Yoongi's Side Story
Yoongi membuka pintu kayu berbalutkan cat hitam pekatnya kemudian melangkah keluar, ia berbalik dan mengunci pintu itu dan memasukkan kuncinya ke dalam saku. Jarak cafe dari rumahnya tidak jauh, hanya berbeda beberapa meter saja, dia sudah terbiasa berjalan kesana untuk makan, minum kopi, dan terkadang untuk menculik seeker yang akan dijadikan sebagai kelinci percobaannya. ITertatih-tatih ia menuruni anak tangga pendek depan rumahnya dan berjalan kearah trotoar sembari mengecek alat komunikasinya.
Ia menggerakkan jemarinya kekiri, kenanan, keatas, dan kebawah. Melihat berita dan proses kemajuan pabrik obatnya di Planet. Tentu saja ia harus mengecek tingkat jual beli saham, mengecek barang dari supplier, dan pekerjaan lainnya agar mengetahui kemajuan serta laba yang didapatkannya untuk memajukkan researchnya. Professor itu nampak tidak pernah berhenti bekerja. Ia selalu menyibukkan dirinya karena sering merasa kosong saat tidak bekerja, kemudian merasa tertekan saat mengetahui resep obat barunya gagal, ia selalu merasa... sendiri. Maka dari itu dia selalu mencari kesibukkan.
Setelah menyibukkan dirinya, ia merasakan kepalanya yang mulai pusing padahal baru berjalan sebentar. Perutnya mulai terasa nyeri dan mual, kakinya mulai bergetar lemas dan keringat dingin menetes di dahinya. Dia berdecak,
"Ah... pantas perutku bergemuruh keras dan badanku sangat lemas, sudah berapa hari aku tidak makan dan beristirahat..." ucapnya sembari berjalan lemas dan memegangi tembok trotoar dan perutnya selagi menyusuri trotoar jalanan yang terbilang sepi.
Kakinya melangkah lemas dan perlahan melewati jalan berbatu bata, ia mengambil satu langkah, satu langkah, satu langkah, kemudian suara helaan napas lelah keluar dari bibirnya.
"Seriusan, aku terlalu malas untuk berjalan, aku benar-benar ingin memilih untuk tidur.... Tapi kalau tidak ada makanan di perutku, bisa-bisa mati dalam tidur.. eh tapi, tidak buruk juga..." ocehnya dalam napasnya yang merapal kembali kebimbangan untuk tidur atau makan. Walaupun itu sudah terlambat karena ia sudah berjalan cukup jauh dari rumahya. Kebimbangan itu berdasarkan dirinya yang cinta tidur tapi juga cinta kopi.
Selain itu, dulu, saat di sekolah menengah di Planet, ia pernah ditanyai mengenai mimpinya, cita-citanya. Ia sering berkata 'menemukan obat yang merubah dunia, kemudian mati dengan tenang.' Itulah mimpi Min Yoongi yang baru saja memasukki usia pubertas, yang mana seharusnya hanya memikirkan keegoisan, kesenangan, kebandelan, dan kebebasan, tidak berpikir mau dikekang obsesi pekerjaan apalagi tentang kematian. Tapi dirinya sudah bertekad dan memiliki pemikiran kosong tentang kebahagiaan, yang ia tahu adalah ia bisa bahagia bila sudah mengejar mimpinya lalu mati. 'Mati' adalah mimpinya, tujuan utamanya, untuk bisa bebas, bahagia, dan mengisi kekosongan dalam dirinya. Itulah yang membawanya ke bumi, untuk menemukan obat yang bisa merubah dunia, itulah yang membawanya untuk menjadi seperti sekarang, lemas, kurang makan, dan berjalan sendirian di trotoar sepi.
Sembari ia berjalan, ia tahu dirinya sudah sangat dekat dari pintu cafe, namun terasa perutnya yang kosong bergemuruh semakin keras dan mulai terasa perih dan sakit. Ia memegangi perutnya semakin kencang dan berjalan tertatih-tatih sambil menyenderkan bahu kanannya ke tembok, memaksa badannya untuk tetap berdiri. Kakinya mulai bergetar lemas, matanya sudah tidak karuan sudah mulai buram berkunang-kunang dan hampir tertutup, keringat dingin makin banyak mengucur di dahinya, bibirnya yang sudah pucat terlihat tambah pucat, lingkaran hitam di area matanya pun semakin mendalam dan menghitam. Ya, tampaknya dia sedang sekarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar Harvest [yoonmin]
Научная фантастика{YOONMIN} Kisah antara dua orang manusia yang memiliki pemikiran dan tujuan yang bertolak belakang. Emas dan Perak nan indah dipertemukan dalam sebuah dunia yang sudah tenggelam dalam kekelaman. Namun pertemuan mereka begitu menyesakkan dan mendeb...