Chapter Six: The Night Before

32 8 5
                                    

Yoongi kemudian menutup pintu, menguncinya, kemudian menaruh syal dan sepatunya, lalu memakai sandal rumah. Ia  berjalan menuju dapur sambil memakai celemek yang di gantung di pintu masuk dapur. Ia memunculkan kepalanya seperti baru ingat dengan keberadaan orang lain dan berkata dengan cukup lantang

"Ok, sepatumu taruh di samping sepatuku saja, sandal rumahnya di kotak sebelah kananmu. Jaketmu bisa di taruh disana, kemudian kamar mandi di sana, itu ruang tamu boleh duduk disitu mungkin sambil menonton TV, itu kamarku, dan ruangan di sebelahnya adalah laboratoriumku. Kau boleh berjalan-jalan sambil aku masak tapi jangan masuk ke laboratoriumku." ucap Yoongi panjang lebar dan dijawab dengan anggukan dari orang yang sedang menggantung jaketnya itu. Yoongi langsung melesat ke dapur dan menyiapkan bahan makanan yang setiap hari dibeli dan ditaruh oleh Kim Seokjin. Temannya itu seminggu sekali mengecek keadaan Profesor Min Yoongi dan membantunya menaruh bahan masakan, walau dia tahu Yoongi tidak akan menggunakannya dan langsung ke cafe untuk makan. Tapi Kim Seokjin adalah orang yang perhatian. Untung saja semua bahan yang Seokjin belikan sudah modern, bisa tahan hingga 10 tahun dan masih terlihat seperti sayur segar.

Setelah Jimin memakai sandalnya, ia bergegas ke sofa hitam yang terlihat empuk di ruang tamu dan duduk disitu sambil memandang sekitar. Beberapa menit berlalu, ia memainkan game konsol di alat komunikasinya yang diberikan oleh sahabatnya, namun lama kelamaan ia bosan. Dengan suara memotong sayuran dan oseng masakkan di dapur, Jimin akhirnya memutuskan untuk berjalan mengitari rumah itu, dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Kamar mandi itu terlihat rapi dan bersih, ia mencuci tangan dan mengeringkan tangannya menggunakan handuk kecil berwarna hitam.

Kemudian ia melangkah keluar dari kamar mandi dan meminta izin kepada orang yang sedang sibuk membuat makanan lezat itu,

"Yoon, aku izin masuk ke kamarmu ya" ucap Jimin dan diiyakan oleh orang di sebelah ruangan itu

Jimin tahu sopan santun, walau tidak ada orang ia reflek mengetuk pintu. Perlahan ia membuka pintu. Ia masuk ke kamar yang gelap, kemudian mencari saklar lampu, dan menyalakan sinar yang membantu penglihatannya. Kamar itu begitu rapi, ada sebuah ranjang yang cukup besar dan terlihat nyaman namun seperti jarang digunakan, kemudian ada lemari baju yang penuh dengan lab-coat, kaos, jeans, dan jaket, sama, seperti jarang digunakan.

Ia berjalan mengelilingi ruangan yang tertata rapi itu, dan ia melihat sebuah foto. Di dalamnya ada seorang anak yang terlihat masih berusia belasan, seperti masih sekolah kelas menengah, yang sedang memandang lurus tanpa emosi ke kamera, dan kedua orang tuanya yang tersenyum lebar. Anak itu sedang memegang sebuah piagam dan piala besar. Tanpa diragukan, itu pasti Yoongi.

"Hey, Yoon, Ini orang tuamu?" ucap Jimin sambil membawa foto itu ke dapur

"Yea... mereka... bisa dibilang orangtuaku... mungkin?" ucap Yoongi yang masih fokus terhadap masakannya, terlihat tidak yakin

"Huh? Kenapa kau tidak yakin" tanya Jimin kebingungan.

"Sebenarnya, aku... Bagaimana ya menjelaskannya.. Intinya aku tidak punya orang tua, dan orang-orang itu membunuh aya--.. intinya mereka menculi-- ah maksudku, membawaku ke Planet." ujar Yoongi sambil terbata-bata bingung yang kemudian mengambil piring untuk menata masakannya

"A-ah.. oke.. maaf.. jangan di lanjutkan.. aku tidak ingin membuatmu mengingat memori menyedihkan" ujar Jimin mengerti, disambut oleh senyuman lembut Yoongi

"Tak apa, aku sudah tidak memikirkannya lagi. Aku... sudah menganggap mereka tak ada... aku lebih suka hidup sendiri sekarang..." senyum puas Yoongi, yang terlihat begitu kesepian

" senyum puas Yoongi, yang terlihat begitu kesepian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Radar Harvest [yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang