His Other Side

709 94 15
                                    

Song: Do I Wanna Know - Arctic Monkeys

Gio menitipkan pesan pada Gavin untuk memantau Rubi selama dia tidak di rumah bukannya malah menawarkan tumpangan kepada perempuan itu untuk pergi ke wilayah yang berbahaya seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gio menitipkan pesan pada Gavin untuk memantau Rubi selama dia tidak di rumah bukannya malah menawarkan tumpangan kepada perempuan itu untuk pergi ke wilayah yang berbahaya seperti ini. Gio mengambil korek api dari dalam saku celananya, mengarahkan api yang menyala tersebut ke ujung batang rokoknya. Dia menghisapnya sambil memperhatikan Rubi yang sedang duduk dengan wajah menunduk di hadapannya. "Lo diantar Gavin?"

Gavin meneguk air liurnya, berusaha mengontrol debaran jantungnya. Ini semua akibat keteledorannya dalam menjaga Rubi. Diliputi rasa penyesalan, Gavin pun segera bangkit berdiri. "Iya, emang gue sendiri yang mengajukan diri buat ajak Rubi ke sini."

"Lo paham kan kenapa gue ga mengizinkan Rubi ikut gue kemana-mana?" Kobaran sorot mata Gio membuat Gavin mematung sambil merunduk. "Lo ajak dia ke kerjaan kita itu artinya lo mau mencelakakan dia."

"Maaf, gue kira pasar udah sepi karena biasanya jam segini mereka udah pada balik ke rumah masing-masing."

Gio lantas menyamperi Gavin, laki-laki itu pasti bisa merasakan kekesalannya yang masih mampu dia pendam di balik raut wajah datarnya. "Mau mereka udah pulang sekalipun gue ga suka lo ajak Rubi ke tempat kaya gini." Desisnya menusuk.

Gavin mengangguk, dia mengacungkan kedua jempolnya lalu membentuk tanda damai. "Gue ga akan mengulang kecerobohan gue untuk kedua kalinya, gue janji."

"Ya udah sekarang lo urus sisa kerjaan gue, paksa Ari bayar sisa hutangnya hari ini juga. Kalau dia belum ada uang, suruh dia gadaikan rumahnya. Dia bisa tinggal di markas untuk sementara waktu sebagai kompensasi atas dedikasinya selama ini."

Usai memberikan perintah kepada Gavin, Gio kembali ke posisi semula. Dia menjatuhkan puntung rokoknya lalu memijaknya sampai mati. "Lo udah makan siang?"

"Udah, kamu?" Tanya Rubi saat Gio menjemput tangan kosongnya.

"Belum, makanya perut gue kelaparan dari tadi." Keluhnya. Kemudian Gio berjalan sejajar bersama Rubi sambil menggandeng erat tangan perempuan itu. "Lo temani gue makan bentar di tempat langganan gue." Gio menyeberangkan Rubi dan menarik tangan perempuan itu tanpa berniat untuk menyetop langkahnya. Dia hanya tidak ingin ada orang lain terutama musuhnya mencatat rupa wajah Rubi di ingatan mereka. Rubi menaiki motor Gio yang terparkir di gang sempit. Motornya melaju dengan kecepatan kencang hingga membuat rambut Rubi berserakan di udara. Sesampainya di tempat makan langganan Gio, Rubi setengah sadar merapikan penampilannya. Badannya hampir kehilangan keseimbangan jika saja tangan Gio tidak menopang pinggangnya.

Gio menautkan alisnya saat matanya berpencar ke rumah makan tersebut. Padahal dia datang sudah lewat dari jam makan siang tetapi keadaan tempat itu masih saja ramai dengan pembeli. Gio menghampiri seorang laki-laki yang sedang membungkus pesanan. Laki laki itu tampak tersenyum riang melihat kedatangan Gio ke rumah makannya. "Eh, Bos Gio. Duduk dulu di dalam, Bos." Pintanya sopan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She's All I NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang