Die Away

520 99 10
                                    

Song: Bored - Billie Eilish

Rubi merangkak turun dari tempat tidur, menghampiri Gio yang sedang memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rubi merangkak turun dari tempat tidur, menghampiri Gio yang sedang memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Rambut Gio yang setengah kering dan handuk yang masih tergantung di bahu laki-laki itu, pesona yang membuat Rubi ragu untuk bertindak sesuai pikirannya. Tangan Rubi bergerak menggoyang pundak Gio. Laki-laki itu terhenyak kemudian menaikkan sebelah alisnya setelah mendapati sosok Rubi yang sedang berada di depan matanya.

"Gio maaf kalau aku lancang," Tanya Rubi, mengeluarkan isi pikiran yang sudah mengusik dirinya sepanjang hari. "Apa aku benar-benar harus menyerahkan tubuh ku?"

Kini kedua alis Gio yang terangkat. Rubi tampaknya ingin menguji kesabarannya sekali lagi. "Apa?"

"Kamu bilang kamu menginginkan tubuh ku 'kan?" Tanya Rubi guna memperjelas maksudnya.

Gio semakin termangu saat menyaksikan Rubi bertekuk lutut di hadapannya. Raut putus asa kembali terpasang di wajah perempuan itu. "Aku belum siap, aku belum pernah melakukannya dengan siapapun. Rasanya ga adil untuk calon suami ku di masa depan."

Gio melipat kedua tangan di depan dada seraya memicingkan matanya, perkataan Rubi barusan membuatnya geli. Bahkan di situasi mereka yang belum membaik, perempuan itu sudah berani mengatakan kemungkinan atas hadirnya laki-laki lain di antara mereka. "Siapa calon suami lo? Lo udah dijodohin?"

Rubi menggeleng dengan ratapan memelas. Memang dia belum berminat mencari pendamping hidup tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dia juga akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya, laki-laki yang akan menerima segala kekurangannya dan begitupun sebaliknya. "Aku cuma takut mengecewakan hati orang yang aku sayangi."

Kalau dipikir-pikir, Rubi termasuk perempuan yang sangat menghargai kesucian tubuhnya. Fenomena yang jarang Gio temui di lingkungan pergaulannya. Di luar sana, berbagai perempuan berlomba untuk ditiduri Gio. Mereka berusaha membuat Gio terkesan agar kelak laki-laki itu memilih mereka untuk dijadikan teman tidur yang permanen. "Ga, keputusan gue udah bulat. Mau ga mau lo harus melayani gue apapun resikonya."

Rubi bersujud, memohon secuil belas kasihan dari Gio. "Tolong kabulkan permintaan ku sekali ini aja, aku ga akan meminta apa-apa lagi." Dia sungguh menyesal sudah dilahirkan di dunia yang keras ini, apa tidak ada kebahagiaan yang pantas dia rasakan walau sebentar saja?

"Telinga lo tuli? Keputusan gue ga bisa diganggu gugat." Gio hendak bangkit dan meninggalkan Rubi tetapi kakinya ditahan oleh rengkuhan tangan perempuan itu.

"Kalau begitu, tolong rahasiakan apapun yang akan kita lakukan, cukup kita berdua yang tau." Ujar Rubi dengan suara lemahnya.

Gio mengerutkan dahinya. Demi seorang laki-laki, Rubi bahkan sampai merendahkan dirinya. "Lo pikir urusan ranjang gue buat konsumsi publik?" Gio melengos, punggungnya merunduk sembari menatapi dua manik mata Rubi dengan intens. "Belum apa-apa lo udah kebanyakan merengek kaya anak bayi, lo mau gue oper ke pedagang pinggir jalan di luar sana?"

She's All I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang