(8) Berhasil Selamatkan Temanku! (Part 1)

343 30 6
                                    

Di Villa Naruto

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun Sakura tidak bisa tidur, walaupun matanya mengantuk. Untuk menghilangkan rasa kantuknya, dia meminum kopi. Tak sengaja, dia mendengarkan perdebatan Naruto & Hinata di ruang tamu.

"Aku tidak setuju tindakan apapun yang membahayakan jiwa anak kita." ucap Hinata dengan raut khawatir.

"Ya tapi kalau tidak lapor polisi, apa bisa dijamin tuh keselamatan si Boruto sama si Sarada? Percaya sama omongan penjahat saja itu sudah salah!" ucap Naruto.

"Tapi mereka melarang kita untuk menghubungi polisi, Naruto."

"Dimana-mana yang namanya penculik itu tidak bakalan menyuruh kita menghubungi Polisi. Ya pasti melarang!"

"Kalau mereka mengetahui kita menghubungi Polisi lalu...amit-amit, terjadi apa-apa pada diri anak kita, apa kamu sudah siap menyesal seumur hidup?" ucap Hinata sambil mengetok-ngetok kayu kursi.

Naruto hanya diam & bingung harus melakukan apa untuk selamatkan Boruto & Sarada.

"Jadi kita harus bagaimana?"

"Ya gaktau. Pokoknya kita harus cari duit untuk bayar uang tebusan."

"Mereka minta tebusannya teh 3 miliar! Uang sebanyak itu darimana kita punya? Kamu tau sendiri, perkebunan kita sudah 1 tahun ini tidak menghasilkan apa-apa. 3 miliar teh banyak, Hina. Kalau dikarungin tuh berapa karung!"

Mendengar ucapan Hinata & Naruto, Sakura hanya bisa berdo'a semoga Sarada baik-baik saja.

"Ya Tuhan, lindungi Sarada." do'a pelan Sakura pasrah.




Di Markas Penculik

Terlihat 4 orang penculik itu sedang berkumpul & bermain kartu. Mereka tidak menyadari bahwa Sarada berhasil masuk ke dalam lewat jendela karena fokus asyik bermain.

Sarada mencoba mengintip lebih dekat sambil mencari ruangan dimana Boruto disekap saat ini.

Kedama yang sadar, mendengar suara gemerisik di dalam dan mencoba menengok ke kamar dimana Boruto ada disana. Sarada yang lihat Kedama datang, langsung bersembunyi di balik tembok kamar itu. Setelah di cek tidak ada siapapun, dia kembali bermain kartu bersama teman-temannya.

Sarada kembali menengok para penculik tersebut, berusaha mengendap-endap ke dalam kamar itu. Hampir saja dia ketahuan, karena Kokuri tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

"Welah, siapa ini yang jaga, hah?" tanya Kokuri.

Arai & Katama lalu muncul di depan bosnya sambil tunjuk tangan. Kokuri kesal.

"Duitnya saja yang mau, kerja ogah. Kerja dong kerja! Masih pengen kaya gak?"

Arai & Katama hanya mengangguk.

"Monyok, kerja dong! Jaga! Trembelane!"

"Sekarang?"

"Iya sekarang! Jaga! Kabur mulu!" kesal Kokuri lalu keluar dari kamar itu. Arai & Katama kesal dan meledek sikap bosnya dari belakang.

Kemudian, Arai & Katama saat ini saling berebutan bantal untuk tidur dan yang satu lagi jaga. Sarada hanya menengok mereka sambil menguping pembicaraan mereka. Saat itu, dia melihat Arai memegang foto seseorang.

Foto tersebut pasti seorang perempuan cantik, karena mereka saling berebutan dan mengatakan dia perempuan cantik. Dasar orang dewasa!

Mendengar suara keributan di kamar, Kokuri kembali masuk dan menengok apa lagi yang dilakukan anak buahnya ini.

"Heh, pada ribut-ribut ini!"

Lalu Kokuri melihat Arai menyembunyikan sebuah foto dibalik dadanya.

"Apa itu, hah? Apa itu, coba sini-sini! Foto siapa ini?"

Kokuri langsung merebut foto dari Arai, kemudian dia terkejut & langsung mengomeli anak buahnya.

"Ohh, kalian ini yang enggak-enggak saja! Kamu tau nggak siapa ini, hah?"

Arai & Katama menggelengkan kepalanya lalu melempar kalimat godaan lagi.

"Neneng asoy, neneng asoy! Kalau bos besar sampai tahu, celaka kamu! Ini calon istrinya! Biar aku yang nyimpen!" ucap Kokuri sambil tersenyum menatap foto itu.

'Bos besar? Calon istrinya? Itu pasti orang yang menyuruh mereka untuk menculik Boruto! Aku harus dapetin foto itu!' batin Sarada.

Lalu Kokuri keluar. Sedangkan Arai & Katama mencoba tidur karena foto kesukaan mereka sudah direbut bosnya.

Boruto yang selama ini tau Sarada ada disini, mengintip dari jauh apakah Sarada baik-baik saja. Sarada lalu menatap Boruto balik sambil tersenyum dan menunggu agar kedua penculik tersebut tidur terlelap dulu.

Tapi perut Sarada lapar. Dia kembali membuka bekal coklatnya. Setelah selesai makan, ia merasa lelah dan berbaring dengan alas tasnya untuk bantal sambil menunggu semua penculik itu tidur nyenyak.




Di Villa Naruto

"Apa gak sebaiknya kita diam-diam lapor polisi, yah?" tanya Sakura dengan suara pelan.

"Gak bisa dong, bu. Kita semua harus sepakat." ucap Sasuke.

"Tapi kita lapor polisi kan buat nyari Sarada. Bukan buat ngebebasin Boruto. Boruto biar aja dibebaskan dengan cara yang mau dilakukan Pak Naruto, kalau mereka gak mau berurusan sama polisi." ucap Sakura agak egois secara sadar.

"Kalau Sarada pergi sendirian sih gak apa-apa. Tapi jelas-jelas dia ini pergi bersama Boruto."

Sakura hanya menghela nafas, pasrah dengan penjelasan Sasuke.

"Sekarang Boruto diculik. Dan Sarada ikut-ikutan gak pulang. Itu berarti kan mereka bersama-sama terus."

Tak lama, bibi Karin lewat dan mengantar minuman ke ruang tamu dimana Naruto & Hinata masih berdiskusi menyelamatkan anak-anak.

"Aku punya jalan!" tiba-tiba terlintas ide di pikiran Hinata lalu dia berjalan mengambil telepon.

"Mau apa Hinata?" heran Naruto.

"Minta tolong Shion."

"Minta tolong gimana?"

"Kamu dengar sendiri kan, Shion mau membeli perkebunan kita. Dia juga bilang dia punya cash 2 miliar kalau kita mau menjualnya." usul Hinata.

Naruto protes dengan keputusan istrinya. "Nanti dulu, nanti dulu, nanti dulu! Menjual perkebunan kita itu tidak bisa diputuskan dengan tergesa-gesa, Hin."

"Ini kan untuk keselamatan anak kita, Naru." ucap Hinata sedih.

"Haeh, perkebunan kita itu adalah hidup mati kita dan kita harus pertahankan demi anak kita. Kumaha sih kamu!"

"Kita perlu uang banyak, uang cash dari Shion 2 miliar ditambah tabungan, deposito, mungkin pinjam kanan kiri, kita pasti bisa dapat 3 miliar. Demi keselamatan anak kita, Naru. Yang penting kan perkebunan kita tidak jatuh ke tangan orang seperti Toneri Otsusuki yang niatnya memang merusak perkebunan ini. Iya kan, Naru?"

Naruto hanya menggaruk kepalanya dan diam. Dia tidak tau lagi harus apa. Hinata lanjut mencari nomor telepon Shion dan menekan tombol telepon untuk meminta bantuan Shion.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Hai minna, aku buat 2 part ini ya soalnya panjang ternyata 😁

Tolong vote & komennya juga 💕

Judul selanjutnya : Berhasil Selamatkan Temanku! (Part 2)

PETUALANGAN SARADA ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang