Mata itu akhirnya dapat terbuka kembali setelah sekian lama terpejam, perlahan tapi pasti. Jinyoung mulai sadar dari keadaan koma nya selama tiga bulan, betapa bahagianya orang-orang yang selalu menunggu nya kembali itu mendengar kabar besar ini.
Samar-samar, netra itu pertama kali menangkap cahaya lampu yang ada di ruangan itu, lalu beralih pelan menuju arah Jaebum yang berdiri dengan ekspresi yang tak bisa diungkapkan. Dokter bergegas menuju ruangan Jinyoung begitu tau pasien nya telah membuka matanya.Jaebum tak bisa berkata-kata, Ia masih syok dengan sadarnya Jinyoung. Bahagia, satu kata yang menggambarkan perasaannya saat ini. Bahkan, saat ini Ia lupa untuk mengabari yang lainnya.
Ia masih menunggu kabar dari dokter tentang kondisi Jinyoung dari hasil pemeriksaan.
"Keluarga Jinyoung?" Jaebum berdiri dan menghampiri Dokter tersebut. "Saya Dok, bagaimana kondisi Jinyoung?""Syukurlah, pasien sudah melewati masa kritis dan sadar dari koma nya. Hanya saja dia masih belum sepenuhnya pulih, mungkin dia masih akan sulit untuk berinteraksi dan menggerakkan anggota badannya. Tapi jangan khawatir, itu sudah biasa bagi pasien yang baru tersadar dari koma dengan jangka waktu yang panjang. Seiring berjalannya waktu, semua akan kembali normal."
"Terima kasih Dokter, apakah saya bisa menemuinya sekarang?"
"Tentu saja, segera panggil saya jika sesuatu terjadi. Saya permisi dulu."
"Baik Dokter, terima kasih." Dokter itu membungkukkan badannya, setelah itu berlalu meninggalkan Jaebum.
Jaebum masuk ke ruangan Jinyoung dan melihat sang empunya hanya berbaring seperti sebelumnya tanpa berpindah posisi sedikit pun, hanya saja sekarang ia sudah dalam keadaan sadar meskipun Jaebum tau Jinyoung tak akan bisa merespon apapun yang akan Ia bicarakan nanti nya.
Perlahan Ia berjalan menuju bangsal pesakitan itu, tak lupa pula dengan senyuman yang masih belum bisa luntur dari bibirnya."Jinyoung-ah, ini aku Jaebum hyung. Kau mendengar suara ku bukan?" Jaebum mengela nafas sebentar, "Aku merindukan mu Jinyoung, kita semua merindukan mu. Terima kasih karena kau masih bertahan dan kembali untuk kami."
Jinyoung melirik samping kirinya dan mendapati Jaebum berdiri disana, Ia sangat ingin mengucapkan 'Hyung aku juga merindukan mu dan juga kalian semua.'
Tapi apa daya, Ia tak bisa melakukan apapun saat ini. Semua badannya seperti mati rasa. Ia hanya dapat merespon ucapan Jaebum dengan mengedipkan matanya."Tunggu sebentar Jinyoung, aku akan memberitahu yang lainnya."
Sementara Jaebum sibuk dengan ponsel nya, Jinyoung hanya melirik ke kanan kiri melihat ruangan yang Ia tempati selama ini meskipun tak semuanya dapat dijangkau oleh netra nya sambil menunggu Jaebum selesai.
Saat sorot nya mengarah ke area pintu masuk ruangan, Ia tak sengaja melihat siluet seorang laki-laki sedang mengintip lewat kaca pintu. Pandangan Jinyoung terpaku saat itu jug. Tak ingin berburuk sangka, Ia hanya mengaggap itu hanya sorang biasa yang mungkin sedang mencari seorang pasien lain."Sebentar lagi mereka akan sampai disini Jinyoung, aku juga sudah mengabari Bibi mu dan Appa mu."
🍀🍀🍀
Dua hari berlalu, Jinyoung masih dengan kondisi yang sama. Saat ini jam telah menunjukkan pukul 16.15 KST. Semua teman Jinyoung sudah kembali ke rumah masing-masing setelah hampir satu hari penuh mereka berada di rumah sakit.
Sebenarnya mereka masih ingin menemani Jinyoung, tapi mereka punya kesibukan tersendiri. Mereka tidak tega meninggalkan Jinyoung sendirian meskipun suster selalu mengecek kondisinya secara berkala, tapi untungnya sepupu Jinyoung datang dan menyuruh mereka untuk pulang."Jinyoung-ah, cepatlah pulih kembali dan jadilah Jinyoung yang ceria seperti dulu. Jangan merasa kau sendiri di dunia ini, kamu masih punya teman-teman yang tulus pada mu. Kau masih punya aku, aku ini juga hyung mu, kau selalu ku anggap sebagai adik ku sendiri. Dan kau punya Eomma yang juga menyayangi mu seperti anak kandungnya. Aku tau selama ini kau berat menjalani hari-hari mu. Dan kau harus kuat Jinyoung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
See You Again ~
FanfictionBagaimana jika seseorang yang telah pergi tiba-tiba kembali? Tidak, bahkan dia sangat berbeda. Rupa yang sama tak menjamin rasa yang sama pula.