Prolog

61 18 2
                                        

°°°°
Bersyukur aja dulu, ngeluhnya nanti.

°°°°

" Lurus, mentok belok kanan. Di ujung lorong." Gumam Alin mengingat ucapan Lya di depan ruang guru tadi.

Beruntung tadi ia sempat bertemu Lybraghina Becrux setelah melihat daftar nama di papan mading.

Melewati kelas demi kelas dan sampailah pada ujung lorong persis seperti yang Lya sampaikan.

"Astaga, ini kelas gue?"Berdiri mematung menatap sekeliling sambil bergidik ngeri.

Kelas tanpa pintu, jendela pecah sana-sini, bersebelahan dengan gudang, plafon hampir rubuh dan yang paling parah adalah kelasnya di ujung lorong. Poor you Alin.

Puas menyoraki diri sendiri, Alin beranjak masuk. Melangkahkan kaki nya ragu. Dan lihatlah betapa menyebalkan wajah teman-teman barunya.

"Wih kelas kita dapet anak pinter nih." Celetuk salah satu murid laki-laki paling menonjol.

"Abaikan,abaikan,abaikan." Batin Alin menenangkan diri sendiri.

Terus melangkahkan kaki ke barisan paling belakang dan memilih duduk dengan seorang siswi yang dirasanya cukup baik.

Sekali lagi mengedarkan pandangannya, Alin mengenali beberapa calon teman sekelasnya mulai hari ini hingga setahun kedepan. Karena di pertengahan tahun masa Sekolah Menengah Pertama,pembagian murid pada setiap kelas akan diacak dan disusun ulang. Begitulah tradisi Bima Sakti Junior High School.

"Nama lo siapa?Gue kayak pernah ngeliat lo" tanya Alin sambil menyiapkan buku pelajaran pertama

"Gue Gyna, kita satu kelas tahun kemarin. Lo Alin kan?" tutur siswi berambut kepang tersebut.

Sedikit tersentak bercampur rasa bersalah, Alin menghentikan segala kegiatannya dan menoleh cepat

"Iya ya? Pantesan muka lo nggak asing buat gue."

"Lo pinter,tapi pelupa ya."

" Namanya juga manusia." Kekeh Alin mengakhiri percakapan diantara keduanya.

°°°°

Salam Menkalinan Benetnasch,Alin.

VeganussapellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang