Chapter Seven: On the Road

25 5 2
                                    


Pagi akhirnya tiba, suara kicauan manis burung terdengar merdu, dan terik panas matahari pagi memasuki kamar itu perlaha dari jendela n dan menutupi pipi Jimin yang masih tidur nyenyak, namun berbeda dengan Yoongi yang cukup terganggu dengan cahaya panas yang membuatnya tak lama terbangun untuk menutup jendela dengan kain gorden hitamnya.

Ia menggaruk kepalanya sebentar karena masih mengantuk, kemudian bersiap beranjak menuju jendela, namun belum juga sempat ia berjalan, tangannya di tahan oleh Jimin yang setengah tertidur

"Yoongi mau kemana?" katanya sembari sedikit memeluk tangan Yoongi dan menempelkan pipinya di lengan lelaki itu.

DEG, itu yang Yoongi rasakan di detik itu, rasa kantuknya otomatis hilang dan ia merasa pipinya memanas, lebih panas daripada sang terik matahari. Profesor itu tertegun dan benar-benar berhenti bergerak bagaikan robot yang overheat. Ia tersadar bahwa ia benar-benar satu ranjang, ia sedikit mengutuk otak ngantuknya namun sebenarnya ia memiliki tingkat rasa senang yang lebih besar, tapi ia tidak ingin meyakini hal tersebut.

Jimin yang masih tidak menyadari perbuatannya itu perlahan mendudukkan diri dan sedikit mengusap mata karena masih mengantuk, ia menguap kecil dan perlahan otaknya kembali bekerja, dan tak lama ia sadar bahwa mereka ada di satu ranjang dan ia masih memeluk lengan Yoongi. Ia segera melepaskan pelukannya itu dan sedikit loncat menjauh sembari menutupi mukanya yang terasa panas. 

"ASTAGA APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN?!" teriak kaget Jimin

Yoongi yang lepas dari rasa malunya, menenangkan hatinya dan merubah cara pikirnya menjadi aktivitas jahil kecil kepada Jimin dan, sang profesor mulai merancang kejahilannya. "Apa ya? Aku ingetnya kamu narik aku terus meluk sepanjang malam sih..." kita bisa lihat sedikit senyuman jahil Yoongi, namun sayang usahanya gagal karena kita tahu pengalaman Jimin dengan sahabatnya, maka tak butuh banyak waktu untuk sang Kapten bisa langsung menebak usaha jahil sang profesor pucat

"Huu aku tau kamu bohong Yoongi, aku kan gasuka tidur kalo panas masa aku malah meluk-meluk sih" jawab Jimin yang cemberut lucu dengan bibirnya yang pout  dan pipinya yang di kembungkan bagai gelembung sabun yang siap dipecahkan

Sang Harvest tertawa kecil yang kemudian disusul oleh tawa besarnya yang menular ke Jimin yang sekarang ikutan tertawa, yang mereka tak sadari adalah rasa yang perlahan makin tumbuh di hati satu sama lain.

"Sorry, sorry, aku hanya berusaha untuk keluar dari awkwardness karena bangun di kasur yang sama aja sih. Ga nyangka gagal parah" katanya sembari tetap sedikit tertawa dan memegang perutnya yang menjadi mulai keram 

"Ih udah jangan ketawa lagii, perutku sakit banget udahhh" kata Jimin sembari memegang perut dan kembali tertawa lagi dengan mata yang tenggelam dalam tawanya

Sang Harvest dan Radar tertawa terbahak-bahak cukup lama, sampai Jimin yang pada akhirnya merasakan panggilan alam untuk buang air kecil

"Aduh, aduh tuhkan, udahh ih Yoon udahhh astagaaa" kata Jimin sembari menahan dan berjalan cepat ke kamar mandi untuk melepaskan kelegaannya

"Cepet Chimmm aku kebelet jugaaa" tawa Yoongi sembari menunggu di depan pintu kamar mandi, menahan kedua kakinya rapat agar tidak ngompol

Setelah bergantian, Jimin yang melihat Yoongi terbirit-birit kembali tertawa terbahak-bahak, menertawai kenalan profesor barunya itu. Tak lama, Yoongi keluar dari kamar mandi, masih tertawa kecil 

"Udah chim, udah, makan pagi yuk nanti kamu sakit perut kalau ketawa terus" kata Yoongi sembari mendorong pelan punggung Jimin yang masih tertawa terbahak-bahak ke arah meja makan. Akhirnya tawa Jimin mengecil setelah suara perut keruyukkannya terdengar

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Radar Harvest [yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang