertekan. Jujur, ia bisa merasakan hawa dingin dan aura setan menyatu begitu mata tajam yang di miliki mahluk besar itu menyorot tubuh kecilnya.

Jujur Alinea sekarang takut. Ia seperti merasa mau di mutilasi. Sekarang ia tau alasan kenapa Rion takut dengan mahluk yang mempunyai wajah seksi ini. Dan kenapa Anera memilih Rion di banding mahluk yang di depannya ini.

Memang ada beberapa karakter target penangkapan. Dan orang ini salah satunya.

Dion Alexander Batagrasa

Si sosiopat yang possesif dan obsessif

Idaman pembaca wanita masokis yang memimpikan cowok pendominasi dan seksi.

Tapi, jujur ia sudah tak punya kesempatan untuk takut dengan apapun lagi. Karena jika ia tak melangkah pun, ia akan mati dengan sia-sia. Jalan yang ia tempuh bukanlah jalan yang aman lagi.

"Kak," ujar Alenia sembari tersenyum tipis.

Dion yang melihat itu tampak tersenyum keji.

"Apa maksud lo putus sama Rion?" ujar lelaki itu membuat Alenia terdiam. Ia sudah menduga pertanyaan ini akan keluar dari mulut Dion.

"Memangnya apa urusannya sama kakak?" ujar Alenia dengan wajah ramah yang palsu

Dion paling membenci orang yang takut padanya dan akan menganggap orang tersebut seperti seekor serangga.

Dasar bajingan

Alenia tak boleh takut kepada kotoran yang selalu memandang orang di sekitarnya remeh ini

Dion yang mendengar itu terdiam.

Ia pun menatap Alenia datar

Memang gadis itu tersenyum

Namun,

Tatapannya yang menatapnya itu tampak mengarahkan aura hina

Dion merasa, gadis ini bukan gadis idiot yang selama ini selalu takut padanya itu

"Siapa lo?" ujar Dion sembari menunduk lalu menatap Alenia tepat di matanya.

Alenia yang tadinya tersenyum itu tampak memasang ekspresi datar seketika. Namun entah kenapa setelah itu gadis itu tertawa.

Dion mengerenyit. Tak pernah ia melihat tawa selepas itu seumur hidupnya. Terlebih lagi, ia bisa mengidentifikasi kalau tawa tersebut adalah tawa meremehkan.

Atau perasaannya saja?

"Alenia. Memangnya siapa lagi?" ujar gadis itu tampak tersenyum meremehkan.

"Lo bukan dia,"

Perbedaannya terlalu jelas

Bahkan Dion yakin orang idiot pun bisa menyadari hal tersebut

"Atas dasar apa kakak mengatakan itu? Memangnya kakak kenal aku seberapa jauh selama ini sampai kakak bisa menyimpulkan kalau aku bukan yang asli?" ujar Alenia tampak menghela nafas. Gadis itu lalu kali ini menatap Dion tepat di matanya. Gadis itu lalu mengulurkan sebuah tangannya dan memegang pipi Dion. "Manusia itu pinter berkamuflase loh kak. Gak selamanya hal yang terlihat itu nyata,"

...

ReversedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang