Klasik

28 10 4
                                        

Perumahan Aspidiske pukul 19.00 WIB

“ Oh jadi namanya Gilang...” Gumam Alin tanpa sadar
menatap langit-langit kamarnya, bingung harus melakukan apa karena semua tugas untuk esok sudah ia kerjakan.

“Eh kok gue jadi mikirin dia sih.”

Ddrrttt ddrrttt dddrrrttt

Meraba-raba sekelilingnya sambil berdecak kesal karena tak kunjung menemukan benda pipih bercasing coklat. Dengan terpaksa Alin bangun dari posisi rebahannya dan menemukan ponsel itu ada di tempat ia rebahan. Berarti sedaritadi,ia meniduri benda tersebut.

Pasti kalian pernah merasakannya juga. Saat mencari benda yang menurut kalian dekat dengan cara meraba sekitar, nyatanya tak  kunjung ditemukan. Namun saat kalian merubah posisi nyaman hanya untuk mencari benda tersebut, langsung ketemu. Menyebalkan.

“ Ne, yeoboseyo”

“Lo ngomong apaan?yang bener kenapa sih.” Sungut seseorang disebrang sana

“Iya iya,kenapa lo nelfon?”

“Main nggak? Gue lagi sama yang lain nih”

“Lengkap?” Tanya Alin memastikan. Pasalnya,hanya ialah satu-satunya adik kelas diantara anggota genk tanjidor.

“ Nambah satu. Udah,buruan kesini.”

“Sia-“

“ Gue tutup. Bye.”

Begitulah berteman dengan kakak kelas,seenaknya.

Dengan langkah gontai, Alin menyambar jaket jeans dan kunci motor yang berada di dekat pintu kamar.

Iya, Alin terbiasa kemanapun menggunakan motor matic kesayangannya. Dinilai lebih efektif dan efisian dalam segala hal jika menggunakan kendaraan sendiri.

25 km/jam, stabil dan cukup aman. Apalagi ini sudah malam. Alin tidak ingin mengambil resiko dengan membawa kendaraan berkecepatan tinggi.

‘Pollux Cafe’

Selesai menurunkan standar di parkiran ‘Pollux Cafe’ milik salah satu kakak kelasnya, Alin masuk dan mengedarkan pandangannya untuk mencari meja genk tanjidor.

“Nah itu dia” Gumam Alin saat menemukan Adara di meja sudut ruangan. Berjalan dengan perlahan bermaksud mempercepat degup jantung para kakak kelasnya,mengagetkan mereka.

Namun alih-alih mengerjai para kakak kelas,justru jantungnya lah yang kini berpacu sangat cepat.

“ Dia....”

°°°°


Setelah seorang writers meninggalkan meja mereka dengan membawa kertas pesanan Alin, suasana meja mendadak hening. Tak ada yang ingin bersuara, tak ada percakapan. Hanya saling pandang.

Alin jadi merasa bersalah karena telah merusak suasana. Tapi tunggu, Alin sadar sekarang mengapa mereka semua menatapnya sebegitu intens. Disini hanya Alin yang memakai celana jeans dengan atasan jaket kebesaran yang membuat tubuhnya tersamarkan. Mereka semua memakai pakaian formal. Atau lebih ke arah pakaian pesta.

“Lagi ada acara ya? Gue salah kostum kayaknya” Ucap Alin ragu karena mereka semua masih memperhatikan Alin dari atas sampai bawah.

Selang lima menit berjalan masih dengan keadaan yang sama,tiba-tiba...

“AHAHAHAHAHA” Lepas sudah tawa semua orang yang ada di meja tersebut. Menggoda Alin hingga gadis tersebut bersemu dan menggembungkan pipi tembamnya adalah kegemaran genk tanjidor. Lihatlah betapa menggemaskannya Alin saat ini.

VeganussapellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang