Teruntuk kita,
Jiwa-jiwa yang selalu merasa kurang atas segala hal.
jiwa-jiwa yang selalu diselimuti secuil resah berkepanjangan.
Jiwa-jiwa yang selalu menciutkan asa demi sebuah isi. Gundah.Teruntuk kita,
Sesederhana mungkin kita ber-opini, bahwasannya kau dan aku sudah berbeda jalan. Tak lagi berdampingan bak puteri dan pangeran.
Luka larut bergejolak tak henti.
Sentimen-sentimen ponograf tua ikut menuntun syair kala itu,
Syahdu dalam keramaian.Di batas terminal kota, kita melepas segalanya.