4. Menunggu Sendirian

59 7 2
                                    

Satu minggu yang terasa lama bagi Asela. Tanpa bertemu Gaska, bahkan cowok itu tak membalas pesannya sejak 3 hari yang lalu. Asela jadi gelisah, mungkin kah Gaska lupa sama janji nya sendiri bahwa dia akan selalu menghubungi Asela?

Asela sore ini sedang berada disebuah kafe, nongkrong bersama Arnan dan Kenan seraya membahas tentang kuliah berhubung Asela masuk di Universitas yang sama dengan Kenan. Sedangkan Arnan, cowok itu memutuskan untuk kuliah di Bandung.

"Gimana Ken, lulus gak?" tanya Asela saat melihat raut wajah Kenan sulit diartikan waktu cowok itu menatap layar laptop, melihat hasil tes universitas yang mereka daftar.

"LULUS! WOI GUE LULUS WOII!" teriaknya bahagia. Mengabaikan raut wajah Asela dan Arnan yang sudah memerah menahan malu.

Asela berdiri seraya meraih tas dan minumnyanya, "Bukan temen gue." katanya kemudian beralih duduk dimeja yang lain.

Begitu juga dengan Arnan, "Gue gak kenal."

Walaupun begitu tetap saja masih ada yang melirik mereka aneh, sedangkan Kenan hanya terkekeh lalu mengikuti apa yang dilakukan kedua temannya. Ia juga pindah meja menjadi posisi mereka kembali seperti semula dimeja yang berbeda.

"Apaan si lo berdua, bukan ngucapin selamat malah kabur. GUE--ppft"

"Awas lo teriak lagi!" kata Arnan buru-buru menyumpal mulut Kenan dengan roti hingga temannya itu tersedak.

Asela tertawa melihatnya, "Kenan lebay banget sih. Liat nih gue biasa aja. Gak selebay lo."

"Kan gue lebay juga gara-gara ketularan elo, Sel."

"Dih, enak aja!"

"Emang iya, kan. Lo tuh cewek terlebay yang pernah ada." balas Kenan tak mau kalah.

"Oh ya, lalu tadi tuh apa? teriak-teriak sampai semua orang ngeliatin?!" balas Asela tak kalah sewot.

Kenan melotot, "Tadi r-e-f-l-e-k-s, refleks!"

"Gak terima alasan!"

Kenan mendengus kemudian memalingkan wajahnya ke layar laptop lagi, momotret layar yang menampilkan tulisan LULUS nya dengan ponsel untuk dijadikan status.

Asela melirik apa yang dilalukan Kenan, lalu mendengus. "Udah lebay, alay lagi. Gak tau deh gue kenapa Stefi mau sama lo."

Kenan mendongak, menatap tajam pada Asela. "Jangan bawa-bawa cewek gue. Gue juga heran kenapa Gaska mau sama lo, berisiknya minta ampun." katanya.

Arnan geleng kepala melihat mereka berdua, "Udah Ken, kek cewek mulut lo. Gak bisa diem."

"Iya! salahin aja gue teros!"

"Ya emang elo yang salah, Ken."

Asela terkekeh dengan wajah senangnya saat Kenan diam setelah dimarahi Arnan.

Apasih Kenan tuh, padahal ganteng ya, lumayan. Masih ganteng Gaska. Tapi bobroknya minta ampun, gak kuat Asela liatnya. Gimana lagi pas satu kampus nanti, yang ada malah ribut terus setiap ketemu.

Driing dringg

Ringtone layaknya alarm itu berbunyi dari ponsel Kenan, buru-buru cowok itu menekan tombol hijau. Ya, ringtone alarm itu suara untuk nada dering di ponsel Kenan. Emang aneh nya gak ilang-ilang.

"Kenan, kamu dimana sih?! Katanya mau jemput aku jam 3!!!" omel Stefi dari sebrang telepon.

Kenan sontak meringis, lupa akan janji nya pada sang kekasih. "Ah iya, aku lupa Ay." katanya pada Stefi, dengan panggilan Ayang seperti biasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASELA || Sequel GASKA ||HIATUS||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang