GARA Three

137 21 0
                                    

Sudah dua puluh menit Ara menyendiri di tengah taman ini. Sedari tadi Galang sudah pamit setelah menyatakan maaf padannya, walaupun ia tak merespon sama sekali. Galang kembali ke Aula karena ingin rapat untuk wawancaranya kepada pedagang kaki lima.

Ara terus saja berfikir. Mengapa Galang tak berusaha untuk bisa mendapat maafnya? Apa dia tak memperdulikannya lagi?

Huft.

Ara menghela nafas lelah. Ia kemudian mengambil ponsel yang tadinya ia silent setelah mengirim pesan kepada Laras. Sekarang ia mulai membuka aplikasi Whatsapp, disana sudah banyak pesan dari sahabatnya yang ia sematkan. Namun pesannya terhadap Galang sudah sangat tenggelam dengan semua grup grup yang memenuhi roomchatnya. Yasudahlah ia tak menghiraukannya. Ara lalu membuka Chat Laras yang menurutnya agak penting.

Laras gaje💕

P
P
P
Ara
Ar!
ARA
Gue udah nitip absen lo!
Tapi dosennya nggak masuk cuman penggantinya doang yang ngasih tugas
Lo dimana? Gue susulin nih


Taman blkng, sn lo


Oke
Read

"HEI ARAKU YANG TERSAYANG DAN TERCINTA TAPI BOONG!," Teriak Laras yang bertepatan berdiri membungkuk di belakang Ara. Yang artinya teriakannya tadi tak terhalang apapun dan langsung masuk ke dalam ruang ruang telinga Ara.

"Heh! Gila lo yah? Lo mau buat gue jantungan! Parah sih lo," Seru Ara kesal sembari mengelus dadanya yang berlari marathon didalam sana.

"Yaelah, lo mah gue diem dibilang sok jaim eh sekalinya gue heboh juga lo bilangin gue gila. Sebenernya mau lo tuh APA SIH!," Laras masih sama dengan posisinya yang tadi. Bahkan diakhir kalimat ia kembali mengeluarkan suara cempreng andalannya.

"Ya ampun Ras! Lo mau buat gue budek hah?," Ara kembali menoleh dan menatap garang sahabatnya ini, sedang yang ditatap hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya sembari menunjukkan tangan berbentuk V.

"Hehe... Maaf Ra, lagian lo tuh hobi banget yah bikin gue khawatir," Ucap Laras kemudian beranjak duduk disamping Ara. Ia Merentangkan tangannya di udara, menghirup aroma alami dari dedaunan hijau yang tertanam di taman ini.

"Adem juga yah disini pengen lama lama deh gue," Lanjutnya masih dengan posisi yang sama.

"Heh! Nenek lampir, ini gue risih tau! turunin tangan lo!," Seru Ara kepada Laras karena tangan sahabatnya itu menutupi indra penglihatannya yang tadinya sangat tentram.

"Iya iya," Laras akhirnya pasrah, dengan perlahan ia menurunkan lengannya kemudian menatap Ara dengan tatapan yang serius.

Apa gue tanya aja yah? Tapi kalo gue tanya nanti Ara malah tambah sedih. Batin Laras bingung.

"Ekhem... Ra lo...udah maafin kak Galang?," Tanya Laras berhati hati.

Ara hanya merespon dengan gelengan singkat tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Laras. Laras yang melihat respon sahabatnya pun hanya menatap sendu sahabatnya satu ini. Ia kemudian kembali membuka suara. Laras lalu memikirkan sesuatu agar dapat membuat sahabatnya bahagia sejenak saja.

"Ra, gimana kalau nanti malem kita ke pasar malam?," Ajak Laras semangat kepada Ara. Memang semalam ia tak sengaja malintasi pasar malam yang tak jauh dari rumahnya ketika pulang dari kampus.

Ara menoleh dan menatap Laras dengan dahi berkerut.

"Pasar malam?" Tanya Ara yang masih menatap Laras bingung. Sepertinya ia tak pernah melihat pasar malam di sekitarnya.

GARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang